SUKMA SEJATI
Sukma Sejati = ꦱꦸꦏ꧀ꦩꦱꦼꦗꦠꦶ
Guru Sejati = ꦒꦸꦫꦸꦱꦼꦗꦠꦶ
Sedulur Papat Limo Pancer
= ꦱꦼꦣꦸꦭꦸꦂꦥꦥꦠ꧀ꦭꦶꦩꦺꦴꦥꦚ꧀ꦕꦺꦂ
Pemahaman kebatinan manusia akan sampai pada pemahaman
yang dalam tentang Tuhan dan pemahaman yang dalam tentang sifat-sifat dan jati
diri manusia yang sejati. Puncak-puncak ajaran kebatinan tersebut diwujudkan
dengan nama-nama ajaran kebatinan seperti ajaran Kasampurnaan
(kesempurnaan), Manunggaling Kawula Lan
Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian
manusia) dan lainnya.
Nama-nama ajaran kebatinan di atas adalah
konsep-konsep dasar dalam ajaran penghayatan kerohanian kejawen. Konsep-konsep
tersebut diajarkan dalam banyak aliran kebatinan di Jawa dengan banyak istilah
dan penamaan sendiri-sendiri. Konsep-konsep kebatinan yang sama juga diajarkan
di banyak tempat, terutama di India dan sekitarnya, penggunaan istilah dan
namanya saja yang berbeda-beda.
Salah satu puncak dalam ajaran kebatinan jawa adalah
ajaran Sukma Sejati.
Istilah Sukma Sejati adalah sebuah konsep dasar
kebatinan yang pada prakteknya diajarkan di banyak tempat dan aliran kebatinan
dengan penamaan sendiri-sendiri. Ajaran Sukma Sejati tidak berdiri sendiri,
tetapi terkait dengan konsep ajaran lain, terutama terkait dengan ajaran
Manunggaling Kawula Lan Gusti.
Istilah Sukma Sejati merujuk pada pengertian roh agung
yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, roh sejati manusia yang sesuai
dengan citra tentang manusia pada saat Tuhan menciptakan manusia.
Ajaran ini menekankan penghayatan keyakinan bahwa
dalam diri manusia sebenarnya sudah terkandung roh agung ciptaan Tuhan yang
berbeda dari roh-roh lain, yang sudah terkandung di dalamnya sifat-sifat Tuhan
dan Kuasa Tuhan jika roh agung itu selaras dan tersambung / manunggaling dengan
Tuhan. Hanya saja dalam kehidupan sehari-harinya manusia terlalu larut dalam
hidup keduniawian, sehingga menjauhkan roh agung manusia itu dari Roh Tuhan.
Manusia lebih dekat dengan duniawinya, sehingga jauh dari penciptanya. Dan
banyaknya pengkultusan dalam hidup berkeagamaan justru semakin menjauhkan
manusia dari Tuhan, menjadikan Tuhan semakin jauh untuk dijangkau.
Dalam ajaran ini manusia diajak mendekatkan diri
kepada Tuhan, menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan,
bersandar dan menyelaraskan diri dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk
melepaskan diri dari belenggu keduniawian, melepaskan sifat-sifat tamak dan
serakah pada kepemilikan duniawi yang dapat mengotori kesucian hati dan batin
manusia untuk lebih menyelaraskan diri dan menjaga ketersambungan diri dengan
Tuhan. Ajaran ini didasarkan pada kepercayaan untuk kembali kepada kemurnian
jati diri dan sifat-sifat manusia yang sejati sesuai kehendak Tuhan saat
penciptaan manusia.
Ajaran Sukma Sejati mengajarkan penghayatan kesejatian
manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Ajaran Sukma Sejati mengedepankan sisi
roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, roh sejati manusia, yang
harus dijaga kesucian dan keagungannya oleh manusia, yang bukan hanya secara
fisik, tetapi juga dengan rohnya manusia harus menyembah Tuhan.
Ajaran Sukma Sejati yang mengedepankan sisi roh agung
yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia, sukma sejati manusia,
mengindikasikan bahwa manusia tidak memerlukan roh lain untuk dipuja (berhala),
dan tidak memerlukan roh lain sebagai sumber kekuatan (khodam dan jimat).
Sebagai roh agung ciptaan Tuhan, roh / sukma sejati manusia memiliki
keillahian, yang bila sisi keillahian ini diutamakan, maka roh / sukma sejati
manusia-lah yang akan berkuasa atas roh-roh lain, bukannya dikuasai oleh
roh-roh lain, atau bergantung kepada roh-roh lain. Untuk itu manusia harus
menyandarkan hidupnya dan mengkondisikan sukmanya supaya selalu selaras dengan
keillahian Tuhan.
Para penganut kebatinan di atas menemukan suatu
kekuatan yang tumbuh di dalam diri mereka, yaitu kekuatan Sukma Sejati,
kekuatan roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia. Mereka
merasakan adanya suatu energi yang menyelimuti tubuh mereka, membuat tubuh
terasa tebal berselimut energi, dan energi ini bukan hanya mengisi tubuh,
mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati, menjadikan kehendak
batin dan ucapan-ucapannya jadi ! saking
kersaning Allah. Kekuatan yang mirip
seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam. Kekuatan ini
tidak dapat dipelajari dengan cara latihan fisik ataupun olah nafas. Kekuatan
ini terbangkitkan ketika seseorang mesu raga, mengesampingkan kekuatan biologis
dan hasrat keduniawian. Kekuatan ini berasal dari jiwanya yang paling dalam,
dari sukmanya, dari jiwa yang menyembah Tuhan.
Awalnya kekuatan ini tidak bisa dikendalikan secara
pikiran, hanya dibiarkan saja mengalir mengisi tubuh, tetapi kemudian bisa
dikendalikan secara batin. Kekuatan ini jelas bukan bagian dari kekuatan fisik,
karena kekuatan ini adalah kekuatan sukma manusia. Kekuatan ini terkendalikan
dengan menyatukannya dengan kehendak dan niat batin, merasuk menyatu dengan
hati.
Sesuai tingkatan kedalaman penghayatan keyakinan
pada kesejatian diri dan kekuatan kebatinan masing-masing
penganutnya, kesatuan roh pancer dan sedulur papat sebagai Sukma Sejati
seseorang akan mampu meniadakan roh-roh dan pribadi lain dalam dirinya,
menjadi perisainya dari serangan roh-roh lain, dan menempatkan dirinya tidak di
bawah pengaruh atau kuasa roh-roh duniawi lain. Kekuatan dan kegaiban sukma
manusia meniadakan roh-roh lain dari tubuhnya, yang bahkan roh-roh gaib kelas
atas seperti dewa dan buto pun akan tidak berani datang mendekat untuk maksud
menyerang. Banyak para penganutnya yang selain juga mampu menyembuhkan berbagai
macam penyakit, juga mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati, walaupun
sudah berhari-hari mati (yang belum waktunya mati).
