PASRAH
Pasrah adalah menyerahkan sepenuhnya. Pasrah kepada takdir dengan hati yang tabah dan pasrah kepada apa yang akan diputuskan oleh Allah SWT.
Kata pasrah adalah menyerahkan sepenuhnya. Kata pasrah yaitu menunjukkan penerimaan bahwa sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak menyenangkan akan terjadi atau tidak dapat diubah.
Kata ikhlas dan pasrah sering disalahpahami banyak orang. Tidak banyak orang yang mampu menguasai sikap ini. Jika dicermati lebih dalam lagi, ikhlas berarti merelakan apa yang sudah bukan milik kita. Sedangkan pasrah adalah sesuatu yang mesti kita serahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa, Allah.
Sayangnya, masih banyak orang yang salah kaprah dalam memaknainya. Sehingga, bukanlah sikap ikhlas, melainkan keluhan dan rasa sombong. Ketika seseorang sudah merelakan, berarti ia harus bisa tidak mengungkit-ungkitnya lagi. Jika diungkit atau dibicarakan, tidak ikhlas namanya.
Sangat sulit merelakan sesuatu yang pernah kita miliki. Padahal, apa yang sedang kita miliki saat ini, hakikatnya bukanlah milik kita. Itu semua hanyalah titipan yang harus kita jaga sebaik mungkin.
Ketika Allah mengambilnya kembali, kita harus rela. Karena pada dasarnya itu semua dulunya bukan milik kita.
Ketika Allah pun mencabut titipan yang kita miliki. Maka sudah sewajarnya karena itu semua adalah milik-Nya, bukan kepunyaan kita.
Semua yang di Langit dan Bumi Berserah Diri kepada Allah SWT
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اَفَغَيْرَ دِيْنِ اللّٰهِ يَبْغُوْنَ وَلَهٗۤ اَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّاِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ
Artinya :
Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan ?
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 83).
Yang ada di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya,
Semua para nabi berserah diri kepada Allah SWT.
قُوْلُوْۤا اٰمَنَّا بِا للّٰهِ وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلٰۤى اِبْرٰهٖمَ وَاِ سْمٰعِيْلَ وَاِ سْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَ الْاَ سْبَا طِ وَمَاۤ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَاۤ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْ ۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Artinya :
Katakanlah, Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan ‘Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami berserah diri kepada-Nya.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 136)
قُلْ اٰمَنَّا بِا للّٰهِ وَمَاۤ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَاۤ اُنْزِلَ عَلٰۤى اِبْرٰهِيْمَ وَ اِسْمٰعِيْلَ وَاِ سْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَا لْاَ سْبَا طِ وَمَاۤ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَ عِيْسٰى وَا لنَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْ ۖ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْ ۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Artinya :
Katakanlah (Muhammad), Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 84)
اِنَّاۤ اَنْزَلْنَا التَّوْرٰٮةَ فِيْهَا هُدًى وَّنُوْرٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّوْنَ الَّذِيْنَ اَسْلَمُوْا لِلَّذِيْنَ هَا دُوْا وَ الرَّبَّا نِيُّوْنَ وَا لْاَ حْبَا رُ بِمَا اسْتُحْفِظُوْا مِنْ كِتٰبِ اللّٰهِ وَكَا نُوْا عَلَيْهِ شُهَدَآءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّا سَ وَا خْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰ يٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ
Artinya :
Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 44)
اِنَّآ اَنْزَلْنَا التَّوْرٰىةَ فِيْهَا هُدًى وَّنُوْرٌۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّوْنَ الَّذِيْنَ اَسْلَمُوْا لِلَّذِيْنَ هَادُوْا وَالرَّبَّانِيُّوْنَ وَالْاَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوْا مِنْ كِتٰبِ اللّٰهِ وَكَانُوْا عَلَيْهِ شُهَدَاۤءَۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗوَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ
Artinya :
Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.
Berserah diri kepada Allah atau biasa kita sebut tawakal.
Menyerahkan semua kehidupan kita hanya untuk Allah semata.
