Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
꧋ꦔ꧀ꦭꦸꦫꦸꦒ꧀ꦠꦤ꧀ꦥꦧꦭ꧈ꦩꦼꦤꦁꦠꦤ꧀ꦥꦔꦱꦺꦴꦫꦏꦺ꧈ꦱꦼꦏ꧀ꦠꦶꦠꦤ꧀ꦥꦄꦗꦶꦄꦗꦶ꧈ꦱꦸꦒꦶꦃꦠꦤ꧀ꦥꦧꦤ꧀ꦝ
Maknanipun :
Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan
Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha, merupakan filosofi Jawa yang mengajarkan tentang cara mencapai tujuan dengan cara yang bijaksana dan bermartabat.
Secara keseluruhan, filosofi Jawa ini mengajarkan tentang pentingnya keberanian, sportivitas, integritas, dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan.
Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha.
Secara harafiah dapat diartikan: Kaya tanpa Harta, memiliki Kesaktian tanpa Ilmu/benda pusaka, Menyerang tanpa bala Pasukan, Menang tanpa Merendahkan.
1. Nglurug Tanpa Bala, aksara Jawanipun : ꦔ꧀ꦭꦸꦫꦸꦒ꧀ꦠꦤ꧀ꦥꦧꦭ꧈
Ungkapan Jawa nglurug tanpa bala dapat di artikan secara harafiah ' menyerang tanpa pasukan '. Di sini memiliki arti bahwa kita haruslah menjadi orang yang berani bertanggung jawab, berani untuk beraksi walaupun terkadang tinggal kita sendiri. Sikap ini adalah mencontoh sikap kesatria, yang mana bukanlah orang yang mudah untuk terhasut, ikut-ikutan, tetapi lebih cenderung kepada orang yang berani maju, berani meghadapi masalah, berani untuk bertanggung jawab, walaupun yang lainnya mundur / lari dari masalah tersebut.
Nglurug tanpa bala (Menyerang tanpa pasukan).
Dapat dimaknai berani menghadapi tantangan sendirian, bertanggung jawab atas tindakan sendiri, dan tidak bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan masalah.
2. Menang Tanpa Ngasorake, aksara Jawanipun : ꦩꦼꦤꦁꦠꦤ꧀ꦥꦔꦱꦺꦴꦫꦏꦺ꧈
Ungkapan Jawa menang tanpa ngasorake tersebut memiliki arti bahwa tujuan pencapaian kita yang kita harapkan, kemenangan yang kita inginkan, haruslah tanpa merendahkan orang lain. Secara modern filosopi ungkapan ini sama dengan win win solution, yang memiliki arti semua pihak yang berselisih paham memiliki hasil yang menguntungkan untuk semuanya.
Menang tanpa ngasorake (Menang tanpa merendahkan).
Kemenangan sejati dicapai tanpa merendahkan atau menyakiti perasaan orang lain. Ini mengajarkan tentang sportivitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
3. Sekti Tanpa Aji-aji, aksara Jawanipun : ꦱꦼꦏ꧀ꦠꦶꦠꦤ꧀ꦥꦄꦗꦶꦄꦗꦶ꧈
Sekti = Digdaya
Kekuasaan sering kali tercipta karena suatu kemenangan fisik, kemenangan mental. Ungkapan Jawa digdaya tanpa aji tersebut di atas, kata-kata kekuasaan bukan juga karena kita mempunyai suatu ilmu beladiri / ilmu tenaga dalam / aji-aji. Namun disini, suatu kekuasaan tercipta karena citra dan wibawa seseorang, perkataannya, membuat orang lain sangat menghargainya. Sehingga apa yang diucapkannya, orang lain senantiasa mau mengikutinya.
Figdsya tanpa aji-aji (Sakti tanpa jimat).
Kesaktian atau kehebatan sejati tidak berasal dari kekuatan gaib atau benda-benda pusaka, melainkan dari kekuatan diri sendiri, seperti karakter yang baik dan hati yang bersih.
4. Sugih Tanpa Bandha, aksara Jawanipun : ꦱꦸꦒꦶꦃꦠꦤ꧀ꦥꦧꦤ꧀ꦝ
Sugih tanpa bandha, kaya tanpa harta. Kaya yang dimaksud sebenarnya adalah tidak berkekurangan, artinya bukan semata-mata harta yang menjadikan tolok ukur. Kaya yang dituju dalam hidup bukanlah pengumpulan harta benda dan uang selama hidup.Tidak berkekurangan karena kita mempunyai relasi yang banyak, pertemanan yang banyak, dimana relasi tersebut membuat kita selalu mudah untuk melakukan segala sesuatu, karena relasi kita, teman-teman kita secara langsung / tidak langsung mau membantu kita, bahkan dengan sukarela / ikhlas. Hal tersebut sebenarnya berawal dari kita sendiri, dimana kita juga dituntut sebelumnya mau melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati, bahkan tanpa imbalan sekalipun. Dengan demikian, dalam kehidupan kita, budi baik kita, akan senantiasi diingat orang lain, dan suatu waktu kita membutuhkan bantuan / pertolongan orang lain, orang lain yang juga dengan sepenuh hati menolong kita / membantu kita, juga tanpa imbalan.
Pitutur Jawa, Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha, Pitutur Jawa tersebut di atas dapat di jadikan pedoman berperilaku dalam hidup kita.
Filosofi yang sangat mendasar, yang akan membuat hidup kita menjadi kehidupan yang lebih indah, tanpa merendahkan orang lain, kehidupan yang di isi dengan sikap-sikap kesatria, kehidupan yang jauh dari keserakahan.
Sugih tanpa bandha (Kaya tanpa harta).
Kekayaan sejati bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang kekayaan hati, pikiran, dan budi pekerti. Ini mengajarkan untuk menghargai nilai-nilai spiritual dan moral.
Imajiner Nuswantoro
ꦆꦩꦗꦶꦤꦺꦂꦤꦸꦱ꧀ꦮꦤ꧀ꦠꦺꦴꦫꦺꦴ