NGELMU ajian mundi jati sasongko jati
(puncak ajian orang jawa)
Diri
Manusia itu memiliki kekuatan yang tersembunyi. Baru bisa digunakan setelah
berhasil membangkitkannya dengan cara melakukan olah kanuragan dan kadigdayan.
Tidak ada cara yang instan, dan harus ditunaikan dengan sabar dan tekun.
Berikut
ini beberapa contoh ajian yang menjadi andalan para leluhur kita dulu, yaitu :
1. Ajian Rengkah Gunung
Pada
awalnya ajian ini berasal dari Bhatara Wisnu dan hanya bisa dilawan dengan
ajian Rengkah Gunung pula. Namun akhirnya, sang Bhatara pun memberikan
penjelasan bahwa ajian tersebut bisa dikalahkan oleh ajian Pancasona. Adapun
tentang namanya berasal dari kata “Rengkah” yang berarti retak, remuk, atau
dalam klasifikasi yang lebih luas bisa dimaknai terbelah, sementara “Gunung”
berarti tanah yang menjulang tinggi yang disebut juga gunung. Sehingga jika
dilihat dari aspek bahasanya, maka ajian Rengkah Gunung ini bisa berarti
meretakkan gunung. Artinya, jika gunung saja bisa retak akibat pukulan dari
ajian ini, bagaimana kalau dihantamkan kepada tubuh seseorang? Tentu akan
langsung tewas, kecuali ia punya ilmu kadigdayan yang lebih tinggi.
Jadi,
seseorang yang memiliki ajian Rengkah Gunung biasanya akan mengambil jarak dari
target sasarannya. Dia segera mengambil ancang-ancang, mengatur nafas, dan
menghentakkan tangan di tanah. Akibatnya dalam waktu sekejap sukma-nya akan
keluar menuju target dan telapak tangan sukma-nya itu kemudian dipukulkan pada
target atau musuh tersebut. Seketika yang jadi sasaran bisa langsung meledak,
atau luka dalam, keluar darah segar, gosong, tiba-tiba roboh atau terdiam kaku.
Sedangkan jika targetnya adalah makhluk gaib dari sebangsa Jin atau Siluman,
maka dia seolah-olah dikejar-kejar oleh gulungan api hingga kemanapun dan
akhirnya mengaku kalah jika tak ingin hancur terbakar. Hal itu yang membuat
siapapun makhluk halus menjadi ketakutan dengan sosok yang menguasai ajian
sakti ini.
2. Ajian Gelap Sayuto
Ajian
ini berfungsi untuk menyerap energi alam. Karena itulah, selain pukulannya
sangat ampuh melumpuhkan lawan, suara yang keluar dari pemilik ajian pun dapat
menggetarkan hati lawannya. Ajian Gelap Sayuto membuat suara si pemilik ajian
ini seperti suara dari sejuta orang, sehingga jika musuh mendengarnya akan
langsung ciut nyali dan jatuh mentalnya. Oleh karena itu siapapun yang memiliki
ajian ini sangat ditakuti lawan. Selain karena suaranya dapat melumpuhkan
lawan, pukulan dari ajian ini pun bisa mematikan lawan yang terkena pukulannya,
kecuali dia memiliki kesaktian yang lebih tinggi.
3. Ajian Lebur Sakheti
Lebur
Sakheti merupakan ajian pamungkas andalan beberapa perguruan. Ajian ini bila
diamalkan terus menerus dayanya sangat hebat dan bisa juga untuk pengobatan.
Tapi karena itulah ajian ini tidak bisa digunakan sembarangan. Kekuatannya
sangat luar biasa, bahkan pemiliknya mampu membunuh dan melebur Jin sakti dan
setan jahat yang mengganggunya. Itulah mengapa orang yang memiliki ajian ini
sangat ditakuti oleh makhluk halus. Karena selain mampu melawan makhluk halus,
ajian ini juga mampu menyembuhkan penyakit aneh. Misalnya penyakit akibat
guna-guna, tenung, atau santet. Pengobatan akan di lakukan secara magis hingga
tingkat kesembuhannya sangat tinggi. Itulah mengapa orang yang memiliki ajian
ini harus menggunakannya dengan bijaksana.