Berserah diri kepada Allah bukan berarti kita sepenuhnya pasrah dan tidak mau melakukan suatu hal yang mampu mengubah.
Pasrah, tawakal, berarti kita menerima semua keputusan terbaik dari Allah SWT untuk kita. Meskipun menurut kita tidak baik, tapi menurut Allah itulah yang terbaik untuk kehidupan kita.
BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH SWT
Mengikuti irama zaman, kebiasaan manusia dihadapkan kepada paham komsumtif, sehingga dalam proses perjalanan manusia banyak menghadapi ke galauan, maka solusi mengahadapinya adalah dengan berserah diri kepada Allah. Hal ini merupakan ciri khusus yang dimiliki orang-orang mukmin, yang memiliki keimanan yang mendalam, yang mampu melihat kekuasaan Allah, dan yang dekat dengan-Nya. Terdapat rahasia penting dan kenikmatan jika kita berserah diri kepada Allah. Berserah diri kepada Allah maknanya adalah menyandarkan dirinya dan takdirnya dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Allah telah menciptakan semua makhluk, binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa masing-masing dengan tujuannya sendiri-sendiri dan takdirnya sendiri-sendiri.
Takdir segala sesuatu telah tersimpan dalam sebuah kitab yang dalam al-Qur'an disebut sebagai 'Lauhul-Mahfuzh'. Saat kematian, saat jatuhnya sebuah daun, saat buah persik dalam peti es membusuk, dan batu yang menyebabkan kita tersandung pendek kata semua peristiwa, yang remeh maupun yang penting semuanya tersimpan dalam kitab ini.
Orang-orang yang beriman meyakini takdir ini dan mereka mengetahui bahwa takdir yang diciptakan oleh Allah adalah yang terbaik bagi mereka. Itulah sebabnya setiap detik dalam kehidupan mereka, mereka selalu berserah diri kepada Allah. Dengan kata lain, mereka mengetahui bahwa Allah menciptakan semua peristiwa ini sesuai dengan tujuan ilahiyah, dan terdapat kebaikan dalam apa saja yang diciptakan oleh Allah. Misalnya, terserang penyakit yang berbahaya, menghadapi musuh yang kejam, menghadapi tuduhan palsu padahal ia tidak bersalah, atau menghadapi peristiwa yang sangat mengerikan, semua ini tidak mengubah keimanan orang yang beriman, juga tidak menimbulkan rasa takut dalam hati mereka. Mereka menyambut dengan rela apa saja yang telah diciptakan Allah untuk mereka. Orang-orang beriman menghadapi dengan kegembiraan keadaan apa saja, keadaan yang pada umumnya bagi orang-orang kafir menyebabkan perasaan ngeri dan putus asa. Hal itu karena rencana yang paling mengerikan sekalipun, sesungguhnya telah direncanakan oleh Allah untuk menguji mereka. Orang-orang yang menghadapi semuanya ini dengan sabar dan bertawakal kepada Allah atas takdir yang telah Dia ciptakan, mereka akan dicintai dan diridhai Allah. Mereka akan memperoleh surga yang kekal abadi. Itulah sebabnya orang-orang yang beriman memperoleh kenikmatan, ketenangan, dan kegembiraan dalam kehidupan mereka karena bertawakal kepada Tuhan mereka. Inilah nikmat dan rahasia yang dijelaskan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Allah menjelaskan dalam al-Qur'an bahwa Dia mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Q.s. Ali 'Imran: 159) Rasulullah saw. juga menyatakan hal ini, beliau bersabda :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya :
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
Tidaklah beriman seorang hamba Allah hingga ia percaya kepada takdir yang baik dan buruk, dan mengetahui bahwa ia tidak dapat menolak apa saja yang menimpanya (baik dan buruk), dan ia tidak dapat terkena apa saja yang dijauhkan darinya (baik dan buruk).
