SUJUD YANG SEMPURNA SAPTA DHARMA
RENUNGAN 1
Sujud secara Kerohanian Sapta Darma adalah tata cara menembah kehadapan Hyang Maha Kuasa. Sujud yang sesungguhnya adalah bagaimana agar Hyang Maha Suci bisa sujud Hyang Maha Kuasa. Tentulah hal ini tidak mudah karena kita dituntut untuk mengenal siapa itu Hyang Maha Suci dan bagaimana sujudnya Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha Kuasa.
Dalam sabda Panuntun Agung Sri Gutomo dikatakan ; “Percayalah kepada Pribadimu, kepada Tuntunanmu, sebab kalau tidak percaya kepada Hidupmu, bagaimana akan percaya kepada Hyang Maha Kuasa? Sebab Tuntunanmu adalah hidupmu yang dapat berhubungan dengan Hyang Maha Kuasa.” Itu berarti Pribadimu, Hidupmu dan Tuntunanmu adalah tiga kata yang berbeda tetapi maksudnya sama.
Dalam penelitian penyempurnaan sujud (sujud dasawarsa) yang disebut juga sujud asal mula manusia atau dikenal juga istilah sujud tesing dumadi manusia. Kita disuruh “Galilah rasa yang meliputi seluruh tubuhmu (kepribadianmu yang asli)”.
Penelitian penyempurnaan sujud ini untuk mencapai sujud yang sempurna. Karena apabila sujud yang sempurna telah saudara jalankan/praktekkan dengan betul, maka berarti saudara telah melakukan penggalian yang sejati yaitu penggalian pribadi yang asli. Barulah sujud itu dikatakan berhasil karena akan terhindar dari jajahan-jajahan getaran-getaran yang kurang/tidak sempurna. Saudara akan menjadi manusia yang berbudi luhur.
Dari uraian tersebut diatas yang dimaksudkan dalam sabda Panuntun Agung Sri Gutomo bahwa, Pribadimu, hidupmu dan Tuntunanmu adalah Kepribadiannmu yang asli. Dan untuk mengetahui kepribadian yang asli kita disuruh meneliti atau menggali rasa yang meliputi seluruh tubuhmu. Karena ada istilah asli tentu ada yang tidak asli. Yang manakah rasa yang tidak asli tentu rasa-rasa yang muncul dari gejolak saudara 12 yang masing-masing mempunyai kepribadian yang berbeda-beda yang disimbolkan dengan warna hitam, merah, kuning dan putih.
Dan ini cukup jelas untuk mendeteksi para warga atau para tuntunan, bagaimanakah kepribadiannya apakah asli atau bukan asli karena akan terpancar lewat prilakunya sehari-hari.
Apa sajakah yang mempengaruhi sujud yang sempurna itu ?
Dalam buku dasawarsa dijelaskan bahwa sujud yang sempurna erat kaitannya /bergandengan erat dengan biji dan asal mula manusia. Nah inilah inti dari pembahasan selanjutnya bagaimanakah tesing dumadi manusia tersebut ?
Apakah tesing dumadi manusia bisa diruwat ?
RENUNGAN 2
Asal mula manusia
Apakah asal mula manusia itu ?
Asal mula manusia adalah dari getaran tumbuh-tumbuhan dan getaran dari binatang yang kita makan, dan akhirnya berwujud air putih (air suci) dengan sinar cahaya (tri tunggal yaitu nur cahaya = sinar cahaya allah, nur rasa = sari-sarinya Bapak dan nur buat = sari-sarinya Ibu).
Misalkan di dalam ilmu pertanian, apabila menginginkan hasil yang baik maka tentulah dipilih bibit yang baik, bibit yang unggul, bibit yang sempurna. Karena dengan bibit yang baik tanaman yg kita tanam akan menghasilkan buah /hasil yg baik pula. Disamping itu perlu juga metode/cara bercocok tanam yang benar, pemeliharaan, pemupukan dan lingkungan alam yang baik pula.
Dalam kehidupan manusia, kita akan mencita-citakan mempunyai anak yang baik, anak yg cerdas, bagus, cantik, sehat, bijaksana dsb. Akan tetapi adakah kita perhatikan bibitnya ? Adakah dipelihara bibitnya ?
Apalagi jaman sekarang biji manusia diecer-ecer dimana-mana, disebarkan pada tempat yang gelap, tempat yg tidak layak dsb. Sebab menanam biji yg sempurna terletak pada orang tuanya. Kenakalan, kebodohan dan kekurang sempurnanya anak-anak yg dilahirkan adalah karena orang tuanya. Adalah karena kekeliruan orang tua dalam memelihara bijinya. Seperti contoh sehabis menebar biji ditempat-tempat yang gelap baru pulang menanam disawahnya sendiri, sehabis main judi, melihat barang-barang yg jelek, terus sampai dirumah menebarkan biji. Tentu hasilnya akan jelek, kenapa ?