4. Ajian Gelap Ngampar
Ajian
ini tergolong ilmu tingkat tinggi dan tidak semua orang bisa mencapainya. Konon
juga dimiliki oleh Mahapatih Gajah Mada dan Panembahan Senopati. Adapun tentang
arti dari namanya, maka Gelap Ngampar itu berasal dari kata “Gelap” yang dalam
bahasa Jawa berarti petir, sedangkan “Ngampar” yang berarti menyambar. Sehingga
bila disimpulkan nama Gelap Mampar itu memiliki arti petir yang menyambar.
Adapun
keistimewaan dari ajian ini adalah jika disalurkan lewat suara, maka yang
mendengar bentakannya akan langsung tuli dan bila ajian ini dibaca di
tengah-tengah riuhnya peperangan, siapa pun yang mendengar teriakan dari si
pemilik ajian ini akan langsung bersimpuh menyerah atau melarikan diri.
Sedangkan bila ajian ini disalurkan lewat telapak tangan, tubuh yang terkena
pukulannya akan terasa panas seperti tersambar petir.
5. Ajian Mahesa Krodha
Ajian
ini ampuh untuk menghadapi seorang lawan dalam peperangan. Ajian ini mampu
menggetarkan dan menakuti lawan yang akan menyerang. Lawan dan musuh yang
terkena ajian tersebut akan lari karena ketakutan.
Ajian
ini punya daya kekuatan yang sangat besar, karena mampu menumbuhkan bio-energi
yang luar biasa. Seolah-olah seluruh aura goib terbuka, lebih-lebih jika mantra
saktinya diuji dalam laku tirakat yang khusus. Para pemimpin atau petualang
cocok memiliki ajian Mahesa Krodha ini sebagai senjata pamungkas membela diri
atau menolong orang lain yang lemah teraniaya.
Hanya
saja butuh pengendalian diri yang tinggi, karena ajian ini pun bersifat keras
(amarah). Dari asal kata namanya saja adalah “Mahesa” yang berarti kerbau dan
“Krodha” yang berarti marah, sehingga jika disimpulkan maka menjadi “kerbau
yang marah”. Makanya orang yang ingin mempelajari ajian ini harus memiliki
kesabaran yang tinggi, jika tidak ia akan dijauhi orang-orang dan tidak akan
bisa mengeluarkan kekuatan yang sesungguhnya dari ajian ini.
6. Ajian Segoro Geni
Ajian
ini sangat berbahaya dan dikategorikan sebagai ilmu ajian tingkat tinggi.
Karena lawan yang terkena pukulan ajian ini pada dadanya – meskipun ia sakti
mandraguna – akan membekas sebuah telapak tangan berwarna kehitam-hitaman.
Akibatnya seluruh isi organ tubuh lawan yang terkena pukulan akan mendidih
hangus. Bahkan sampai bisa meledak jika yang memiliki ajian ini menggunakan
tenaga dalam yang luar biasa.
7. Ajian Lembu Sekilan
Seorang
yang memiliki ajian ini akan menjadi sakti mandraguna karena memiliki tameng
kebal saat bertarung dengan musuh. Tubuh pendekar yang menguasai ajian Lembu
Sekilan tak akan tersentuh oleh lawan, bahkan saking kuatnya perisai goib ini,
pukulan atau senjata lawan akan melenceng sekitar 50 cm.
8. Ajian Jala Sutra
Ajian
ini bila diamalkan dengan baik dapat melumpuhkan lawan beserta kesaktiannya.
Biasanya musuh yang kena ajian Jala Sutra akan menjadi lemah tak berdaya, semua
kesaktian seolah-olah punah. Tapi hal ini tidak berlaku bagi orang yang
memiliki ilmu yang lebih tinggi dari ajian Jala Sutra.
9. Ajian Ciung Wanara
Dengan
ajian ini seseorang mampu mengalahkan musuh yang sangat tinggi ilmunya. Dan
bukan itu saja, karena ia juga akan ditakuti oleh segenap binatang, baik yang
hidup di darat maupun yang hidup di air. Ajian Ciung Wanara juga dapat
menundukkan bangsa Jin dan makhluk goib lainnya. Serta dapat menundukkan ilmu
sesat seperti tenung, teluh dan santet.
10. Ajian Saipi Angin
Ajian
ini membuat orang yang menguasainya dapat bergerak dengan sangat cepat seperti
angin dan bisa pula berjalan di atas air. Mirip dengan ajian Tatar Bayu, hanya
saja bila terus melatihnya sampai ke level akhir, pemiliknya bisa terbang dan
mengembara kemana saja. Bahkan ia pun bisa berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain dalam hitungan detik (berteleportasi) dalam jarak yang diinginkannya.