Ketika kekuatan ini sudah menyatu merasuk dalam diri
seseorang, maka kekuatan dari niat batin dan kehendaknya bisa menjadikan suatu
kejadian hanya dengan mengkonsentrasikan batinnya saja tanpa perlu amalan gaib
atau aji-aji. Kegaiban seorang linuwih
dan waskita. Dan semua perkataannya jadi !
Dan ketika kekuatan ini menyatu dengan kesaktiannya, maka sulit sekali
ada manusia dan mahluk halus yang dapat menandinginya, karena kesaktiannya
menjadi berlipat-lipat ganda kekuatannya setelah dilambari dengan kekuatan
sukmanya dan dirinya sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat
ditembus oleh ilmu gaib dan aji-aji kesaktian. Sekalipun seseorang tidak
menekuni ilmu kesaktian kanuragan, tetapi kekuatan fisiknya akan menjadi jauh
lebih kuat ketika dilambari dengan kekuatan sukmanya, suatu kekuatan yang jelas
tidak semata-mata berasal dari kekuatan fisiknya. Selain diri mereka sendiri
diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib, kegaiban
mereka pun dapat menenggelamkan (menghapuskan) keampuhan ilmu gaib dan ilmu
khodam (ilmu sihir dan guna-guna).
Orang-orang yang menekuni dan mendalami kebatinan ini
biasanya memiliki kegaiban dan kekuatan sukma yang tinggi, yang berasal dari
keselarasan batin dan sukmanya dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, menjadikan mereka
memiliki kegaiban tinggi, dan menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan
waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan,
membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan berprihatin
tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan
melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos
sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang
kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa
terlebih dahulu mengalami kematian.
Kekuatan kegaiban tersebut di atas memang tidak mudah
mendapatkannya. Seseorang harus menempa dirinya, mesu raga penuh keprihatinan
untuk menempa batin dan sukmanya. Laku puasanya pun berbeda dengan puasa yang
biasa dilakukan orang kebanyakan. Jenis puasanya adalah apa yang disebut puasa
ngebleng. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam
dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata. Kegaiban dalam puasa ngebleng tidak
dapat disamakan dengan puasa bentuk lain. Puasa ngebleng terkait dengan
kekuatan dan kegaiban sukma manusia. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin
kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya.
Pada orang-orang yang tekun menjalani kebatinan /
spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, melihat gaib, terawangan gaib,
weruh sak durunge winarah, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kegaiban sukma mereka, merupakan kemampuan
gaib yang menyatu dengan diri mereka, menjadikan mereka orang-orang yang
linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara
khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari kegaiban
sukma mereka, sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan
tapa brata mereka.
Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik, kegaiban
sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi,
mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge
winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam
gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun,
dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu amalan gaib
dan khodam.
Banyak orang yang benar mendalami kebatinan, misalnya
yang mengikuti pendalaman kebatinan melalui aliran-aliran kebatinan kejawen
yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya sudah terkandung kegaiban
yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya
menjadi tidak dapat diserang dan tidak dapat dikenai pukulan, dan bila berniat
memberi pelajaran kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan
kegaiban sukmanya bahwa ketika seseorang menyerangnya, maka penyerangnya itu
akan kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat
bergerak, lumpuh tak dapat berdiri, dsb. Kegaiban sukma mereka memusnahkan
keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai
macam bentuk serangan gaib.
Seseorang yang sudah sedemikian itu, yang sadar
dirinya sudah seperti itu, maka istilah-istilah sekti tanpa aji, digdaya tanpa
japa mantra, ngluruk tanpa bala, suro diro jaya ningrat lebur dening pangastuti,
menang tanpa ngasorake, dsb, bukan hanya menjadi slogan-slogan filosofis saja,
tetapi sudah menyatu dengan kepribadian dan diamalkan dalam kehidupan mereka
yang harus senantiasa selaras dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan. Segala kekuatan
jahat dan kesombongan manusia akan luluh dan tunduk oleh perbawa pengayoman,
kebaikan dan kerendahan hati.
HAKEKAT GURU SEJATI
Kembali pada pembahasan Guru Sejati. Melalui 3
langkahnya (Triwikrama) Dewa Wishnu (Yang Hidup), mengarungi empat macam zaman
(kertayuga, tirtayuga, kaliyuga, dwaparayuga), lalu lahirlah manusia dengan
konstruksi terdiri dari fisik dan metafisik di dunia (zaman mercapada). Fisik
berupa jasad atau raga, sedangkan metafisiknya adalah roh beserta unsur-unsur
yang lebih rumit lagi.
Ilmu Jawa melihat bahwa roh manusia memiliki pamomong
(pembimbing) yang disebut pancer atau guru sejati. Pamomong atau Guru Sejati
berdiri sendiri menjadi pendamping dan pembimbing roh atau sukma. Roh atau
sukma di siram air suci oleh guru sejati, sehingga sukma menjadi sukma sejati.
Di sini tampak Guru sejati memiliki fungsi sebagai resources atau sumber pelita
kehidupan. Guru Sejati layak dipercaya sebagai guru karena ia bersifat teguh
dan memiliki hakekat sifat-sifat Tuhan (frekuensi kebaikan) yang abadi
konsisten tidak berubah-ubah (kang langgeng tan owah gingsir). Guru Sejati
adalah proyeksi dari rahsa/rasa/sirr yang merupakan rahsa/sirr yang sumbernya
adalah kehendak Tuhan; terminologi Jawa menyebutnya sebagai Rasa Sejati. Dengan
kata lain rasa sejati sebagai proyeksi atas rahsaning Tuhan (sirrullah).
Sehingga tak diragukan lagi bila peranan Guru Sejati akan mewarnai energi hidup
atau roh menjadi energi suci (roh suci/ruhul kuddus). Roh kudus/roh al
quds/sukma sejati, telah mendapat petunjuk Tuhan dalam konteks ini hakikat rasa
sejati, maka peranan roh tersebut tidak lain sebagai utusan Tuhan. Jiwa, hawa
atau nafs yang telah diperkuat dengan sukma sejati atau dalam terminologi Arab
disebut ruh al quds. Disebut juga sebagai an-nafs an-natiqah, dalam terminologi
Arab juga disebut sebagai an-nafs al-muthmainah, adalah sebagai penasihat
spiritual bagi jiwa/nafs/hawa. Jiwa perlu di dampingi oleh Guru Sejati karena
ia dapat dikalahkan oleh nafsu yang berasal dari jasad/raga/organ tubuh
manusia. Jiwa yang ditundukkan oleh nafsu hanya akan merubah karakternya
menjadi jahat.