Masalah lainnya yang disebutkan dalam al-Qur'an tentang bertawakal kepada Allah adalah tentang "melakukan tindakan". Al-Qur'an memberitahukan kita tentang berbagai tindakan yang dapat dilakukan orang-orang yang beriman dalam berbagai keadaan. Dalam ayat-ayat lainnya, Allah juga menjelaskan rahasia bahwa tindakan-tindakan tersebut yang diterima sebagai ibadah kepada Allah, tidak dapat mengubah takdir. Nabi Ya'qub a.s. menasihati putranya agar melakukan beberapa tindakan ketika memasuki kota, tetapi setelah itu beliau diingatkan agar bertawakal kepada Allah. Inilah ayat yang membicarakan masalah tersebut :
"Dan Ya'qub berkata, 'Hai anak-anakku, janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan, namun demikian aku tidak dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri'." (Q.s. Yusuf: 67).
وَقَالَ يٰبَنِيَّ لَا تَدْخُلُوْا مِنْۢ بَابٍ وَّاحِدٍ وَّادْخُلُوْا مِنْ اَبْوَابٍ مُّتَفَرِّقَةٍۗ وَمَآ اُغْنِيْ عَنْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُوْنَ
Artinya :
Dan dia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.”
Sebagaimana dapat dilihat pada ucapan Nabi Ya'qub, orang-orang yang beriman tentu saja juga mengambil tindakan berjaga-jaga, tetapi mereka mengetahui bahwa mereka tidak dapat mengubah takdir Allah yang dikehendaki untuk mereka. Misalnya, seseorang harus mengikuti aturan lalu lintas dan tidak mengemudi dengan sembarangan. Ini merupakan tindakan yang penting dan merupakan sebuah bentuk ibadah demi keselamatan diri sendiri dan orang lain. Namun, jika Allah menghendaki bahwa orang itu meninggal karena kecelakaan mobil, maka tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kematiannya. Terkadang tindakan pencegahan atau suatu perbuatan tampaknya dapat menghindari orang itu dari kematian. Atau mungkin seseorang dapat melakukan keputusan penting yang dapat mengubah jalan hidupnya, atau seseorang dapat sembuh dari penyakitnya yang mematikan dengan menunjukkan kekuatannya dan daya tahannya. Namun, semua peristiwa ini terjadi karena Allah telah menetapkan yang demikian itu. Sebagian orang salah menafsirkan peristiwa-peristiwa seperti itu sebagai "mengatasi takdir seseorang" atau "mengubah takdir seseorang". Tetapi, tak seorang pun, bahkan orang yang sangat kuat sekalipun di dunia ini yang dapat mengubah apa yang telah ditetapkan oleh Allah. Tak seorang manusia pun yang memiliki kekuatan seperti itu. Sebaliknya, setiap makhluk sangat lemah dibandingkan dengan ketetapan Allah. Adanya fakta bahwa sebagian orang tidak menerima kenyataan ini tetap tidak mengubah kebenaran. Sesungguhnya, orang yang menolak takdir juga telah ditetapkan demikian. Karena itulah orang-orang yang menghindari kematian atau penyakit, atau mengubah jalannya kehidupan, mereka mengalami peristiwa seperti ini karena Allah telah menetapkannya. Allah menceritakan hal ini dalam al-Qur'an sebagai berikut :
"Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.s. al-Hadid: 22-3).
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
Artinya :
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, peristiwa apa pun yang terjadi telah ditetapkan sebelumnya dan tertulis dalam Lauh Mahfuzh. Untuk itulah Allah menyatakan kepada manusia supaya tidak berduka cita terhadap apa yang luput darinya. Misalnya, seseorang yang kehilangan semua harta bendanya dalam sebuah kebakaran atau mengalami kerugian dalam perdagangannya, semua ini memang sudah ditetapkan. Dengan demikian mustahil baginya untuk menghindari atau mencegah kejadian tersebut. Jadi tidak ada gunanya jika merasa berduka cita atas kehilangan tersebut. Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai kejadian yang telah ditetapkan untuk mereka. Orang-orang yang bertawakal kepada Allah ketika mereka menghadapi peristiwa seperti itu, Allah akan ridha dan cinta kepadanya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak bertawakal kepada Allah akan selalu mengalami kesulitan, keresahan, ketidakbahagiaan dalam kehidupan mereka di dunia ini, dan akan memperoleh azab yang kekal abadi di akhirat kelak. Dengan demikian sangat jelas bahwa bertawakal kepada Allah akan membuahkan keberuntungan dan ketenangan di dunia dan di akhirat. Dengan menyingkap rahasia-rahasia ini kepada orang-orang yang beriman, Allah membebaskan mereka dari berbagai kesulitan dan menjadikan ujian dalam kehidupan di dunia ini mudah bagi mereka.
BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH UNTUK IKHLAS DAN SABAR
Berserah diri kepada Allah atau biasa kita sebut tawakal. Hal tersebut juga sering menjadi bahasan utama setiap kajian Islam. Karena memang tawakal merupakan hal penting.
Jangan kita menganggap bahwa kita Islam jika kita tidak berserah atau menyerahkan semua kehidupan kita hanya untuk Allah semata.
Allah juga telah menjanjikan untuk mencukupi kebutuhan orang-orang yang tawakal kepada-Nya. Hal tersebut telah tertera dalam Al-quran surat At-Talaq ayat 3 :
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
Wa yarzuq-hu min ḥaiṡu lā yaḥtasib, wa may yatawakkal 'alallāhi fa huwa ḥasbuh, innallāha bāligu amrih, qad ja'alallāhu likulli syai`ing qadrā
Artinya :
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Perlu anda ketahui, berserah diri kepada Allah bukan berarti kita sepenuhnya pasrah dan tidak mau melakukan suatu hal yang mampu mengubah. Seperti dalam QS Ar-Rad ayat 11:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
Artinya :
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Pasrah, tawakal, berarti kita menerima semua keputusan terbaik dari Allah SWT untuk kita. Meskipun menurut kita tidak baik, tapi menurut Allah itulah yang terbaik untuk kehidupan kita. Hal tersebut sudah Tuhan kita terangkan dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 216 :
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ
Artinya :
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Perlu anda ketahui bahwa berserah diri kepada Allah ini juga harus anda barengi dengan daya dan upaya. Maksud dari daya dan upaya tersebut, berarti kita juga ikhtiar. Bukan berarti kita hanya diam dan berpangku tangan.
Misalnya, ketika kita sedang tertimpa suatu masalah atau musibah. Hal tersebut juga merupakan ketentuan dan ketetapan Allah. Hal yang seharusnya kita lakukan adalah berdoa, sabar, dan berusaha. Bukan malah beranggapan bahwa Pemilik manusia itu tidak adil.
Apalagi kalau mencari jalan keluarnya dengan menggunakan dukun. Sungguh nanti Sang Khaliq tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut. Karena memang hal tersebut adalah cara yang salah.
Padahal dari adanya ujian tersebut, Allah akan melihat seberapa besar usaha kita untuk bisa keluar mengatasi hal tersebut. Setiap orang yang tawakal, pasti akan senantiasa bersyukur dengan semua yang ia dapati, baik keberhasilan maupun kegagalan
Orang yang berserah diri kepada Allah, ketika menghadapi kegagalan dalam usahanya, dengan ikhlas dan lapang dada akan menerima ketentuan dari Sang Khaliq tersebut. Hal tersebut juga tak akan muncul rasa putus asa, larut dalam kesedihan, atau kecewa.
Sudah seharusnya sebagai seorang hamba, ketika menghadapi kegagalan kita tidak boleh putus asa. Justru harus mencoba kembali sampai sukses. Dengan kita menyadari bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan merupakan ketentuan dari Allah SWT dan itu hal yang terbaik.
TAWAKAL DAN PASRAH
Pada kenyataannya, berserah diri dengan pasrah itu sangatlah berbeda. Orang yang pasrah hanya akan diam saja, menunggu pertolongan Allah tanpa adanya usaha dan doa.
Sedangkan orang yang tawakal, dia akan berusaha, berdoa, dan berprasangka baik terhadap Allah. Tidak akan menyerah pula sebelum berhasil mencapai tujuannya.
KEUTAMAAN TAWAKAL
Orang yang beriman dan berserah diri kepada Allah percaya dengan semua rezeki yang telah diberikan untuk kita. Hal tersebut tentunya sudah seimbang dengan besarnya usaha kita. Ketahuilah, apapun yang akan menjadi milik kita, tidak akan menjadi milik orang lain.
