Dibawah Bendera Revolusi
Jilid Kesatu = I & Jilid Kedua = II
Dirilis ulang oleh :
Imajiner Nuswantoro
Buku Dibawah Bendera Revolusi berisi pemikiran dan pidato Sang Proklamator, Presiden pertama kita Ir. Soekarno. Buku yang merupakan edisi pertama cetakan tahun 1964 ini menghimpun tulisan-tulisan Bung Karno dalam masa revolusi menuju Indonesia merdeka. Dalam tulisannya berjudul Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme, terlihat tiga konsep yang mewarnai gaya kepemimpinannya sebelum akhirnya lengser setelah peristiwa Gestapo. Dengan nasionalisme Bung Karno mencoba membangkitkan kebanggaan akan sebuah bangsa yang besar dengan cita cita tinggi. Islamisme ditandai dengan kesadaran menggali Islam yang sebenarnya. Sedangkan Marxisme dipandang sebagai energi yang mampu melawan kapitalisme yang menjadi motor kolonialisme saat itu.
Surat Samesto Nitisastro, ”Ganefo dan Connefo”, menambah lagi pengetahuan dan pemahaman tentang peran Bung Karno. Baik bagi negeri kita Indonesia maupun dunia internasional.
Kita menyadari bahwa Bung Karno bukanlah pemimpin yang sempurna. Tetapi, memang seperti halnya harapan Samesto, semestinya buah pikiran, hasil karya, dan tindakan salah seorang proklamator itu menjadi inspirasi bagi para politisi dan pemimpin kita. Tentu bersama berbagai pikiran, gagasan, karya, serta tindakan para pendiri negeri lainnya.
Sebagaimana halnya para pendiri republik lain yang sangat terpelajar, Bung Karno juga mewariskan banyak tulisan. Samesto Nitisastro mengingatkan, setidaknya ada empat buku Bung Karno yang wajib dibaca para politisi ataupun pemimpin dan calon pemimpin negeri.
Saya ingin memberi sedikit catatan tambahan untuk surat tersebut di atas. Khususnya terkait buku Di Bawah Bendera Revolusi (penulisan asli buku tersebut saat terbit adalah Dibawah Bendera Revolusi), satu di antara karya Bung Karno yang wajib dibaca.
Samesto menjelaskan bahwa Di Bawah Bendera Revolusi berisi pidato peringatan 17 Agustus selama tahun 1946-1964.
Sepengetahuan saya, Di Bawah Bendera Revolusi terdiri atas dua jilid (lihat Sepatah Kata Panitya Penerbit, jilid pertama, cetakan ketiga, 1964). Buku jilid pertama merangkum 61 tulisan Bung Karno tentang beragam isu di berbagai media dan forum dalam rentang waktu belasan tahun. Diawali dengan karya monumentalnya, ”Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”.
Buku jilid kedua (cetakan kedua, 1965) merupakan kompilasi amanat Presiden Soekarno pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia sejak 17 Agustus 1946 hingga 1964. Jilid kedua ini dibuka dengan pidato singkat Bung Karno sebelum membacakan teks Proklamasi 17 Agustus 1945. Demikian catatan tambahan saya.
Koleksi ini merupakan kumpulan gagasan serta pandangan Ir. Soekarno, Presiden pertama Indonesia, terhadap kondisi bangsa saat itu, yang tertuang di dalam kumpulan tulisannya. Gagasan tersebut kemudian dihimpun dalam sebuah buku dengan judul "Dibawah Bendera Revolusi". Cetakan awal dari buku ini diterbitkan tahun 1959, sedangkan buku ini merupaakan jilid pertama dari cetakan ke-4 yang diterbitkan oleh Panita Penerbit Dibawah Bendera Revolusi pada tahun 1965. Koleksi ini memiliki sampul keras berwarna biru tua. Pada sampulnya tercetak judul "Dibawah Bendera Revolusi" dengan tinta berwarna emas. Pada punggung buku, terdapat tulisan yang sama, "Dibawah Bendera Revolusi" dengan warna emas dan tulisan "Ir. Sukarno", "Djlid Pertama", dan "1965" dengan tinta merah. Buku ini terdiri dari 627 halaman ditambah dengan beberapa kata pengantar di halaman awal dan daftar isi di bagian belakang. Pada halaman awal terdapat sepatah kata dari panitia penerbit K. Goenadi dan H. Mualliff Nasution. Diantara dari isi koleksi ini adalah tulisan Soekarno yang berjudul "Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme", "Dimanakah Tinjumu?" dan "Naar het Bruine Front!". Pada koleksi ini tercantum beberapa foto-foto Soekarno yang menggambarkan masa sekolah dan kehidupan sehari-harinya. Kondisi Koleksi ini dalam keadaan utuh dan baik, dengan catatan sebagai berikut :
1) Pada bagian sampul bagian depan, ditemukan lubang.