11. Ajian Halimun (Panglimunan)
Ajian
ini sangat jarang dimiliki, bahkan oleh orang yang sakti mandraguna. Sebab
ajian Halimun adalah ajian untuk menghilang atau untuk menutupi suatu benda
agar tidak nampak. Ajian ini memang cukup berbahaya bila disalahgunakan.
12. Ajian Panca Jiwa (Malih Rupa)
Pada
tahap awal, siapapun yang menguasai ajian ini akan bisa membuat musuhnya merasa
bahwa yang ia serang adalah dirinya, padahal sebenarnya hanyalah sebatang pohon
pisang atau yang sejenisnya. Siapapun yang terkena ajian ini tidak akan tahu
sedang tertipu sampai sang pemilik ajian melepaskan pengaruhnya. Sedangkan di
tahap akhir, maka yang menguasai ajian ini benar-benar bisa mengubah wujudnya
menjadi apapun, khususnya dalam batasan lima sifat yaitu sosok orang lain
(sesama manusia), hewan, tumbuhan, benda-benda, dan elemen alam (tanah, air,
api dan udara).
13. Ajian Suket Kalanjana
Ajian
ini bisa membuat orang yang menguasainya melihat alam goib dengan jelas. Sangat
jarang yang memilikinya karena syarat laku dari ilmu ini begitu sulit, kecuali
bagi orang-orang yang berbakat. Karena jika diamalkan dengan baik akan bisa
tahu alam goib secara detail, seperti tahu kondisi alamnya, wujud dari bangsa
jin, setan, siluman dan sebagainya. Hal ini jelas berbeda levelnya dengan
sekedar memiliki indera keenam.
Setidaknya
ke 13 ajian itulah yang menjadi andalan dari para kesatria di tanah Jawa pada
masa lalu. Dari penjelasannya kita sudah bisa tahu betapa para leluhur kita
dulu adalah orang-orang yang luar biasa dan istimewa. Mereka adalah para
pendekar dan petarung sejati yang mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.
Hingga tak ada bangsa asing manapun yang berani macam-macam atau berperang
secara langsung dengan mereka. Kalaupun akhirnya bangsa ini dijajah, itu karena
ada para pengkhianat di antara mereka. Bangsa kita pun sering di adu domba,
karena kelemahan dari bangsa ini adalah sesama mereka sendiri.
Kembali
ke pembahasan kita di atas. Dimana ke 13 ajian itu bukanlah semuanya. Tentu ada
yang lainnya, namun tidak bisa kami sebutkan lagi semuanya disini.
Sedangkan
mengenai bagaimana para leluhur kita dulu bisa menguasai ajian-ajian tersebut,
maka setiap orangnya harus melakukan ke 6 jenis tapa brata, yaitu:
1. Tapaning jasad
Sikap
ini berarti mengendalikan/menghentikan daya gerak tubuh atau kegiatannya. Disini
seseorang seharusnya tidak lagi merasa iri, dengki, sakit hati atau menaruh
dendam kepada siapapun. Segala sesuatu itu, baik atau pun buruk, harus bisa
diterima dengan kesungguhan hati dan sikap yang ikhlas.
2. Tapaning hawa nafsu
Sikap
ini berarti mengendalikan hawa nafsu atau sifat angkara murka yang ada di dalam
diri pribadi. Pada tahap ini seseorang itu hendaknya selalu bersikap sabar,
ikhlas, murah hati, berperasaan mendalam (tepo saliro/tenggang rasa, welas
asih), suka memberi maaf kepada siapa pun, juga taat kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Selain itu, ia juga sudah bisa memperhatikan perasaan secara
sungguh-sungguh, dan berusaha sekuat tenaga kearah ketenangan (heneng), yang
berarti tidak dapat diombang-ambingkan oleh siapa atau apapun juga, serta
berada dalam kewaspadaan (hening).
3. Tapaning budi
Sikap
ini berarti selalu mengingkari perbuatan yang hina, tercela dan segala hal yang
bersifat tidak jujur (munafik). Pada tahap ini, seseorang itu harusnya sudah
berbudi pekerti yang luhur, memiliki sopan santun, sikap rendah hati dan tidak
sombong, tidak pamer dan pamrih, serta selalu berusaha untuk bisa berbuat baik
kepada siapapun.
