Babad Mangkubumi
Babad Mangkubumi adalah naskah kuno yang menceritakan kisah Pangeran Mangkubumi yang kemudian menjadi raja pertama Kesultanan Yogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I. Naskah ini penting sebagai sumber sejarah berdirinya Yogyakarta dan berisi kisah perjuangan Pangeran Mangkubumi melawan VOC serta nilai-nilai kepemimpinan, seperti yang tercatat di dalam naskah ini yang salah satu salinannya disimpan di Museum Sonobudoyo.
- Penulis : Naskah ini ditulis oleh Gusti Raden Mas (GRM) Sundara, putra mahkota Sultan Hamengkubuwono I yang kelak menggantikannya sebagai raja kedua Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
- Isi : Menceritakan kisah Pangeran Mangkubumi dari kelahirannya, perjalanan perlawanannya melawan kolonialisme, hingga pendirian Kesultanan Yogyakarta.
- Pentingnya : Naskah ini dianggap sebagai sumber penting dalam mempelajari sejarah berdirinya Kesultanan Yogyakarta, karena berisi catatan mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi, termasuk perlawanan Pangeran Mangkubumi terhadap dominasi VOC.
- Penyimpanan : Sebuah salinan naskah Babad Mangkubumi tersimpan dengan baik di Museum Sonobudoyo Yogyakarta.
- Nilai: Babad Mangkubumi menjadi sumber nilai edukasi tentang kepemimpinan dan perjuangan, serta dapat menjadi pengingat akan sejarah penting di Yogyakarta.
Babad Mangkubumi menceritakan perjuangan dan perjalanan Pangeran Mangkubumi untuk mendirikan dan memerintah kerajaannya sendiri, yang berawal dari ketidakpuasan terhadap campur tangan VOC dan perlawanannya terhadap Pakubuwana II. Isi utama babad ini mencakup kisah pemecahan Kerajaan Mataram pasca Perjanjian Giyanti menjadi Surakarta dan Yogyakarta, serta pembentukan pemerintahan sendiri oleh Pangeran Mangkubumi di Sukowati.
- Ketidakpuasan dan Perlawanan : Babad ini mengisahkan ketidakpuasan Pangeran Mangkubumi terhadap campur tangan VOC di Kerajaan Mataram dan kolaborasi dengan Raden Mas Said untuk melawan Pakubuwana II.
- Pembentukan Pemerintahan Sendiri: Pangeran Mangkubumi keluar dari Keraton Surakarta dan mendirikan markas sementara di Sukowati.
- Pemerintahan dan Pengikut : Pangeran Mangkubumi melakukan wisuda dan menempatkan para pembantunya sebagai tumenggung (kepala wilayah) untuk mengelola wilayah di sekitar Sukowati.
- Perjanjian Giyanti : Perlawanan Mangkubumi berakhir dengan Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua: Surakarta dan Yogyakarta.
- Taktik Gerilya : Dalam perjuangannya, Pangeran Mangkubumi dan Mas Said menggunakan taktik gerilya melawan VOC yang terorganisir.