Menurut ngelmu Kejawen, ilmu seseorang dikatakan sudah
mencapai puncaknya apabila sudah bisa menemui wujud Guru Sejati. Guru Sejati
benar-benar bisa mewujud dalam bentuk halus, wujudnya mirip dengan diri kita
sendiri. Mungkin sebagian pembaca yang budiman ada yang secara sengaja atau
tidak pernah menyaksikan, berdialog, atau sekedar melihat diri sendiri tampak
menjelma menjadi dua, seperti melihat cermin. Itulah Guru Sejati anda. Atau
bagi yang dapat meraga sukma, maka akan melihat kembarannya yang mirip sukma
atau badan halusnya sendiri. Wujud kembaran (berbeda dengan konsep sedulur
kembar) itu lah entitas Guru Sejati. Karena Guru Sejati memiliki sifat hakekat
Tuhan, maka segala nasehatnya akan tepat dan benar adanya. Tidak akan
menyesatkan. Oleh sebab itu bagi yang dapat bertemu Guru Sejati, saran dan
nasehatnya layak diikuti. Bagi yang belum bisa bertemu Guru Sejati, anda jangan
pesimis, sebab Guru Sejati akan selalu mengirim pesan-pesan berupa sinyal dan
getaran melalui Hati Nurani anda. Maka anda dapat mencermati suara hati nurani
anda sendiri untuk memperoleh petunjuk penting bagi permasalahan yang anda
hadapi.
Namun permasalahannya, jika kita kurang mengasah
ketajaman batin, sulit untuk membedakan apakah yang kita rasakan merupakan
kehendak hati nurani (kareping rahsa) ataukah kemauan hati atau hawa nafsu
(rahsaning karep). Artinya, Guru Sejati menggerakkan suara hati nurani yang
diidentifikasi pula sebagai kareping rahsa atau kehendak rasa (petunjuk Tuhan)
sedangkan hawa nafsu tidak lain merupakan rahsaning karep atau rasanya
keinginan.
Sarat utama kita bertemu dengan Guru Sejati kita
adalah dengan lakuprihatin; yakni selalu mengolah rahsa, mesu budi,
maladihening, mengolah batin dengan cara membersihkan hati dari hawa nafsu, dan
menjaga kesucian jiwa dan raga. Sebab orang yang dapat bertemu langsung dengan
Guru Sejati nya sendiri, hanyalah orang-orang yang terpilih dan pinilih.
SEDULUR, PAPAT KEBLAT, LIMA PANCER
Atau Keblat Papat,Lima Pancer, di lain sisi diartikan
juga sebagai kesadaran mikrokosmos. Dalam diri manusia (inner world) sedulur
papat sebagai perlambang empat unsur badan manusia yang mengiringi seseorang
sejak dilahirkan di muka bumi. Sebelum bayi lahir akan didahului oleh keluarnya
air ketuban atau air kawah. Setelah bayi keluar dari rahim ibu, akan segera
disusul oleh plasenta atau ari-ari. Sewaktu bayi lahir juga disertai keluarnya
darah dan daging. Maka sedulur papat terdiri dari unsur kawah sebagai kakak,
ari-ari sebagai adik, dan darah-daging sebagai dulur kembarnya. Jika ke-empat
unsur disatukan maka jadilah jasad, yang kemudian dihidupkan oleh roh sebagai
unsur kelima yakni pancer. Konsepsi tersebut kemudian dihubungkan dengan
hakekat doa; dalam pandangan Jawa doa merupakan niat atau kebulatan tekad yang
harus melibatkan unsur semua unsur raga dan jiwa secara kompak. Maka untuk
mengawali suatu pekerjaan disebut dibutuhkan sikap amateg aji (niat ingsun)
atau artikulasi kemantaban niat dalam mengawali segala sesuatu kegiatan/rencana/usaha).
Itulah alasan mengapa dalam tradisi Jawa untuk mengawali suatu pekerjaan berat
maupun ringan diawali dengan mengucap; kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang
lahir nunggal sedino lan kadhangku kang lahir nunggal sewengi, sedulurku papat
kiblat, kelimo pancer…ewang-ewangono aku..saperlu ono gawe ….
MENGOLAH GURU SEJATI
Guru Sejati yakni rahsa sejati; meretas ke dalam sukma
sejati, atau sukma suci, kira-kira sepadan dengan makna roh kudus (ruhul
kudus/ruh al quds). Kita mendayagunakan Guru Sejati kita dengan cara
mengarahkan kekuatan metafisik sedulur papat (dalam lingkup mikrokosmos) untuk
selalu waspada dan jangan sampai tunduk oleh hawa nafsu. Bersamaan menyatukan
kekuatan mikrokosmos dengan kekuatan makrokosmos yakni papat keblat alam semesta
yang berupa energi alam dari empat arah mata angin, lantas melebur ke dalam
kekuatan pancer yang bersifat transenden (Tuhan Yang Mahakuasa). Setiap orang
bisa bertemu Guru Sejatinya, dengan syarat kita dapat menguasai hawa nafsu
negatif; nafsu lauwamah (nafsu serakah; makan, minum, kebutuhan ragawi), amarah
(nafsu angkara murka), supiyah (mengejar kenikmatan duniawi) dan mengapai nafsu
positif dalam sukma sejati (almutmainah). Sehingga jasad dan nafs/hawa nafsu
lah yang harus mengikuti kehendak sukma sejati untuk menyamakan frekuensinya
dengan gelombang Yang Maha Suci. Sukma menjadi suci tatkala sukma kita sesuai
dengan karakter dan sifat hakekat gelombang Dzat Yang Maha Suci, yang telah
meretas ke dalam sifat hakekat Guru Sejati. Yakni sifat-sifat Sang Khaliq yang
(minimal) meliputi 20 sifat. Peleburan ini dalam terminologi Jawa disebut
manunggaling kawula-Gusti.
Kutipan 1
Tradisi Jawa mengajarkan tatacara membangun sukma
sejati dengan cara ‘manunggaling kawula Gusti’ atau penyatuan/penyamaan sifat
hakikat makhluk dengan Sang Pencipta (wahdatul wujud). Sebagaimana makna
warangka manjing curiga; manusia masuk kedalam diri Tuhan, ibarat Arya Sena
masuk kedalam tubuh Dewaruci. Atau sebaliknya, Tuhan menitis ke dalam diri
manusia; curigo manjing warongko, laksana Dewa Wishnu menitis ke dalam diri
Prabu Kreshna.
