PRABU KRESNA TITISAN DEWA WISNU
**(artikel
blog ini ditulis dari berbagai sumber Referensi dan versi)
Kresna
atau Krishna ('kɹ̩ʂ.nə) adalah salah satu Dewa yang banyak dipuja oleh umat
Hindu karena dianggap merupakan aspek dari Brahman. Kresna disebut pula
Nārāyana, yaitu sebutan yang merujuk kepada perwujudan Dewa Wisnu yang
berlengan empat di Waikuntha. Kresna biasanya digambarkan sebagai sosok
pengembala muda yang memainkan seruling (seperti misalnya dalam
Bhagawatapurana) atau pangeran muda yang memberikan tuntunan filosofis (seperti
dalam Bhagawadgita).
Dalam
Agama Hindu pada umumnya, Kresna dipuja sebagai awatara Wisnu yang kedelapan,
dan dianggap sebagai Dewa yang paling hebat dalam perguruan Waisnawa. Dalam
tradisi Gaudiya Waisnawa, Kresna dipuja sebagai sumber dari segala awatara
(termasuk Wisnu). Menurut kitab Mahabharata, Kresna berasal dari Kerajaan
Surasena, namun kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama
Dwaraka. Dalam wiracarita Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja yang
bijaksana, sakti, dan berwibawa.
Dalam
kitab Bhagawadgita, ia adalah perantara kepribadian Brahman yang menjabarkan
ajaran kebenaran mutlak (dharma) kepada Arjuna. Kresna mampu menampakkan
secercah kemahakuasaan Tuhan yang hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu
perang keluarga Bharata akan berlangsung.
Ketiga
orang tersebut adalah Arjuna, Sanjaya, dan Byasa. Namun Sanjaya dan Byasa tidak
melihat secara langsung, melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan
perang Bharatayuddha.
Asal
usul nama Krishna dalam bahasa Sanskerta, kata Krishna berarti hitam atau gelap,
dan kata ini umum digunakan untuk menunjukkan pada orang yang berkulit gelap.
Dalam Brahma Samhita dijabarkan bahwa Krishna memiliki warna kulit gelap
bersemu biru langit. Dan umumnya divisualkan berkulit gelap atau biru pekat.
Sebagai
Contoh, di Kuil Jaganatha, di Puri, Orissa, India (nama Jaganatha, adalah nama
yang ditujukan bagi Kresna sebagai penguasa jagat raya) di gambarkan memiliki
kulit gelap berdampingan dengan saudaranya Baladewa dan Subadra yang berkulit
cerah.
Nama
lain Kresna sebagai awatara sekaligus orang bijaksana memiliki banyak sekali
nama panggilan sesuai dengan kepribadian atau keahliannya.
Nama
panggilan tersebut digunakan untuk memuji, mengungkapkan rasa hormat, dan
menunjukkan rasa persahabatan atau kekeluargaan.
Nama
panggilan Kresna di bawah ini merupakan nama-nama dari kitab Mahabarata dan
Bhagawadgita versi aslinya (versi India). Nama panggilan Kresna adalah :
Achyuta (Acyuta, yang tak pernah gagal) Arisudana (penghancur musuh) Bhagavān
(Bhagawan, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa) Gopāla (Gopaala, Pengembala sapi)
Govinda (Gowinda, yang memberi kebahagiaan pada indria-indria) Hrishikesa
(Hri-sikesa, penguasa indria) Janardana (juru selamat umat manusia) Kesava
(Kesawa, yang berambut indah) Kesinishūdana (Kesini-sudana, pembunuh raksasa
Kesin) Mādhava (Madawa, suami Dewi Laksmi) Madhusūdana (Madu-sudana, penakluk
raksasa Madhu) Mahābāhu (Maha-bahu, yang berlengan perkasa) Mahāyogi
(Maha-yogi, rohaniawan besar) Purushottama (Purusa-utama, manusia utama, yang
berkepribadian paling baik) Varshneya (Warsneya, keturunan wangsa Wresni)
Vāsudeva (Waasudewa, putera Basudewa) Vishnu (Wisnu, penitisan Batara Wisnu)
Yādava (Yaadawa, keturunan dinasti Yadu) Yogesvara (Yoga-iswara, penguasa
segala kekuatan batin) Kehidupan Sang Kresna Ikthisar kehidupan Sri Kresna di
bawah ini diambil dari Mahabharata, Hariwangsa, Bhagawatapurana, dan
Wisnupurana.