2) Jahitan sampul pada bagian tepi mulai lepas sehingga ada bagian yang robek.
3) Kertas pada halaman isi mulai pudar warnanya dan ditemukan jamur.
4) Pada halaman akhir terdapat bekas coretan dengan tinta merah.
5) Tulisan pada sampul memudar sehingga mulai sulit untuk dibaca.
Hingga saat ini sejarah telah membuktikan bahwa Soekarno adalah satu-satunya Presiden Republik Indonesia yang mempunyai pemikiran orisinil dan matang tentang bangsa dan negara yang dipimpinnya. Soekarno selain terkenal karena pidatonya yang berapi-api itu juga telah dikenal mempunyai mata pena yang tajam membedah segala permasalahan bangsa Indonesia pada masa kolonial. Sejak masih belajar di Hogere Burgerschool (HBS) di Surabaya, Soekarno muda telah dikenal gemar menuangkan pikirannya dalam suatu tulisan. Kebiasaan menulis ini terus berkembang hingga Soekarno menjadi mahasiswa Technische Hogeschool (THS) di Bandung, menjadi aktivis Partai Nasional Indonesia (PNI), lalu kemudian menjadi aktivis Partindo. Sampai di tanah pembuangan sekalipun, di Endeh dan Bengkulen, Soekarno tidak pernah berhenti menuangkan pemikirannya dalam tulisan.
Dibawah Bendera Revolusi adalah buku fenomenal yang menghimpun tulisan-tulisan Soekarno pada masa penjajahan Belanda (1917 – 1925) dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1959 oleh sebuah Panitia Penerbitan di bawah pimpinan H. Mualliff Nasution. Pada tahun 1963 buku monumental itu mengalami cetak ulang yang kedua dan hanya dalam waktu dua minggu sudah habis terjual. Tidak mengherankan setelah itu pencetakan kembali dilakukan setiap tahun. Terakhir kali, tahun 1965 buku itu untuk keempat kalinya dicetak ulang. Ini menunjukkan bahwa keinginan rakyat Indonesia untuk memiliki buku itu sangat besar. Pada tahun 1964, Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi juga menerbitkan jilid kedua buku tersebut yang memuat 20 pidato 17 Agustus yang disampaikan Soekarno kepada rakyat Indonesia dari tahun 1945 hingga 1964.
Menurut catatan penerbit, judul Dibawah Bendera Revolusi adalah judul yang dipilih oleh Soekarno sendiri, untuk menandai bahwa pemikiran-pemikiran itu lahir dalam kondisi Indonesia yang sedang menuju revolusi kemerdekaannya. Pada cetakan kedua tahun 1963 dan 1964, penerbit memberikan tambahan bahwa Dibawah Bendera Revolusi adalah suatu bukti bahwa segala kebijakan politik yang ditempuh Soekarno pada masa itu mempunyai pembenaran sejarah dalam pemikiran Soekarno muda. Gagasan koalisi Nasakom yang menggabungkan tiga kekuatan utama politik Indonesia, yaitu nasionalis, agama dan komunis, serta politik anti-imperialisme telah menjadi bahan pemikiran Soekarno jauh sebelum Indonesia merdeka.