Sebagai upaya manunggaling kawula gusti, segenap upaya
awal dapat dilakukan seperti melalui ritual mesu budi, maladihening, tarak
brata, tapa brata, puja brata, bangun di dalam tidur, sembahyang di dalam
bekerja. Tujuannya agar supaya mencapai tataran hakekat yakni dengan
meninggalkan nafsul lauwamah, amarah, supiyah, dan menggapai nafsul mutmainah.
Kejawen mengajarkan bahwa sepanjang hidup manusia hendaknya laksana berada
dalam bulan suci Ramadhan. Artinya, semangat dan kegigihan melakukan kebaikan,
membelenggu setan (hawa nafsu) hendaknya dilakukan sepanjang hidupnya, jangan
hanya sebulan dalam setahun. Selesai puasa lantas lepas kendali lagi.
Pencapaian hidup manusia pada tataran tarekat dan hakikat secara intensif akan
mendapat hadiah berupa kesucian ilmu makrifat. Suatu saat nanti, jika Tuhan
telah menetapkan kehendakNya, manusia dapat ‘menyelam’ ke dalam tataran
tertinggi yakni makna kodratullah. Yakni substansi dari manunggaling kawula
gusti sebagai ajaran paling mendasar dalam ilmu Kejawen khususnya dalam anasir
ajaran Syeh Siti Jenar. Manunggling Kawula Gusti = bersatunya Dzat Pencipta ke
dalam diri mahluk. Pancaran Dzat telah bersemayan menerangi ke dalam Guru
Sejati, sukma sejati.
Kutipan 2
TANDA PENCAPAIAN SPIRITUALITAS TINGGI
Keberhasilan mengolah Guru Sejati, tatarannya akan
dapat dicapai apabila kita sudah benar-benar ‘lepas’ dari basyor atau
raga/tubuh. Yakni jiwa yang telah merdeka dari penjajahan jasad. Bukan berarti
kita harus meninggalkan segala kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi, itu
salah besar !! Sebaliknya, kehidupan duniawi menjadi modal atau bekal utama
meraih kemuliaan baik di dunia maupun kelak setelah ajal tiba. Maka seluruh
kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi sudah tidak dicemari oleh hawa nafsu.
Kebaikan yang dilakukan tidak didasari “pamrih”; sekalipun dengan
mengharap-harap iming-iming pahala-surga, atau takut ancaman dosa-neraka.
Melainkan kesadaran makrokosmos dan mikrokosmos akan kodrat manusia sebagai
makhluk Tuhan, hendaklah memposisikan diri bukan sebagai seteruNya, tetapi
sebagai “sekutuNya”, sepadan dan merasuk ke dalam gelombang Ilahiah. Kesadaran
spiritual bahwa kemuliaan hidup kita apabila kita dapat bermanfaat untuk
kebaikan bagi sesama tanpa membeda-bedakan masalah sara. Orang yang memiliki
kesadaran demikian, hakekat kehendaknya merupakan kehendak Tuhan. Apa yang
dikatakan menjadi terwujud, setiap doa akan terkabul. Ucapannya diumpamakan
“idu geni” (ludah api) yang diucapkan pasti terwujud. Kalimatnya menjadi “Sabda
Pendita Ratu”, selalu menjadi kenyataan.
Selain itu, tataran tinggi pencapaian “ilmu
batin/spiritual” dapat ditandai apabila kita dapat menjumpai wujud “diri” kita
sendiri, yang tidak lain adalah Guru Sejati kita. Lebih dari itu, kita dapat
berdialog dengan Guru Sejati untuk mendengarkan nasehat-nasehatnya, petuah dan
petunjuknya. Guru sejati berperan sebagai “mursyid” yang tidak akan pernah
bicara omong kosong dan sesat, sebab Guru Sejati sejatinya adalah pancaran dari
gelombang Yang Maha Suci. Di sana lah, kita sudah dekat dengan relung ’sastra
jendra hayuning rat’ yakni ilmu linuwih, “ibu” dari dari segala macam ilmu,
karena mata (batin) kita akan melihat apa-apa yang menjadi rahasia alam
semesta, sekalipun tertutup oleh pandangan visual manusia maupun teknologi.
Tanda-tanda pencapaian itu antara lain, kadang
seseorang diizinkan Tuhan untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa
mendatang, melalui vision, mimpi, maupun getaran hati nurani. Semua itu dapat
merupakan petunjuk Tuhan. Maka tidak aneh apabila di masa silam nenek moyang
kita, para leluhur bumi nusantara yang memperoleh kawaskitan, kemudian menuangkannya
dalam berbagai karya sastra kuno berupa; suluk, serat, dan jangka atau ramalan
(prediksi). Jangka atau prediksi diterima oleh budaya Jawa sebagai anugerah
besar dari Tuhan, terkadang dianggap sebagai peringatan Tuhan, agar supaya
manusia dapat mengkoreksi diri, hati-hati, selalu eling-waspadha dan melakukan
langkah antisipasi.
PENTINGKAH GURU SEJATI ?
Peran Guru Sejati sudah jelas saya paparkan di awal
pembahasan ini. Namun demikian perlu kami kemukakan betapa pentingnya Guru
Sejati dalam kehidupan kita yang penuh ranjau ini. Perahu kehidupan kita
berlabuh dalam samudra kehidupan yang penuh dengan marabahaya. Kita harus
selalu eling dan waspadha, sebab setiap saat kemungkinan terburuk dapat menimpa
siapa saja yang lengah. Guru Sejati akan selalu memberi peringatan kepada kita
akan marabahaya yang mengancam diri kita. Guru Sejati akan mengarahkan kita
agar terhindar dari malapetaka, dan bagaimana jalan keluar harus ditempuh.
Karena Guru Sejati merupakan entitas zat atau energi kebaikan dari pancaran
cahaya Illahi, maka Guru Sejati memiliki kewaskitaan luarbiasa. Guru Sejati
sangat cermat mengidentifikasi masalah, dan memiliki ketepatan tinggi dalam
mengambil keputusan dan jalan keluar. Biasanya Guru Sejati “bekerja” secara
preventif antisipatif, membimbing kita agar supaya tidak melangkah menuju
kepada hal-hal yang akan berujung pada kesengsaraan, malapetaka, atau musibah.