Bahkan sekuat apapun tenaga kita mengejar, jika tidak akan menjadi milik kita ya tidak bisa kita raih. Sekiranya berhasil, hal tersebut tidak akan bertahan cukup lama.
KEMATIAN AKAN MENGHAMPIRI KEHIDUPAN MANUSIA
Orang yang menyerahkan kehidupannya hanya untuk Rabb-Nya membuat hambanya justru akan mempersiapkan diri menjemput ajalnya. Mati itu tidak harus menunggu tua, yang muda dan balita saja bisa Allah ambil nyawanya jika memang sudah menjadi ketentuan-Nya.
Manusia yang berserah diri kepada Allah akan menyadari bahwa kematian itu benar-benar nyata. Lalu juga akan menimpa setiap yang bernyawa. Seperti pada Al-Quran surat Ali-Imran ayat 185 :
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
Artinya :
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
TIDAK ADA YANG LUPUT DARI PENGAWASAN ALLAH SWT
Yakin bahwa semua yang dilakukan tidak akan pernah luput dari pengawasan Tuhan juga mencerminkan seseorang yang berserah diri kepada Allah. Faktanya memang begitu, sekecil apapun perbuatan kita, Allah Tuhan seluruh alam akan mengetahuinya.
Selain itu, ada malaikat yang bertugas mencatat amal baik dan buruk yang telah dilakukan manusia. Semuanya kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
CARA BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH SWT
Cara berserah diri kepada Allah adalah salah satu upaya yang dilakukan seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Berserah diri kepada Allah dalam agama Islam dikenal dengan istilah tawakal.
Manfaat bertawakal untuk kehidupan umat Muslim ada banyak sekali. Itu mengapa anjuran untuk bertawakal ditegaskan dalam beberapa ayat Al-Quran. Salah satunya dalam penggalan surat Ath Thalaq ayat 4 yang berbunyi :
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ يُسْرًا
Artinya :
Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.
Dalam surat Al-Anfal ayat 49, Allah SWT berfirman :
اِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ غَرَّ هٰٓؤُلَاۤءِ دِيْنُهُمْۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Artinya :
(Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya.”
(Allah berfirman) “Siapa pun yang bertawakal kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Cara Berserah Diri kepada Allah SWT.
Berserah diri atau bertawakal kepada Allah SWT ada aturannya.
Cara bertawakal yang benar menurut ajaran Islam :
1. Tetapkan niat hanya karena Allah SWT.
Islam mengajarkan untuk mengerjakan sesuatu dengan niat yang benar. Maksudnya adalah melakukan suatu perkara hanya karena Allah SWT.
Niat yang benar akan memunculkan energi positif dalam diri seseorang. Sehingga, muncullah motivasi untuk mencapai tujuan sesuai yang diinginkan.
2. Lakukan usaha dan ikhtiar.
Lakukan usaha semaksimal mungkin dengan baik dan benar, maksudnya dengan melalui tahapan atau proses sebagaimana mestinya. Jangan menggunakan jalan pintas hanya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Penting juga untuk berikhtiar dengan memilih sesuatu, baik usaha atau profesi, yang sesuai dengan kemampuan diri masing-masing. Dengan cara-cara inilah seorang Muslim bisa menyerahkan hasilnya kepada Allah.
3. Teruslah berdoa.
Tidak ada doa yang sia-sia di dunia ini jika meminta kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Gafir ayat 60 yang berbunyi :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
Artinya :
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”
4. Terima hasilnya dengan bijak.
Menerima dengan lapang dada segala hasil dari usaha yang telah dilakukan adalah bertawakal. Apabila sesuai keinginan, sudah sepatutnya untuk bersyukur. Jika tak sesuai ekspektasi, maka harus bersabar.