Sebab getaran-getaran yang buas yang jelek masih terkenang-kenang dikepala. Dan getaran tersebut akan turut tersaring dalam menurunkan biji-biji manusia dan turut pula tertanam didalamnya.
Disamping itu prilaku orang tua yang lainnya, misalnya dalam pembentukan biji manusia didapat dari hasil yang tidak baik, misalnya dengan mencuri, korupsi, menipu, merampok dsb. Tentu berpengaruh pada kualitas biji manusia tersebut karena mengandung virus setan /jin. Bila ditanam maka anak yg lahir telah terkontaminasi virus tersebut sehingga kelak anak tersebut juga berprilaku mirip orang tuanya.
Prilaku yang lain orang tuanya senang belajar ilmu sesat yang dilarang oleh Agama atau memakai pengasihan/pellet untuk mencari jodoh.
Apakah tidak mungkin juga berpengaruh terhadap anak yang dilahirkan ?
Pada kenyataan sering ditemui watak/tabiat anak yang dilahirkan tidak mirip dengan kedua orang tuanya tetapi mirip kakek/neneknya atau mbahnya yg sudah meninggal. Pada kasus ini apakah mungkin getaran/ilmu-ilmu Mbahnya menurun/tertetes pada cucunya ?
RENUNGAN 3
Memahami atau meneliti dan mendalami pengetahuan tentang Tesing Dumadi adalah sebuah perenungan yang mendalam tentang hakekat manusia untuk selalu bisa bersikap andap asor, wani ngalah luhur wekasane dan sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti menuju manusia yang sempurna dapat memayu hayuning buana agung maupun alit (jagad pribadi).
Bahwasanya sebuah kelahiran adalah proses sang urip melanjutkan perjalanan hidupnya yang panjang akibat buah karma yg pernah dialaminya. Mulai saat menemukan orang tuanya menjadi benih yang tertanam di gua garba sang Ibu telah menimbulkan ulah sperti contoh Ibunya harus merasakan mual-mual (ngidam) kepingin makan yang aneh-aneh. Tiba-tiba dimalam hari kepingin makan buah duren padahal waktu itu tidak lagi musim duren, tentu membuat orang tuanya susah bahkan bisa menimbulkan pertengkaran kalau keinginan tsb tidak terpenuhi. Begitu pula orang tuanya harus memeriksakan kandungannya secara rutin untuk jaga-jaga agar sijabang bayi tetap sehat, bila ada kelainan tentu membuat kekhawatiran, begitu pula orang tuanya harus ekstra kerja keras mempersiapkan kelahirannya dsb.
Saat bayi tersebut lahir dengan tangisan yg begitu lantang berseru kepada umat manusia bahwa hidup itu adalah sebuah penderitaan, namun disisi lain diluaran sana orang tua dan keluarganya menyambut dengan suka cita bahwa hidup adalah sebuah anugrah Tuhan yg mesti disyukuri. Kelahiran telah memberi inspirasi baru, motivasi baru untuk tetap sabar dan tabah melanjutkan perjuangan hidup itu sendiri.
Anak yang lahir tersebut kini menjalani kehidupan bersama kedua orang tuannya, mengajarinya, memperkenalkannya dg lingkungan sekitarnya, menyekolahkannya, memberinya tuntunan moral dsb agar anak tsb berguna bagi sesamanya. Dsisi lain sianak bisa juga menjadi musibah bagi orang tuanya, karena telah menyusahkan sehingga ada anak-anak yg terlantar, jadi pengemis, dibunuh, dibuang, merugikan bagi sesamanya dsb.
Terlepas dari bagaimana perjalanan anak tersebut, kini anak manusia itu tersadar bahwa tujuan hidup sesungguhnya adalah kembali pada purwa duksina, kembali pada sankan paraning dumadi. Nah disinilah persoalannya setiap orang tidak sama pengalamannya. Ada warga yg begitu mudah memahami ajaran Kerohanian Sapta Darma, ada warga yang sudah puluhan tahun menjadi warga tapi sangat susah merasakan penelitiannya, bahkan untuk bisa yang namanya hening saja susah. Banyak warga yang tadinya tekun akhirnya putus asa karena tidak menemukan apa-apa lalu mundur menjadi warga. Tidak hanya ditingkat warga, yang sudah ditunjuk menjadi Tuntunanpun.