PENDAPAT LAIN
Konsep tentang guru sejati sebagaimana ajaran Jawa,
dapat ditelusuri melalui konsep sedulur papat lima pancer, dalam konsep pewayangan
yang makna dan hakikatnya dapat dipelajari sebagaimana tokoh dalam Pendawa Lima
(lihat dalam tulisan Pusaka Kalimasadha). Namun demikian, dalam perjalanannya
mengalami pasang surut dan proses dialektika dengan anasir asing yakni; Hindu,
Budha, Arab. Leluhur bangsa kita memiliki karakter selalu positif thinking,
toleransi tinggi, andap asor. Sehingga nenek moyang kita, para leluhur yang
masih peduli dengan kearifan lokal, secara arif dan bijaksana mereka tampil
sebagai penyelaras sekaligus cagar kebudayaan Jawa. Setelah Islam masuk ke
Nusantara, ajaran Kejawen mendapat anasir Arab dan terjadi sinkretisme, sedulur
papat keblat kemudian diartikan pula sebagai empat macam nafsu manusia yakni
nafsu lauwamah (biologis), amarah (angkara murka), supiyah (kenikmatan/birahi/psikologis),
dan mutmainah (kemurnian dan kejujuran). Sedangkan ke lima yakni pancer
diwujudkan dalam dimensi nafsu mulhimah (sebagai pengendali utama atau tali suh
atas keempat nafsu sebelumnya. Konvergensi antara Kejawen dengan tradisi Arab
disusunlah klasifikasi sifat-sifat nafsu jasadiah di atas dengan diaplikasikan
ke dalam lambang aslinya yakni tokoh wayang :
1. Lauwamah = Dosomuko,
2. Amarah = Kumbokarno,
3. Supiyah = Sarpo Kenoko,
4. Mutma’inah = Gunawan Wibisono.
Tulisan ini saya persembahkan kepada seluruh pembaca
yang budiman sebagai penambah referensi dan informasi untuk generasi bangsa.
Karena kita sadari sulitnya mendapatkan referensi sehingga seringkali dalam
beberapa pembahasan maknanya menjadi salah kaprah. Mudah-mudahan tulisan ini
bermanfaat bagi siapapun, walau sedikit dan masih banyak kekurangan di
sana-sini.
SUKMA SEJATI
(referensi tulisan artikel
Alang Alang Kumitir)
Sebenarnya Sukma sejati, sukma jati, guru sejati atau
guru murshid sama saja… cuma sebutannya saja yang berbeda….. ada juga yang
menyebutnya dengan Nur Muhammad yang disebut Ruh idhlafi yang merupakan Hakikat
Sukma dan ini merupakan kehendak dari Dzat Yang Maha Suci.
Nur Muhammad adalah hakikat sukma yang diakui keadaan
Dzat dan merupakan perbuatan Atma dan menjadi Wahana dalam Alam Arwah (Martabat
7) dan dari Nur Muhammad inilah yang menimbulkan Unsur-unsur Kehidupan yang
menjadi Asal muasal Kehidupan.
Sukma sejati adanya pada kedalaman pribadi yang di
pegang oleh Sang Pribadi….. melalui proses pengenalan diri sendiri maka
muncullah cermin memalukan yang memberikan kenyataan kesadaran bahwa kotornya
diri kita dan melalui proses selanjutnya maka kita bisa mulai mencari dan
menemukan Sang Sukma sejati atau Adam Makna sama saja.
Dan dalam proses menemukan yang di butuhkan adalah
totalitas Kesadaran, Keikhlasan, Ketulusan dan Kebulatan Tekad hanya untuk
MencintaiNya seutuhnya …… tanpa ketakutan akan neraka atau keinginan akan
sorga…. yang ada hanya Dia.
Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan
saudara 4 … ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari
perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan
oleh Sang Penguasa Sukma.
Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati,
mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan
ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma (sukma
sejati) melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup
kita masih sering tergoda kehendak jasad.
Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya
melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya
alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar
nalar.
Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan
saudara 4 … ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari
perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan
oleh Sang Penguasa Sukma.
Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati,
mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan
ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma ( sukma
sejati ) melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup
kita masih sering tergoda kehendak jasad.
Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya
melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya
alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar
nalar.
Kenapa saya sebut sebuah perjalanan
Karena ini semua harus kita jalani sendiri, dengan
mulai dari sebuah keraguan, pencarian, penemuan, pemahaman, kesadaran dan
penyatuan…..dalam sebuah cinta kasih yang tulus, dengan pengorbanan yang tak
terkira untuk sampai kesana…untuk sampai ke pantai dan melihat samudera…untuk
melihat dimana semua sungai bermuara (Kembali) .
Seperti Bima bertemu Dewa Ruci
Bagaimana pertama kali kita akan dihadang oleh nafsu 4
perkara….. mula-mula sinar lutam, sinar merah, sinar kuning, sinar putih.
Berakhirnya perjalanan …. Pada zaman karamatullah
kelak, waktunya maqamijabah, yakni terkabulnya segala sesuatu, segala apa yang
dikehendaki terlaksana, karena lenyapnya Mutdah yang merupakan Dzat hamba,
tinggallah Wajah yaitu Dzat Tuhan yang bersifat kekal.
Menuju cinta sejati …..adalah sebuah perjalanan yang
penuh pengorbanan, saat hidup di kuasai rahsa maka nafsu menguasai jiwa, dan
kita tidak akan mendapatkan atau menemukan apa-apa semuanya hanya semua, tidak
abadi dan kekal.
Betul sekali bahwa ortu, anak istri…dan semua yang
kita dengar, lihat, rasa, endus…semuanya hanyalah pinjaman dan akhirnya toh
harus kembali ke asal….itulah yang dinamakan Kesadaran…
Jalan bertemu suksma sejati……adalah dengan menemukan
Kesadaran dengan membersihkan jiwa, mengendalikan nafsu 4 menembus 3 cahaya
akhir … pertama ; ikhlas, kedua ; rela pada hukum kepastian Allah, ketiga ;
agar merasa tidak memiliki apa-apa, keempat ; harap berserah diri pada kehendak
Allah Taala ….tidak ada yg menyerupainya ….kecuali anda tahu tempatnya,
disinilah kadang di perlukan pembimbing…karena kadang banyak yang serupa atau
menyerupai…tapi bukanlah yg sebenarnya.
Dalam Kehidupan ini faktor yang sering dilupakan kita
sebagai manusia yang kadang mentang-mentang sebagai khalifah ( pemimpin ) dan
merupakan Tajali ( perwujudan ) dari Sang Maha Sempurna, adalah dari mana kita
” berasal ” dan bagaimana kita ” kembali ke asal “.