4. Tapaning suksma
Sikap
ini berarti memenangkan jiwanya. Jadi pada tahapan ini hendaknya kedermawanan
seseorang itu diperluas. Pemberian sesuatu kepada siapapun juga harus
berdasarkan keikhlasan hati, seakan-akan sebagai persembahan khusus, sehingga
tidak mengakibatkan kerugian bagi siapapun. Singkat kata, ia tidak lagi pernah
menyinggung perasaan orang lain.
5. Tapaning cahyo
Sikap
ini berarti seseorang itu selalu eling lan waspodho (ingat dan waspada). Ia
sudah terlepas dari sifat yang tidak jelas dan saru (tidak baik, tidak sopan,
tidak tepat, tercela). Lagi pula setiap kegiatannya selalu ditujukan untuk
kebahagiaan dan keselamatan umum. Jauh dari urusan materi duniawi dan ego.
6. Tapaning gesang
Sikap
ini berarti selalu berusaha sekuat tenaga dan hati-hati untuk bisa menuju pada
kesempurnaan hidup. Hal ini bisa terjadi, ketika seseorang sudah melalui ke
lima jenis laku tirakat sebelumnya. Dan ketaatan kepada Hyang Aruta (Tuhan Yang
Maha Esa) disini adalah yang paling utama, mengingat hanya dari Tuhanlah
kebenaran yang mutlak itu berasal.
Adapun
hal-hal lain yang menjadi kebiasaan mereka dulu adalah mengerjakan rutinitas
seperti puasa mutih (hanya makan nasi putih), ngrowot (hanya makan sayuran
tanpa garam dan gula), ngebleng (tidak makan, minum dan tidur), pati geni
(berpantangan makanan yang dimasak menggunakan api, tidak tidur, dan di lakukan
di tempat gelap/tidak ada cahaya), nyepi (mengasingkan diri di tempat
tertentu), semedhi (meditasi), tapa ngrame (diri tetap tenang walaupun di
tengah hiruk-pikuk aktivitas manusia, alias tidak terpengaruh keadaan dan
menyembunyikan jati diri yang sebenarnya), dan selalu menjaga diri dari hal-hal
yang bertentangan dengan hati nurani serta budi pekerti.
Selanjutnya,
setelah seseorang benar-benar memahami dan menjalankan setidaknya apa saja yang
telah dijelaskan di atas, barulah ia bisa dikatakan telah siap untuk
menjalankan tapa brata dalam arti yang sesungguhnya. Tapa brata yang ia lakukan
nanti tentu akan membuahkan hasil, terutama bagi kesempurnaan dirinya sendiri.
Inilah makna dari tapa brata yang sejati.
Dan
kami bisa sedikit memberikan contoh tentang beberapa jenis tapa brata yang umum
di lakukan oleh para leluhur kita dulu, seperti Tapa Ngadek (meditasi dengan
posisi berdiri di tempat tertentu), Tapa Ngalong (dengan menggantungkan diri
terbalik di atas pohon), Tapa Ngidang (dengan menyendiri di hutan dan
berperilaku seperti kijang), Tapa Kumkum (dengan berendam di sungai), Tapa
Ngeli (dengan duduk semedhi di atas sebuah rakit yang dihanyutkan di sungai),
Tapa Pendem (dengan dikubur hidup-hidup di dalam tanah), dll. Semua jenis tapa
brata itu di lakukan dalam waktu yang lama, bahkan tanpa makan, minum, dan tak
bergerak sama sekali.
Oleh
sebab itu, tidaklah mengherankan para leluhur kita dulu memiliki 5 sifat utama
dari para kesatria yang sejati. Yaitu:
1. Ngesti Aji (mencari ilmu pengetahuan suci)
Artinya,
seseorang telah bijaksana dan mahir dalam segala ilmu pengetahuan, terutama
ilmu pengetahuan suci (agama).
2. Ngesti Giri (mencari kekuatan seperti gunung)
Artinya,
seseorang telah kuat iman, teguh pendirian, tangguh dalam menegakkan kebenaran,
serta tabah dan tegar dalam menghadapi segala kendala ataupun penderitaan.