Kembali pada masalah Tesing Dumadi Manusia, bahwa sangat mempengaruhi bagaimana warga tersebut bisa sujud yang sempurna yang dapat merasakan rasa yg semulya-mulyanya.
Sujud itu sendiri sesungguhnya mengandung peruwatan didalamnya. Dan hampir semua telah membuktikannya, apalagi saat melakukan penelitian pada sujud penggalian. Rasa panas, sakit dikaki, kadang-kadang sapta rengganya diruwat seperti dijewer telinganya, dikucek-kucek mulutnya malah ada yng merasakan seperti matanya disikat dsb. Inti semua itu adalah pembersihan pribadi atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan sehar-hari.
Bagaimana kalau kesalahan/kekeliruan akibat prilaku sebelumnya yg belajar ilmu sesat, atau pernah berkolaborasi dengan setan atau jin, makluk halus dsb. Apakah semudah itu kita bisa melepaskannnya. Begitu pula tidak pernah belajar ilmu tetapi ditempeli oleh kekuatan leluhurnya yg dulunya sakti mandra guna ?. Dan untuk ini banyak kasus yg ada. Ada warga yang mewarisi banyak pusaka bertuah dari leluhurnya, sehingga mempunyai kemampuan metafisik meski merasa tak pernah berguru dg siapapun.
Keluhan warga yang susah saat sujud kehadapan Hyang Maha Kuasa menjadi PR bagi para Tuntunan untuk mencari tahu /mendeteksi warganya apa penyebabnya ?
RENUNGAN 4
Ucapan Sujud adalah :
“Hyang Mahasuci Sujud Hyang Maha Kuasa”,
“Kesalahan Hyang Maha Suci mohon ampun Hyang Maha Kuasa”,
“Hyang Maha Suci bertobat Hyang Maha Kuasa”.
Kalau ditelaah ucapan tersebut, sepertinya yang ada hanya hubungan antara Hyang Maha Suci dengan Hyang Maha Kuasa. Dua-duanya mengandung kata “Hyang Maha”, berarti ter- atau yang paling-. Ada yang paling suci ada yang paling Kuasa. Kenapa sudah Maha Suci kok punya salah dan mesti harus bertobat ? Kesalahan siapakah yang dimohonkan ampun oleh Hyang Maha Suci, begitupula siapa yang ditobatkan oleh Hyang Maha Suci ?
Ucapan sujud menembah kepada Hyang Maha Kuasa secara Sapta Darma ini adalah mungkin satu-satunya. Revolusioner, itulah kata yang pernah disampaikan oleh Bopo Panuntun Agung Sri Gutomo. Bahwa kita mesti merevolusi diri mengenal jati diri yaitu pribadi yang asli. Kenapa ucapan sujud itu tidak Si Robet sujud Hyang Maha Kuasa atau Si Anu, sujud Hyang Maha Kuasa atau Mayangkoro sujud Hyang Maha Kuasa dsb ?
Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Didalamnya terdapat piranti yg bekerja secara otomatis dan systimatis. Secara rohani bahwa ada saudara 12, Hyang Maha Suci sebagai komandan dari sebelas saudara yang lainnya, system ini akan bekerja dengan baik apabila Hyang Maha Suci dapat mengendalikan sebelas saudaranya. Namun dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia seringkali systemnya terganggu kebalikannya yaitu salah satu atau kolaborasi sebelas saudara mendominasinya, inilah yang menyebabkan tindakan manusia menjadi asor.
Sebelum Hyang Maha Suci bisa menghadap/sujud Hyang Maha Kuasa, seperti dalam sebuah upacara bendera komandan harus mempersiapkan pasukannya, bahwasannya pasukan telah siap mengikuti upacara bendera. Jangan sampai upacara sedang berjalan salah satu anak buahnya ada yang jalan-jalan atau bermain-main atau semuanya pada ngobrol dsb. Ketidak disiplinan anak buahnya itu adalah tanggung jawab sang komandan.
Kesalahan yang dilakukan oleh saudara sebelaslah yang dimohonkan ampun oleh Hyang Maha Suci yang kemudian bertobat untuk tidak mengulanginya lagi, ini adalah bentuk tanggung jawab Hyang Maha Suci membimbing saudaranya untuk bisa sujud kehadapan Hyang Maha Kuasa. Sehingga menjadi kukud saudara sebelas, berarti telah jejer satria utama yang kemudian masuk ketataran Racut (sowannya Hyang Maha Suci kepada Hyang Maha Kuasa).
Koleksi Artikel Imajiner Nuswantoro