Sehingga kadang kita melupakan bahwa bahwa kita
terdiri dari 2 bagian…..yaitu yg bernama “Jasad” ( raga )dan “Ruh” ( jiwa
)……dan dalam menempuh hidup dan kehidupan, biasanya kita lebih banyak termakan
dogma dari sebuah kehidupan yang mengandalkan atau menampilkan baju dari
masing-masing sehingga hakikat atau makna dari dalam bajunya jarang tersentuh.
Bagaimana Jasad atau raga itu adalah sebagai baju dari
Ruh atau jiwa….jiwa menemukan raga begitu di dunia…..dahulu disana tiadalah
memerlukan baju atau apapun, raga memerlukan makanan, minuman dan kebutuhan
lainnya untuk bertahan di dunia, sedangkan jiwa merindukan tempatnya yang
dahulu, dimana tidak memerlukan apapun di alam adam makdum…..
Bagaimana sebuah raga begitu memerlukan perjuangan
untuk bertahan hidup di dunia sehingga akhirnya kadang berbenturan dengan
keinginan ruh yang tidak merindukan apa-apa, tetapi ruh tanpa raga adalah bukan
siapa-siapa karena Keagungan Perwujudan Dzatullah tidak akan terlihat.
Demi menjaga keseimbangan haruslah kita
mempertimbangkan tentang keduanya…… bagaimana begitu kita berwujud sudah
berbekal 4 nafsu inti, lawwammah, amarah, sufian dan muthmainah, yg apabila
bicara seharusnya……harusnya adalah kita harus mematikan dalam wacana mematikan
nafsu 4 perkara :Mati nafsunya, setiap nafsu akan merasakan maut. Mati rohnya,
maksudnya yang hilang rahsanya. Mati ilmunya, maksudnya yang mati atau yang
berjurang imannya. Mati hatinya, maksudnya yang mati ucapannya dengan lisan.
Dan yang melandasi hukumnya adalah ; Jalan untuk
kesempurnaan Pati itu adalah Hidayatullah yang menandakan tempat yang telah
diatur, serta hakikat hidup yang berada pada manusia. Kedudukan Pati petunjuk
Allah taala, selamat dalam keadaan jati maksudnya bijaksana terhadap
kesempurnaan sangkan paran. Bertemunya Pati itu tawakal maksudnya berserah diri
kepada Allah taala, adapun bertemunya apti itu iradat Allah. Perkara Pati
perbuatan Allah maksudnya merapakan kesempurnaan Dza yang bersifat Esa.
Janganlah kita terpaku pada sebuah nama atau
sebutan…..karena pasti akan menimbulkan perbedaan bahkan kekacauan dan berujung
kehancuran.
Dalam khasanah jawa disebut sukma sejati dan
sejatining sukma, dalam khasanah islam disebut ruh idhafi atau nur muhammad
atau ruh al quds (ruh suci), dalam nasrani di sebut ruh kudus, dalam hindhu atma.
Dalam perjalanannya kenapa disebut guru sejati atau
guru mushid…..adalah pada saat kita mencari sesuatu yang murni atau sejati,
abadi…..bahwa kita harus menyadari bahwa DzatNya ada pada sifat hidup kita dan
yang pantas kita jadikan guru adalah hanya itu…..bukan yang lain yang sama
dengan kita yang akan menjadi tanah lagi atau bahkan dari bangsa dilura
manusia.
Dalam khasanah yang berbeda keberadaan sukma sejati
tidak bisa dilepaskan dari asal mula Tuhan menciptakan Ruh suci ini dalam
bentuk makhluk untuk meneruskan penzhahiran yang [paling sempurna dalam
peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi. Dan Tuhan menhendaki ruh itu
turun ke alam fana ini di peringkat paling rendah, yaitu alam Ajsam (alam
kokret)…..yang tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada Ruh suci
itu dan untuk mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada
Tuhan.
Dan dalam perjalanannya …dari tingkatyang paling
tinggi sampai ke tingkat paling rendah , ruh suci menempuh berbagai alam atau
peringkat….mulai dari semula turun ke peringkat Akal Semesta atau Kesatuan atau
Hakikat Muhammad.
Dan Ruh suci ini dihantarkan ke tempat yang paling
rendah agar ia mencari jalan ke asalnya yaitu berpadu atau berdampingan denagn
Tuhan seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu.
Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini, wajar bila ia menanam benih rasa kesatuan
dan keesaan, dan ia akan berusaha menyuburkan rasa berpadu dan berdampingan
dengan Tuhan yang menciptakannya.
Dalam bumi hati itu ruh suci menanam benih keyakinan
yang telah dibekalkan kepadanya oleh Tuhan dari alam Maha Tinggi dan benih itu
diharapkan menjadi pokok keyakinan yang akan menghasilkan buah-buahan yang
rasanya kelak akan membawa Ruh itu kembali naikke tingkat demi tingkat hingga
sampai ke hadirat Tuhan.
Penciptaan badan agar sukma sejati (ruh) dapat masuk
dan menetap didalamnya, dan setiap ruh mempunyai nama tersendiri, dan Tuhan
menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan ruh manusia diantara daging dan
darah, dan meletakkan ruh suci ditengah hati manusia suatu ruang yang indah dan
halus untuk menyimpan rahasia antara Tuhan dan hambaNya.
Ruh-ruh itu berdiam diberbagai bagian anggota badan
dengan tugas masing-masing. Keberadaannya seolah-olah berlaku sebagai pembeli
dan penjual bermacam barang yang mendatangkan berbagai hasil. Perniagaan
semacam inilah yang mendatangkan bentuk rahmat dan berkat dari Tuhan.
Seharusnya manusia mengetahui kebutuhan dalam
ruhaninya masing-masing, seharusnya tidak mengubah apa yang sudah ditetapkan
atau ditakdirkan Tuhan kepadanya.
Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap
insan manusia, tempat yang berhubungan dengan panca indera ini bertugas
mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalah syariat…..karena dengan ini
Tuhan mengatur keharmonisan alam nyata. Ruh tidak pernah mengingkari perintah
Tuhan, tidak mengatakan tindakannya itu sebagai tindakannya sendiri, tetapi
lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Tuhan.
Tuhan memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang
memiliki ruhani yang tinggi pula ; pertama, kemampuan melihat bukti-bukti wujud
keberadaan Tuhan didunia yang manifestasikan dalam sifat-sifat Tuhan,
kedua…kemampuan melihat hal yang jamak dalam sesuatu yang tunggal dan
sebaliknya dimata orang awam, ketiga…kemampuan melihat hakikat dibalik alam
nyata dan keempat…perasaan dekat dengan Tuhan….inilah ganjaran karena keikhlasan
dan ketulusan mencintaiNya dan berbuat semata-mata karena Dia.
