PAKAIAN ADAT PENGANTIN GORONTALO
Ciri Khas Pengantin Gorontalo (Dari Busana Hingga Aksesorinya)
Pengantin Gorontalo terkenal akan pakaian adatnya yang mewah, megah yang mengandung nilai-nilai sejarah warisan leluhur mereka. Perpaduan antara budaya Portugis, Belanda, Cina, dan Islam tercermin dalam busana yang dikenakan baik mempelai pria dan mempelai wanita.
Masyarakat Gorontalo terkenal teguh memegang nilai-nilai tradisi budaya mereka. Terlihat dari aturan warna yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam busana pernikahan. Sementara dalam pemilihan aksesori busana pengantin yang dipilih juga disesuaikan dengan status sosial sang pemangku hajat. Selengkapnya, berikut ini:
CIRI KHAS BUSANA PENGANTIN WANITA
Busana kebesaran adat daerah Gorontalo yang dipakai pengantin wanita saat resepsi atau pesta perkawinan disebut Bili’u. Busana pengantin Gorontalo kaya akan berbagai perhiasan, yang sekaligus menunjukkan status sosial pemakainya. Busana mempelai wanita terdiri dari tiga bagian, yakni baju kurung lengan panjang atau disebut Galenggo; busana rok bagian dalam disebut Buluwa Lo Rahasia atau Oyilomuhu; dan busana paling luar yang bentuknya seperti kain penuh ornamen keemasan disebut Alumbu atau Bide.
Pada bagian dada dilapisi Kububu Lo Duhelo, yakni hiasan dada yang terbuat dari kain bludru hitam berlapis ornamen kuning keemasan. Bagian ujung lengan busana pengantin wanita mengenakan hiasan Peetu yang berwarna hitam berlapis keemasan, serta gelang-gelang berukuran besar terlihat megah dan mewah.
Detail perhiasan rambut dan kepala mempelai wanita tampak begitu rumit, megah, sekaligus unik. Hiasan kepala seperti mahkota seorang ratu, dengan hiasan bulu-bulu unggas warna merah muda dan putih. Uniknya, pada bagian belakang kepala terdapat hiasan seperti perisai panjang bersusun 5 ke bawah.
Pengantin Gorontalo terkenal akan pakaian adatnya yang mewah, megah yang mengandung nilai-nilai sejarah warisan leluhur mereka. Perpaduan antara budaya Portugis, Belanda, Cina, dan Islam tercermin dalam busana yang dikenakan baik mempelai pria dan mempelai wanita.
Masyarakat Gorontalo terkenal teguh memegang nilai-nilai tradisi budaya mereka. Terlihat dari aturan warna yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam busana pernikahan. Sementara dalam pemilihan aksesori busana pengantin yang dipilih juga disesuaikan dengan status sosial sang pemangku hajat. Selengkapnya, berikut ini:
CIRI KHAS BUSANA PENGANTIN
Selayaknya pengantin wanita, hiasan pada busana pengantin pria juga menunjukkan status sosial pemakainya. Bagi yang berkelas bangsawan, pada bagian pundak dihiasi pangkat atau hiasan tambio warna kuning keemasan. Perlengkapan lainnya berupa ikat pinggang berbentuk pending emas atau disebut Bintolo Elanggon. Pada pinggang disematkan sebilah keris kuning keemasan yang dihias dengan kain merah lapis emas.
Keagungan mempelai pria terlihat pada mahkota yang disematkan di kepala. Mahkota atau Makuta atau juga disebut Paluwala untuk para bangsawan biasanya berwarna hitam dengan hiasan bulu-bulu unggas. Mahkota yang ujung atasnya berbentuk runcing ini dihiasi ornamen berbentuk daun emas, bintang-bintang kecil, bros yang bertatahkan berlian, serta hiasan ornamen bentuk ular naga pada kiri dan kanan mahkota.
PAKEM WARNA
Warna memiliki makna. Tradisi adat Gorontalo hanya menerapkan empat warna untuk pernikahan, yakni ungu, kuning emas, hijau, dan merah. Sementara itu, warna putih dan biru bagi adat Gorontalo merupakan warna duka atau kematian; sehingga tidak diperkanan untuk dipakai dalam rangkaian adat pernikahan.
Pengantin Gorontalo terkenal akan pakaian adatnya yang mewah, megah yang mengandung nilai-nilai sejarah warisan leluhur mereka. Perpaduan antara budaya Portugis, Belanda, Cina, dan Islam tercermin dalam busana yang dikenakan baik mempelai pria dan mempelai wanita.
Masyarakat Gorontalo terkenal teguh memegang nilai-nilai tradisi budaya mereka. Terlihat dari aturan warna yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam busana pernikahan. Sementara dalam pemilihan aksesori busana pengantin yang dipilih juga disesuaikan dengan status sosial sang pemangku hajat. Selengkapnya, berikut ini:
MACAM-MACAM AKSESORI PENGANTIN GORONTALO
Selain busana, pengantin Gorontalo juga tak bisa terlepas dari beragam aksesori yang menunjang penampilan. Tidak sembarang, tiap perhiasan memilih aturan dan makna tersendiri untuk dipakai saat hari pernikaha.
Baya Lo bo’ute: diikat di bagian kepala seperti Mahkota Ratu, memiliki makna sang mempelai bila berfikir selalu dengan pertimbangan, bijaksana dan tanggung jawab.
Layi: yakni bulu unggas warna merah muda dan putih diletakkan pada ikat kepala bagian depan; maknanya keberanian dan kesucian, serta budi pekerti yang halus.
Paangge Moopa: yakni 6 tangkai pendek yang mengibaratkan 6 pemangku adat yang bijaksana.
Tutuhi: perhiasan yang ditusuk di sanggul berjumlah 7 tangkai, menggambarkan dua kerajaan besar yakni Limboto dan Gorontalo.
Duungo-Bitila: yakni daun bitila atau sukun, yang bermakna pengayoman.
Taaya: biasa disebut timbangan, yakni perhiasan yang dipasang di kanan dan kiri kening sebelah atas, maknanya bijaksana.
Huli: berbentuk daun atau naga yang disematkan pada bagian belakang sebelah kanan dan kiri.
Huwo’o: bentuknya mirip perisai 5 susun memanjang kebawah dan mengecil, maknanya pengakuan kepada TuhanYang Maha Esa.
Kucubu Lo Duhelo: hiasan pada dada yang melapisi busana mempelai wanita, bermakna selalu menahan hawa nafsu.
Kucubu Lo Ulu’U: yakni hiasan dari kain bludru berlapis emas yang membalut ujung lengan baju; maknanya tangan bisa banyak bermanfaat untuk orang lain.
Pateda: yakni gelang-gelang ukuran lebar; maknanya berusaha tidak merugikan orang lain.
Kula: sejenis cincin atau kuku yang dipasang pada jari tengah sampai kelingking.
Bintolo Biangal: berupa ikat pinggang kuning keemasan atau biasa disebut pending; dipakai mempelai pria atau wanita.
Makuta: yakni perhiasan berupa mahkota atau topi berbulu unggas dengan hiasan ornamen keemasan, dipakai oleh mempelai pria.
Jambiya: yakni keris atau pedang panjang dikenakan mempelai pria.