3. Ngesti Jaya (mencari kemenangan)
Artinya,
seseorang dapat menundukkan musuh-musuhnya dan segala sifat-sifat buruk yang
ada di dalam dirinya, serta sempurna lahir dan batin. Disinilah pula seseorang
harus memperhatikan kemampuan olah raga (ilmu kanuragan) dan olah batinnya
(ilmu kesaktian) demi kebenaran dan keadilan.
4. Ngesti Nangga (mencari ketangguhan dalam rasa dan perasaan)
Artinya,
seseorang sudah tangguh dan tanggap dalam segala keadaan serta tahu membawa
diri, sehingga tidak mudah terjerumus dalam kehancuran dan kehinaan atau
hal-hal yang merugikan.
5. Ngesti Priyambada (senang berbagi kebaikan)
Artinya,
seseorang selalu memberikan rasa bahagia, ketenteraman dan kedamaian lahir dan
batin kepada orang-orang yang ada disekitarnya atau masyarakat.
Sungguh
mengagumkannya para leluhur kita dulu. Dan sudah menjadi keharusan bagi kita
sebagai keturunan mereka untuk mengikuti jejaknya. Karena bangsa ini hanya akan
selalu menjadi jongos atau pengekor dari bangsa lain selama tidak bisa kembali
ke diri sejatinya. Atau melupakan warisan luhur yang menjadi kebanggaan dari
para leluhur.
***
Selanjutnya, sesuai dengan judul dari tulisan ini, maka berikutnya
akan kami jelaskan sekilas tentang ajian Mundi Jati Sasongko Jati. Apakah itu
sebenarnya ?
Ajian
ini termasuk ilmu tingkat tinggi, bahkan disebut-sebut sebagai puncaknya dari
segala ajian di tanah Jawa. Mengapa bisa begitu? Sebab ajian ini membahas
tentang penempaan diri untuk berbagai kesaktian yang bisa dicapai oleh Manusia,
yang tujuan akhirnya untuk bisa mengarah ke Sangkan Paraning Dumadi. Karena
itulah pada masa lalu pun ilmu ini sangatlah rahasia dan dirahasiakan.
Sementara yang menjadi fokus ajarannya adalah tentang penerapan cinta dan kasih
sayang kepada semua makhluk. Makanya ada wejangan khusus di dalamnya, yang
dikenal dengan nama Wahyu Panca Laku dan Wahyu Panca Goib. Dimana siapapun yang
ingin menguasai ajian ini haruslah bisa menguasai dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari terlebih dulu.
Adapun
sosok yang pertama kali menerima ajian ini bernama Begawan…………. Ia berasal dari
tanah Jawa yang hidup pada pertengahan zaman ketiga (Dirganta-Ra). Pada saat
itu, ajian ini memiliki nama asli yaitu……….., tapi kemudian berganti-ganti nama
di zaman yang berbeda. Hingga pada akhirnya dikenal dengan sebutan Mundi Jati
Sasongko Jati.
Mengenai
bagaimana cara untuk bisa menguasai ajian Mundi Jati Sasongko Jati ini, maka
siapapun itu harus bisa menguasai ke 13 tingkatan ajian yang ada. Di antaranya
sebagai berikut :
1. Ajian Anjan Kumayan
Ajian
ini bukanlah untuk pertarungan kontak, yang bisa memberikan kekuatan bahkan
membuat diri menjadi sakti mandraguna. Sebab ilmu ini hanya untuk sebatas hajat
saja. Bisa untuk apa saja, akan tetapi sebaiknya untuk kepentingan khusus dan
yang berat-berat saja. Jadi ketika ada orang yang mempelajari ilmu ini, maka
sudah bisa dipastikan bahwa ia bukanlah orang sembarangan dan mengerti
kegunaannya secara detail.
2. Ajian Braja Musti
Ajian
ini dikatakan sebagai salah satu ajian tingkat tinggi karena tingkat keganasan
dan kedahsyatannya yang mengerikan. Dengan ajian Braja Musti ini, seseorang
bisa memiliki sebuah pukulan yang kekuatannya sangat luar biasa. Pukulan
seseorang yang biasanya hanya dapat mempenyokan batang pisang, maka dengan
pembelajaran, rialat, dan tirakat khusus, dia bisa merubahnya menjadi pukulan
yang bisa menghancurkan beton tebal, batu, bahkan besi sekalipun. Pukulan ajian
ini juga bisa di lakukan pada target jarak jauh. Kekuatannya sama saja meskipun
lawan berada lebih dari 5 meter didepan.