Namun inipun masih berkaitan dengan alam kebendaan,
begitu pula hal2 yang dianggap luar biasa oleh sebagian orang seperti berjalan
diatas air, terbang diudara, mendengar suara2 gaib, membaca sesuatu yang berada
dibenak orang lain, dll…ini masih berpijak pada kebendaan atau alam nyata.
Hendaknya dalam beramal shalih manusia tidak seperti
“Pedagang” …yang selalu dalam melakukan sesuatu haruslah ada untungnya, apalagi
ini dengan Tuhan.
Ruh dalam Hati
Hati adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang
mengulas tentang gerakan hati disebut ilmu thariqah. Kerjanya berkaitan dengan
4 nama Allah. Sebagaimana dengan 12 nama Dzat…4 nama ini tidak berhuruf dan
tidak berbunyi, sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan.
Pada setiap peringkat ( dari 4 tingkatan ) yang
dilalui oleh ruh terdapat 3 buah nama yang berbeda. Dan dengan cara ini Tuhan
dapat memegang hati kekasihNya yang sedang dalam perjalanan cinta menuju
kepadaNya.
Ada 7 titik, yang 3 merupakan titik inti dan yang 4
adalah pendamping dan apabila diolah nantinya akan akan berhubungan dengan 9
lubang di badan kita.
Cara pengolahannya ada beberapa cara ;
1.
Dengan berpuasa lahir dan batin, bukan
berpuasa hanya puasa lahir tapi batin juga karena lahir hanya menggembleng
lahir saja (jasmani ), tetapi batin akan meggembleng lahir dan batin.
2.
Meditasi, dengan pengolahan nafas secara
benar dan teratur, kontinyu, karena nafas adalah tali jiwa.
3.
Dengan adanya pembukaan titik melalui
orang lain yang bisa membukanya…..tetapi biasanya ini kurang membuat kita lebih
matang dan kurang bisa mengolahnya dengan baik nantinya….karena kendala setelah
itu akan banyak.
Dalam islam, kalimat La ilaaha illallaah itu
melahirkan 12 nama Allah, setiap nama tercantum pada setiap hurufyang menyusun
kalimat tersebut. Dan Allah akan memeberikan nama kepada setiap huruf dalam
proses kemajuan hati seseorang itu.
1.
Lailaha illallaah:Tiada Ilah kecuali Allah
2.
Allah:Nama Dzat
3.
Huwa:Dia
4.
Al-Haqq:Yang Benar
5.
Al-Hayy:Yang Hidup
6.
Al- Qayyum:Yang berdiri sendiri kepadaNya
segala sesuatu bergantung
7.
Al-Qahar:Yang Maha Berkuasa dan Perkasa
8.
Al-Wahab:Yang Maha Pemberi
9.
Al-Fattah:Yang Maha Pembuka
10. Al-Wahid:Yang
Satu
11. Al-Ahad:Yang
Maha Esa
12. As-Shamad:Sumber,
puncak segala sesuatu
Hati adalah tempat bergeraknya ruh dan ruh selalu
memandang ke alam ‘ Malakut’ yang identik dengan kebaikan, dan dialam ini ruh
dapat melihat surga alam malakut beserta para penghuninya, cahaya, dan para
malaikat yang ada didalamnya.
Dan dialam inilah ruh ruh bergerak dan melakukan
percakapan-percakapan tanpa kata dan suara, dan dalam percakapan itu pikiran
akan selalu berputarmencari rahasia-rahasia atau makna dalam batin.
Ruha yang bergerak akan melalui berbagai tingkatan
dalam perjalanannya. Dan tempat ruh yang telah mencapai tingkatan tinggi adalah
di tengah hati, yaitu Hati bagi Hati.
Yang sangat berhubungan dengan Sukma Sejati adalah
bagaimana kita mengetahui dan memahami tentang “Rasa Sejati” …..bagaimana pembentukan
rasa sejati adalah sebagai berikut:
Eka Kamandhanu, artinya kandungan berumur satu bulan
mulai bersatunya kama laki-laki dan perempuan. Dari detik ke detik, kama
tersebut menggumpal dan merajut angan-angan untuk mencipta embrio. Kama
tersebut menyatu padu dalam kandungan ibu menjadi benih unggul dan keadaan
benih belum begitu kelihatan besar dalam perut ibunya. Saat itu biasanya wajah
ibu berseri-seri karena itu sering dinamakan Eka Padmasari artinya sari-sari
bunga sedang berkumpul dalam kandungan ibu, dalam keadaan penuh kegembiraan.
Pada saat ini hubungan seksual masih diperbolehkan, bahkan dimungkinkan
hubungan akan semakin hangat karena kedua pasangan tengah akan menikmati
anugerah Tuhan yang sebelumnya telah dinanti-nantikan. Detik keberhasilan
hubungan seksual ini akan menjadi spirit hidup sebuah pasangan.
Dwi Panunggal, umur kandungan dua bulan. Pada saati
ini juga boleh melakukan hubungan seks. Dalam istilah jawa disebut nyepuh
ibarat seorang empu sedang membuat keris, semakin banyak nyepuh artinya
menambah kekuatan magis keris, keris akan semakin ampuh. Juga hubungan seks
pada waktu hamil muda akan semakin hangat dan menarik kedua pasangan, biasanya
seorang wanita pada tahap ini ingin jalan-jalan pagi, ingin plesir ke tempat
yang sejuk, indah dan mempesona, karena itu disebut pula dwi amratani, artinya
rata kemana-mana, bepergian kemana-mana sebagai ungkapan kesenangan dan juga
sambil memikirkan nama yang mungkin akan diberikan kepada anaknya kelak.
Tri Lokamaya, artinya umur benih tiga bulan kandungan,
dan benih masih berada dalam alam maya. Benih belum ada roh yang ditiupkan,
karena itu suasananya gondar-gandir atau gawat. Jika hubungan seks tidak
hati-hati kemungkinan besar benih tadi bisa gugur dan terjadi pendarahan. Maka
ada baiknya mengurangi kuantitas hubungan seks, dan menghindari percekcokan
atau sering marah-marah, karena secara psikologis akan mengakibatkan benih
gugur karena merasa panas, ini artinya hubungan yang harmonis dalam keluarga
amat menentukan kondisi benih yang dikandungan. Pada saat ini sikap selalu
bersolek diri seseorang pasangan sangat menentukan. Karena itu candra benih
tiga bulan sering dinamakan trikawula busana, artinya wanita sudah berpikir
masalah pakaian seperti daster, pakaian bayi, dll, hal ini memungkinkan wajah
wanita akan lebih berseri-seri bagai bulan purnama dan lebih cantik jelita.