Sebagaimana pesan Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari salah satu sahabat beliau yang bernama Subaib berikut ini :
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عجبا لأمر المؤمِن إِنَّ أَمْرَهُ كله خير وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلا لِلْمُؤْمِن إن أصابته سراء شكر فكان خيرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًالَهُ
Artinya :
Mengherankan urusan orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya baik, tidak ada yang demikian itu kecuali pada orang Mukmin. Jika ia mendapat kenikmatan/kesuksesan ia bersyukur dan bersyukur itu baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan dia bersabar dan bersabar itu baik baginya."
DOA PASRAH KEPADA ALLAH SWT
Setiap Muslim diperintahkan untuk selalu bertawakal kepada Allah SWT. Sebab, Dia-lah Yang Maha Kuasa untuk memberi keputusan atas segala keinginan maupun hajat setiap hamba.
Tawakal artinya menyerahkan segala urusan, berpasrah, dan menggantungkannya kepada Allah SWT karena rasa percaya atau ketidakmampuan untuk menangani sendiri.
Tawakal bukan berarti menyerah dan berputus asa. Apapun keinginan dan ujian yang sedang dihadapi, usaha tetap harus dilakukan. Sementara untuk hasilnya, serahkan semuanya kepada Allah.
Menerapkan sikap tawakal dalam kehidupan sehari-hari memang tidak mudah. Agar hati menjadi lebih ringan, Anda dapat mengamalkan beberapa doa pasrah kepada Allah.
Berikut doa untuk memasrahkan diri kepada Allah yang dapat diamalkan setiap harinya.
1. Doa pasrah kepada Allah menurut hadist :
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ، اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِى، أَنْتَ الْحَىُّ الَّذِى لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ
Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alike tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun.
Artinya :
Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Maha hidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati. (HR. Muslim).
2. Doa berserah diri kepada Allah dalam Al-Quran (Surat Al Mumtahanah ayat 4)
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ أَمْلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
Qad kānat lakum uswatun ḥasanatun fī ibrāhīma wallażīna ma’ah, iż qālụ liqaumihim innā bura`ā`u mingkum wa mimmā ta’budụna min dụnillāhi kafarnā bikum wa badā bainanā wa bainakumul-‘adāwatu wal-bagḍā`u abadan ḥattā tu`minụ billāhi waḥdahū illā qaula ibrāhīma li`abīhi la`astagfiranna laka wa mā amliku laka minallāhi min syaī`, rabbanā ‘alaika tawakkalnā wa ilaika anabnā wa ilaikal-maṣīr.
Artinya :
Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja, kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya. Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu." (Ibrahim berkata), Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali." (QS. Al-Mumtahanah: 4)
3. Doa bertawakal kepada Allah dalam Al-Quran (Surat At-Taubah ayat 129).
فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ࣖ
Fa in tawallau fa qul hasbiyallahu la ilaha illa huw, alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul-'arsyil-'azim.
Artinya :
Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.” (QS. At-Taubah: 129)
4. Doa berserah diri kepada Allah dalam Al-Quran (Surat Al-Anfal ayat 49).
اِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ غَرَّ هٰٓؤُلَاۤءِ دِيْنُهُمْۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
Iz yaqulul-munafiquna wallazina fi qulubihim maradun garra ha'ula'i dinuhum, wa may yatawakkal 'alallahi fa innallha 'azizun hakim.
Artinya :
(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Anfal: 49).
Semoga tulisan artikel blog ini bermanfaat bagi semua pembaca yang budiman. Dan kita semua termasuk orang-orang yang pasrah atas nikmat yang telah diberikan Nya.
QS. Ibrahim Ayat 7
وَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕنۡ شَكَرۡتُمۡ لَاَزِيۡدَنَّـكُمۡ وَلَٮِٕنۡ كَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِىۡ لَشَدِيۡدٌ
Wa iz ta azzana Rabbukum la'in shakartum la aziidannakum wa la'in kafartum inn'azaabii lashadiid
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
Tafsirnya :
Dan ingatlah pula ketika Tuhanmu memaklumkan suatu maklumat yang dikukuhkan, "Sesungguhnya Aku bersumpah, jika kamu bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku kepadamu, niscaya Aku akan menambah kepadamu nikmat lebih banyak lagi, tetapi sebaliknya, jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat."
Dalam ayat ini Allah swt kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.
Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.