Karena
itu, ajian ini adalah suatu ajian kadigdayan yang biasa digunakan orang-orang
zaman dulu untuk melumpuhkan lawan saat berperang. Para pendekar masa silam
belum akan turun gunung jika ia belum dibekali oleh ajian yang satu ini.
Makanya ajian Braja Musti ini adalah pemungkas dari sekian banyak ilmu kanuragan
yang ada, setara dengan ajian Gelap Mampar.
3. Ajian Nalagati
Disamping
sebagai ajian yang bertujuan untuk memperoleh ilmu kekebalan tubuh dari
berbagai macam senjata tajam, maka ajian ini sekaligus berfungsi untuk
membangkitkan kekuatan yang luar biasa dahsyatnya dalam diri pemiliknya.
4. Ajian Serat Jiwa
Ajian
ini adalah ilmu kanuragan dan kadigdayaan tingkat tinggi yang memiliki 10 macam
tingkatan dalam keilmuannya. Yang masing-masing tingkatannya memiliki fungsi
dan keistimewaan sendiri sebagai berikut :
1)
Tingkat I berjuluk “Cakra Manggilingan“. Memiliki
fungsi untuk menyatukan segenap kekuatan tenaga dalam yang tersembunyi di dasar
alam bawah sadar tubuh, yang selama ini belum terbangkitkan agar mampu bangkit
potensinya. Selain itu turut melipatgandakan kekuatan gaib/batin yang nantinya
dimiliki dan dihimpun menjadi kekuatan yang sangat dahsyat.
2)
Tingkat II berjuluk “Ajian Serat Wadag Brajawesi“.
Berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tubuh hingga memiliki kekebalan terhadap
wesi (logam), ajian, senjata dan pusaka lawan.
3)
Tingkat III berjuluk “Ajian Serat Lawang Saketeng“.
Berfungsi melipatgandakan kemampuan pukulan jarak jauh, hingga mampu melakukan
pukulan dan melempar lawan dari jarak jauh.
4)
Tingkat IV berjuluk “Ajian Serat Gulung Jagat“. Berfungsi
untuk memporak-porandakan barisan lawan yang melakukan keroyokan.
5)
Tingkat V berjuluk “Ajian Serat Tatar Bayu“. Berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan ilmu meringankan tubuh dan berlari cepat laksana
angin dan mampu berpindah-pindah tempat dalam sekejap (teleportasi). Seperti
ajian Seipi Angin dan Tatar Bayu.
6)
Tingkat VI berjuluk “Ajian Serat Buto Agni“. Berfungsi
untuk memperbesar diri menjadi raksasa berambut api yang sangat menakutkan.
7)
Tingkat VII berjuluk “Ajian Tapak Saketi“. Berfungsi sebagai
pukulan jarak jauh yang berupa tapak api yang sangat berbahaya.
8)
Tingkat VIII berjuluk “Ajian Bayu Bajra“. Berfungsi
sebagai pukulan yang mampu menciptakan dahsyatnya kekuatan angin topan.
9)
Tingkat IX berjuluk “Ajian Gelang-Gelang“. Berfungsi menciptakan
pagaran (perisai diri) dan pukulan yang berupa gelang api yang berkobar-kobar.
10)
Tingkat X berjuluk “Ajian Serat Netra Dahana“.
Berfungsi untuk menghisap kekuatan dan
kesaktian lawan hingga ke akar-akarnya.
5. Ajian Waringin Sungsang
Ajian
ini memiliki falsafah yang mendalam. Waringin Sungsang berarti pohon beringin
yang terbalik dimana akarnya berada di atas, seperti pohon Kalpataru. Pohon
Waringin Sungsang ini bermakna sumber kehidupan segala yang ada, sumber
kebahagiaan, keagungan, serta sumber asal mula kejadian. Makanya pohon ini juga
disebut pohon Purwaning Dumadi atau pohon Sangkan Paran.
Dan
di dalam Waringin Sungsang juga terdapat ular yang melilit pohon tersebut. Ini
melambangkan jasmani dan rohani yang telah menyatu dalam perilaku. Makanya
seorang kesatria pemilik ilmu ini adalah orang yang sudah manunggal atau
menyatukan kehendak lahir dan kehendak batinnya. Ilmu ini hanya dimiliki oleh
para kesatria yang mumpuni, sehingga tidak digunakan sembarangan karena
dampaknya yang melumpuhkan.