Catur Anggajati, benih berumur empat bulan mulai
terbentuk organ-organ tubuh secara lengkap. Benih unggul telah berbentuk
manusia. Karena itu telah menghisap sari-sari makanan melalui sang ibu, umur
seperti ini juga sudah ditiupkan roh sehingga benih telah hidup, sebagai
tandanya sering bergerak. Karena itu hubungan seks yang berlebihan kurang baik
pada saat ini, bahkan hubungan seks atas bawah akan berbahaya bagi benih dalam
kandungan. Saat ini pula benih mulai merekam denyut hidup kedua pasangan.
Karenanya kedua pasangan jangan berbuat hal-hal yang tidak baik atau terjadi
penyelewengan akan berbahaya bagi benih bayi tersebut. Candra benih berumur
empat bulan disebut catur wanara rukem, artinya tingkah laku ibu akan seperti
kera yang sedang diatas pohon rukem, dia mulai nyidam buah-buahan yang asam
dengan cara lotisan dan akan sangat aneh-aneh sehingga membutuhkan kesabaran
bagi pasangan, kadang kurang wajar. Ia mendapat tambahan otak, karena itu sudah
punya keinginan.
Panca Yitmayajati, artinya benih berumur lima bulan,
dan benar-benar telah hidup, dan hubungan seks harus dilakukan lebih hati-hati,
agar memperhatikan posisi sehingga tidak merugikan benih, dan pasangan harus
telah tumbuh keberanian untuk menghadapi resiko lahirnya seorang bayi nanti.
Karenanya candra benih berumur lima bulan sering dinamakan panca sura panggah,
ada keteguhan dan keberanian menghadapi rintangan apapun ketika pasangan hamil
lima bulan, tentu saja dari aspek materi jelas memerlukan persiapan berbagai
hal. Mendapatkan tambahan otot mulai bergerak erlahan-lahan.
Sad Lokajati, benih berumur enam bulan semakin besar,
karena itu kedua pasangan harus lebih berhati-hati. Karena itu candra benih
dinamakan sad guna weweka, artinya mulai bersikap hati-hati dalam bertindak dan
bertutur kata, jika diantara pasangan ada yang berbuat kasar, mencaci maki
apalagi berbuat keji akan mengakibatkan benih yang dikandung tidak baik, bahkan
suami dilarang membunuh binatang karena secara insting benih sudah dapat
merekam keadaan sekelilingnya. Mendapatkan tambahan tulang karena itu ia bisa
naik turun, jungkir balik.
Sapta Kawasajati, umur benih tujuh bulan telah lengkap
semua organ dan cipta, rasa, serta karsa, karena itu apabila ada bayi yang
lahir pada umur tujuh bulanpun dimungkinkan. Dalam tradisi jawa sering
dilakukan ritual mitoni dengan maksud memohon agar bayi yang akan lahir diberi
kelancaran, dan pada waktu ini hubungan seks dilarang sama sekali, kalaupun dilakukan
harus diperhatikan secara ekstra hati-hati (posisi diperhatikan). Karena candra
bayi tuuh bulan adalah sapta kulilawarsa artinya seperti burung yang terguyur
air hujan, merasa letih. Lelah, dan sedikit pucat, kurang bergairah dan perlu
pengertian dari pasangan. Dan ia memperoleh tambahan rupa, dan mendapat
tambahan Kodrat dari Allah Ta’ala sperti rambut, darah dan daging.
Astha Sabdajati, benih berumur delapan bulan biasanya
siap lahir, siap menuju dunia besar setelah bertapa dalam kandungan. Bayi hampir
weruh padange hawa, ingin menghirup udara dunia yang sesungguhnya. Saat ini
hanya timbul sikap pasrah untuk menghadapi perang sabil. Candra bayi adalah
astha sacara-cara, artinya terjadi sikap berserah diri dengan cara apapun bayi
akan lahir ibunya telah siap sedia bahkan siap berkorban jiwa raga. Manakala
bayi umur delapan bulan belum mapan posisinya, tentu sang ibu akan gelisah.
Untuk itu ada gugon tuhon juga agar ibu dilarang makan buah yang melintang
posisinya, seperti kepel, agar posisi bayi tidak melintang yang akan
menyulitkan kelahiran. Calon anak sudah dapat mengoperasikan saudara yang
empat, sebagai berikut :
1.
Pertama : kakawah (air ketuban)
2.
Kedua : bungkus
3.
Ketiga : ari-ari
4.
Keempat : darah
Kakawah artinya menjadi pengasih, bungkus menjadi
kekuatan, darah menjadi waliyas mati, harus diketahui bahwa Kakawah itu adalah
malaikat Jibril, bungkus adalah Mikail, ari-ari adalah Malaikat Israfil, dan
darah adalah malaikat Izrail.
Jibril pada kulit, Mikail pada tulang, Israfil pada
otot, Izrail pada dagingakhirnya selamatlah sentosa, semua itu tidak kelihatan
karena Kodrat Allah.
Nawapurnajati, bayi telah mendekati detik-detik lahir,
yaitu sembilan bulan, dan tentu yang tepat sembilan bulan sangat jarang. Pada
saat itu memang keadaan bayi dan ibunya sangat lelah, karena itu candra suasana
disebut nawa gralupa artinya keaaan sangat lemas, tak berdaya, seperti orang
lapar dan dahaga. Apalagi setelah sembilan bulan sepuluh hari dengan candra
khusus dasa yaksa mati, artinya seperti raksasa mati terbunuh ksatria-seorang
ibu setelah melahirkan bayi. Oleh karena itu hubungan seksual sangat dilarang,
paling tidak kurang lebih 40 hari seorang suami harus berpuasa.
Sembilan langkah tersebut diatas di harapkan pasangan
suami istri dapat menjalankan sesirik (prihatin), ibarat sedang bertapa gaib.
Segala tingkah laku akan menjadi cerminan hidup anak yang masih dalam
kandungan. Itulah sebabnya sikap dan perilaku dijaga baik-baik dengan tujuan
manembah dan karyenak tyasing sesama, maksudnya hubungan vertikal selalu harus
terus menerus dan hubungan dengan sesama mahkluk agar jangan sampai berbuat
diluar kewajaran. Ada empat yang dianugerahkan Allah Ta’ala dengan KodratNya ;
Pertama : Budi
Kedua : Rahsa
Ketiga : Angan-angan
Keempat : Hidup