Dalam buku Dibawah Bendera Revolusi jilid pertama, terdapat 61 tulisan Soekarno muda yang pernah dimuat dalam berbagai media cetak, seperti Suluh Indonesia Muda, Fikiran Ra’jat, Pandji Islam, dan Pemandangan. Tulisan Soekarno itu mencakup tema-tema agraria, strategi politik nasional, seruan terhadap kaum Marhaen, pandangan Soekarno tentang Islam, ulasan pemikiran tokoh dunia seperti Karl Marx dan Mahatma Gandhi, perkembangan politik dunia, hingga kritik dan komentarnya terhadap Mohammad Hatta yang kemudian mendampinginya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Kelihaian Soekarno dalam memainkan kata-kata dalam setiap pidatonya, diksi dan pilihan kalimatnya yang menyihir para pendengarnya juga tercermin dalam gaya bahaya yang digunakan oleh Soekarno muda. Sepertinya ketika menulis Soekarno merasakan dirinya sedang berorasi langsung di hadapan para pembacanya. Bahasa yang digunakan cukup lugas, pilihan kata demi kata sangat menarik, terutama untuk membuat judul tulisan. Simak saja judul-judul seperti Islam Sontoloyo, Tabir Adalah Lambang Perbudakan, Kuasanya Kerongkongan, dan 1.000.000.000 extra! yang termuat dalam jilid pertama Dibawah Bendera Revolusi . Judul yang indah juga selalu Soekarno sematkan dalam setiap pidato 17 Agustus yang ia sampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Lihat saja judul-judul seperti Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!; Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung!; Tetap Terbanglah Radjawali; Genta Suara Republik Indonesia, dan banyak lainnya yang begitu melekat pada telinga seluruh rakyat Indonesia kala itu.
Di atas lisan dan tulisan Sekarno semua permasalahan bangsa, perkembangan sejarah dunia mutakhir, berbagai teori baru yang dikemukakan oleh para tokoh dunia, masalah-masalah agama, kecaman politik yang serius, bisa disampaikan kepada rakyat Indonesia dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mampu menyihir kesadaran mereka. Maka bukan berlebihan, ketika Soekarno telah menyadari kepiawaiannya itu ia berani menyatakan diri bahwa Soekarno adalah Penyambung Lidah Rakyat!
Melalui dua jilid buku Dibawah Bendera Revolusi ini bangsa Indonesia akan dibawa untuk mengenali sosok pemikiran Soekarno dalam arti yang sebenarnya. Dari tulisan pada periode pergerakan nasional hingga pidatonya pada era 1950-an dan 1960-an menunjukkan rangkaian pemikiran yang konsisten. Gagasan politik nasakom Soekarno (yang tidak mudah kita terima) akan mudah kita cermati dalam tulisan Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme pada jilid pertama buku. Sikap berdikari dalam ekonomi dan politik yang dicanangkan Soekarno telah ia tunjukkan dalam beberapa tulisannya yang begitu mengagumi Mahatma Gandhi di India. Lalu bagaimana religiusitas seorang Soekarno, Islam apa yang ia anut selama hayatnya akan dapat kita mengerti dalam Surat-surat Islam dari Ende pada jilid pertama buku.
Surat-Surat Islam dari Endeh adalah surat-menyurat antara Soekarno kepada T. A Hassan, seorang tokoh Persatuan Islam, Bandung yang dilakukan pada masa pembuangan Soekarno di Endeh 1934 hingga 1936. Korespondensi antara kedua tokoh itu, tidak hanya sebatas dialog antara seorang guru dengan murid, tapi lebih dari itu merupakan dialog antara kedua pemikir agama yang handal.
Sejarah Pencetakan Di Bawah Bendera Revolusi:
Pada tahun 1959 dicetak jilid pertama edisi pertama Di Bawah Bendera Revolusi oleh Panitia Penerbitan dibawah pimpinan H. Muallif Nasution
Pada tahun 1963 jilid pertama dicetak ulang hingga tahun 1965 terus dicetak ulang
Pada tahun 1964 jilid kedua dicetak ulang
Pada tahun 2004 dua jilid Di Bawah Bendera Revolusi kembali dilakukan cetak ulang yang diprakarsai oleh Yayasan Bung Karno
Berikut penulis sajian Bawah Bendera Revolusi Jilid 1 dan Jilid 2 (pdf) / bisa di download (Free Download) :