Selain
itu, ajian Waringin Sungsang memiliki efek yang sangat mematikan. Siapapun yang
diserang ajian ini akan terserap energi kesaktiannya dan mengalami lumpuh
hingga akhirnya roboh tidak berdaya. Dan dengan memiliki ajian ini muncul
energi pertahanan kekuatan tubuh yang sangat hebat. Makanya, para pendekar yang
telah memiliki ajian Waringin Sungsang ini bisa dipastikan akan disegani oleh
kawan sesama pendekar maupun lawannya.
6. Ajian Lampah Lumpuh
Pemilik
ajian ini bisa memiliki energi gaib yang sangat luar biasa. Jika dia dizalimi,
maka tak perlu membalas orang yang melakukan kezaliman tersebut. Mereka yang
berbuat zalim kepada si pemilik ajian ini akan hancur dengan sendirinya. Ini
terjadi karena efek balik dari kekuatan gaib ajian Lampah Lumpuh yang sangat
mengagumkan.
7. Ajian Cipta Dewa
Kemampuan
dari ajian ini adalah gabungan dari ketiga ajian lainnya; yaitu Serat Jiwa,
Waringin Sungsang, dan Lampah Lumpuh. Kekuatan dari ketiganya itu telah menjadi
satu dalam ajian Cipta Dewa ini.
8. Ajian Karang Setra
Ajian
ini mengaktifkan ke empat unsur dalam diri dan alam semesta. Ajian ini berguna
untuk pertahanan diri dan hanya cukup menyentuh lawan dengan telapak tangan
saja bisa menyebabkannya hancur berkeping-keping. Karena apa yang tersentuh
oleh tangan orang yang menguasai ajian Karang Setra ini akan lebur seketika.
9. Ajian Cinde Amoh
Ajian
ini merupakan ajian pamungkas andalan para pendekar di zaman dahulu. Sebab
dengan menguasai ajian ini bisa membuat tubuh kebal terhadap berbagai jenis
senjata, pusaka, atau segala macam serangan musuh, termasuk ledakan bom, tidak
akan mampu melukai tubuh sedikitpun. Selain itu, ajian ini juga berfungsi untuk
melumpuhkan serangan ilmu hitam/sihir.
10. Ajian Pupuh Bayu
Ajian
ini terdiri dari dua jenis, yaitu ajian pelumpuh tenaga dan ajian pelumpuh
kesaktian. Dengan ajian ini, jika berhadapan dengan musuh maka cukup dipelototi
atau sekedar menghentakkan kaki ke tanah, si musuh akan hilang tenaga dan
kesaktiannya.
11. Ajian Rawa Rontek
Ajian
ini adalah ilmu perlindungan supranatural dari segala bahaya yang mengancam
jiwa. Siapapun yang menguasai ajian ini akan selamat dari berbagai serangan,
baik serangan fisik maupun dengan senjata tajam atau senjata api dan pusaka.
Ajian ini pun secara otomatis dapat menangkal serangan goib, seperti santet,
teluh, tenung dan guna-guna lainnya. Sedangkan dalam fungsinya sebagai
perlindungan diri, maka ajian ini mampu menyerap energi lawan dan
mendayagunakannya sebagai tameng atau pagar goib tak kasat mata.
Sehingga
bila dihadapkan dengan situasi yang berbahaya, maka pemilik ajian ini akan
selamat dan terlindung dengan berbagai cara tanpa luka. Atau bila sampai
terluka, maka luka itu hanya berupa luka ringan yang tak sebanding dengan
kuatnya serangan. Oleh sebab itulah, saat ditilik secara bahasa, maka Rawa
Rotek itu berarti kepala putus. Di namakan begitu karena ajian Rawa Rontek ini
dimaksudkan agar pemiliknya tidak akan mati dengan cara dibunuh, melainkan
meninggal dengan cara-cara yang wajar dan alami ketika tiba waktunya.
12. Ajian Pancasona
Ajian
ini menjamin pemiliknya tidak bisa mati dengan sebab apapun. Tak hanya itu,
ajian ini juga bisa membuat seseorang memiliki kekebalan dan pengobatan yang
ekstrem. Memang ia akan tetap bisa merasakan luka, tapi berkat kemampuan dari
ajian ini maka luka selebar dan sedalam apa pun akan sembuh dengan sendirinya
dalam waktu singkat. Bahkan meskipun tubuhnya dipotong-potong lalu dipisahkan,
maka dengan sendirinya bagian tubuh itu akan kembali bersatu dan sosok yang
memiliki ajian ini akan hidup kembali. Karena itulah, ajian ini sering disebut
bisa membuat pemiliknya hidup kekal.
