Kisah Sabdo Palon Nagih Janji
(versi Mataram Islam)
Saya akan membahas tentang cerita Sabdo Palon nagih janji. Awalnya saya penasaran tentang sebuah petilasan di puncak Gunung Tidar di Magelang, Jawa Tengah. Saya sempat mengunjunginya beberapa waktu lalu.
Berdasarkan cerita yang sempat saya dengar dari seorang tetua yang saya temui sepanjang anak tangga saat itu, disebutkan jika di Gunung Tidar ada makam Syekh Subakir, Kyai Sepajang, juga sebuah tempat berbentuk kerucut yang diyakini sebagai petilasan Semar atau Kyai Semar atau Kyai Ismoyo atau identik dengan Sabdo Palon.
Dikatakan jika di Gunung Tidar adalah tempat Syekh Subakir seorang utusan penyebar agama Islam Wali Songo pertama menancapkan tongkat Kalimasada untuk menaklukkan Pulau Jawa yang saat itu dikuasai bangsa jin.
Sebelumnya Syekh Subakir berperang dengan Sabdo Palon hingga keduanya berembug dan dicapai kesepakatan jika Syekh Subakir boleh menyebarkan agama islam dengan catatan tidak boleh memaksakan dan tetap melestarikan leluhur-leluhur sebelumnya (ajaran Budha dan Hindu).
Namun yang membuat saya menarik adalah Sabdo Palon. Disebut bahwa pada tahun 2020 ini menjadi tepat 500 tahun saat muksa (melebur menghilang tanpa jejak) Sabdo Palon di Gunung Lawu tepatnya puncak Hargo Dumiling.
Secara pribadi saya pernah berada di dua tempat yang disebut-sebut sebagai tempat Sabdo Palon yakni Gunung Tidar dan Gunung Lawu. Hal ini lantas membawa saya untuk lebih mengenal tentang Sabdo Palon dan begitu pentingnya keberadaannya dalam menjaga tanah Jawa.
Menurut Hadi Suprapto disebutkan bahwa Sabdo Palon banyak termuat dalam Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon karangan penyair ternama R. Ng. Ranggawarsita. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Sabdo Palon dan Naya Genggong muncul pada masa kepemimpinan Ratu Tribhuwana Tunggadewi.
Menurut Antropolog Paul Stange dalam penelitiannya pada 1988, Sabdo Palon merupakan inkarnasi sebagai Semar, yang dikenal sebagai mahaguru di Tanah Jawa. Mereka adalah titisan dewa dari kayangan yang sengaja turun ke bumi menjadi panakawan (kawan yang paham).
Tugasnya menjadi pemomong raja dan pengayom kawula. Nama ini kerap disandingkan dengan sosok Naya Genggong. Keduanya senantiasa hadir mengiringi pemerintahan raja-raja Jawa di masa Hindu-Buddha.
Ia tetap setia sebagai penasihat spiritual hingga kepemimpinan Raja Brawijaya V. Sudah 2000 tahun lebih 3 tahun dia hidup dan menjadi pemomong para Satria Jawa hingga menjadi Raja ganti berganti.
Sabdo Palan baru memutuskan mundur saat Raja Brawijaya V pindah keyakinan dan membuat Sabdo Palon kecewa. Sabdo Palon ini menyatakan bahwa dia sangat malu kepada bumi dan langit dengan keputusan Prabu Brawijaya masuk agama Islam dan lantas melakukan muksa di Gunung Lawu pada 5 september 1520. Jika dihitung maka 500 tahun kemudian adalah tahun 2020.
Namun, sebelum dia menghilang Sabdo Palon menyatakan sumpahnya bahwa dirinya akan kembali ke tanah Jawa 500 tahun lagi. Dia mengatakan agama baru yang sempurna itu tidak dijalankan paripurna oleh pemeluknya. Oleh karena itu agama ini akan hancur dan agama lama kembali berjaya.
Sabdo Palon memberitahukan tanda-tanda sosial dan tanda-tanda alam yang akan muncul di jaman kembalinya nanti. Dikutip dari Serat Mahameru Kuno, Sabdo Palon mengatakan bahwa dirinya akan datang 500 tahun lagi guna nagih janji, yakni janji Semar sebelum berpisah dengan Prabu Brawijaya V dan tahun 2020 ini disebutkan sudah waktunya Sabdo Palon kembali merebut kejayaan di tanah Jawa.
Namun ada juga sebagian ulasan yang menyebut jika sebagaimana Sabdo Palon akan datang membawa kembali kejayaan di tanah jawa dengan turut membantu masyarakat Jawa yang saat ini tengah menghadapi pagebluk. Bisa disebut jika pagebluk ini menjadi awal untuk kejayaan nusantara.
Imajiner Nuswantoro