13. Ajian Sapu Jagat Pramudita
Ajian
ini berfungsi untuk semua hajat dan keinginan seseorang, apapun bentuknya, termasuk
bisa mengalahkan ke 12 macam ajian di atas.
Catatan:
Ke
13 nama ajian di atas bukanlah nama aslinya dulu (yang diciptakan oleh
Begawan……..). Semuanya itu adalah nama-nama lain – dalam bahasa yang berbeda –
yang dikenal pada masa berikutnya sampai di zaman kita sekarang.
Setelah
berhasil menguasai ke 13 macam ajian di atas secara bertahap, maka barulah
seseorang bisa menguasai ajian Mundi Jati Sasongko Jati. Dan sebagaimana
penjelasan di atas, maka ajian ini tidak lagi hanya membahas tentang kesaktian
saja, tetapi lebih kepada penempaan diri untuk tujuan akhirnya, yaitu bisa
mengarah kepada Sangkan Paraning Dumadi, alias pengetahuan tentang “dari mana
Manusia berasal dan kemanakah ia akan kembali”.
Sungguh,
betapa luar biasanya para leluhur kita dulu, khususnya di tanah Jawa. Mereka
bisa memiliki kemampuan yang menakjubkan dan terkenal di seantero dunia. Dan
dari semua penjelasan di atas, maka sesakti apapun leluhur kita dulu tetap saja
bermuara kepada hakikat hidup dan kehidupannya, bukan sekedar untuk bisa
gagah-gagahan saja. Mereka pun telah sadar diri dan terus mencari kesempurnaan
hidup.
Dalam
hal ini harus sesuai dengan falsafah lama yang berbunyi Sangkan Paraning
Dumadi. Dimana dalam bahasa Jawa, maka kata “Sangkan” itu berarti asal muasal,
lalu “Paran” adalah tujuan (Paraning = menuju ke), sedangkan “Dumadi” artinya
lahir (atau sebelum lahir, sebelum bernama, atau sebelum ada seperti sekarang
ini) dan menjadi (yang menjadikan atau Pencipta). Dengan begitu bahwa yang
dimaksudkan dengan Sangkan Paraning Dumadi itu adalah pengetahuan tentang “dari
mana Manusia berasal dan kemanakah ia akan kembali.” Dan dalam hal ini tidak
terlepas dari hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya.
Adapun
kaitannya dengan beragam jenis ajian yang mereka pelajari, kuasai, bahkan
ciptakan itu adalah cara untuk bisa lebih memahami tentang siapakah diri sejati
Manusia dan apa hakekat dari kehidupannya kini. Semua itu hanyalah bekal untuk
menuju kepada Yang Sejati. Sebab keberadaan Manusia dan Alam Semesta merupakan
ciptaan dari Hyang Aruta (Tuhan YME). Kelak pada akhirnya semua akan kembali
kepada-NYA, tak ada yang kekal abadi selamanya kecuali DIRI-NYA saja. Makanya
dalam falsafah Sangkan Paraning Dumadi itu tersirat makna bahwa kita sebagai
makhluk pada hakikatnya akan berpulang ke “rumah sejati” kita, cepat atau
lambat. Dan yang menjadi pertanyaan mendasarnya adalah apakah kita akan kembali
dalam kondisi yang selamat (bahagia, diridhoi-NYA) atau justru malah celaka
(menerima azab yang perih)?
Peristiwa
berpulangnya manusia ke “rumah sejatinya” inilah yang harus menjadi fokus
perhatian. Dimana falsafah dari Sangkan Paraning Dumadi itu sendiri bermaksud
mengajarkan bahwa tujuan akhir dari kehidupan Manusia adalah kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sehingga dalam menjalani kehidupan ini ia pun harus memiliki
nilai-nilai luhur ketuhanan. Dan di antara nilai-nilai luhur ketuhanan itu
adalah bersikap jujur, adil, tanggungjawab, setia, tulus-ikhlas, tepo seliro
(tenggang rasa), peduli, sederhana, rendah hati, ramah, penuh cinta, disiplin
dan berkomitmen.
Mugiya Sedaya Rahayu Sagung Dumadi