Lokasi
dimana Kresna diceritakan adalah India Utara, yang mana sekarang merupakan
wilayah negara bagian Uttar Pradesh, Bihar, Haryana, Delhi, dan Gujarat.
Kutipan pada permulaan dan akhir cerita merupakan teologi yang tergantung pada
sudut pandang cerita. Penitisan Kutipan di bawah ini menjelaskan alasan mengapa
Wisnu menjelma.
Dalam
sebuah kalimat dalam Bhagawatapurana: Dewa Brahma memberitahu para Dewa:
Sebelum kami menyampaikan permohonan kepada Beliau, Beliau sudah sadar terhadap
kesengsaraan di muka bumi. Maka dari itu, selama Beliau turun ke bumi demi
menuntaskan kewajiban dengan memakai kekuatan-Nya sendiri sebagai sang waktu,
wahai kalian para Dewa semuanya akan mendapat bagian untuk menjelma sebagai
para putera dan cucu dari keluarga Wangsa Yadu.
Kitab
Mahabharata yang pertama (Adiparwa, bagian Adiwansawatarana) memberikan alasan
yang serupa, meskipun dengan perbedaan yang kecil dalam bagian-bagiannya.
Kelahiran Kepercayaan tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan
perhitungan astronomi mengatakan bahwa Sri Kresna lahir pada tanggal 19 Juli
tahun 3228 SM. Kresna berasal dari keluarga bangsawan di Mathura, dan merupakan
putera kedelapan yang lahir dari puteri Dewaki, dan suaminya Basudewa.
Mathura
adalah ibukota dari wangsa yang memiliki hubungan dekat seperti Wresni,
Andhaka, dan Bhoja. Mereka biasanya dikenali sebagai Yadawa karena nenek moyang
mereka adalah Yadu, dan kadang-kadang dikenal sebagai Surasena setelah adanya
leluhur terkemuka yang lain. Basudewa dan Dewaki termasuk ke dalam wangsa
tersebut. Raja Kamsa, kakak Dewaki, mewarisi tahta setelah menjebloskan ayahnya
ke penjara, yaitu Raja Ugrasena. Karena takut terhadap ramalan yang mengatakan
bahwa ia akan mati di tangan salah satu putera Dewaki, maka ia menjebloskan
pasangan tersebut ke penjara dan berencana akan membunuh semua putera Dewaki
yang baru lahir. Setelah enam putera pertamanya terbunuh, dan Dewaki kehilangan
putera ketujuhnya, lahirlah Kresna.
Karena
hidupnya terancam bahaya maka ia diselundupkan keluar dan dirawat oleh orangtua
tiri bernama Yasoda dan Nanda di Gokula, Mahavana. Dua anaknya yang lain juga
selamat yaitu, Baladewa alias Balarama (putera ketujuh Dewaki, dipindahkan ke
janin Rohini, istri pertama Basudewa) dan Subadra (putera dari Basudewa dan
Rohini yang lahir setelah Baladewa dan Kresna). Tempat yang dipercaya oleh para
pemujanya untuk memperingati hari kelahiran Kresna kini dikenal sebagai
Krishnajanmabhumi, dimana sebuah kuil didirikan untuk memberi penghormatan
kepadanya.
Masa
kanak-kanak dan remaja Nanda merupakan pemimpin di komunitas para pengembala
sapi, dan ia tinggal di Vrindavana. Kisah tentang Kresna saat masa kanak-kanak
dan remaja ada di sana termasuk dengan siapa dia tinggal, dan perlindungannya
kepada orang-orang sekitar. Kamsa yang mengetahui bahwa Kresna telah kabur
terus mengirimkan raksasa (seperti misalnya Agasura) untuk membinasakannya.
Sang raksasa akhirnya terkalahkan di tangan Kresna dan kakaknya, Baladewa.
Beberapa di antara kisah terkenal tentang keberanian Kresna terdapat dalam
petualangan ini serta permainannya bersama para gopi (pengembala perempuan) di
desa, termasuk Radha.
Kisah
yang menceritakan permainannya bersama para gopi kemudian dikenal sebagai Rasa
lila. Kresna Sang Pangeran Kresna yang masih muda kembali ke Mathura, dan
menggulingkan kekuasaan pamannya Kamsa sekaligus membunuhnya. Kresna
menyerahkan tahta kembali kepada ayah Kamsa, Ugrasena, sebagai Raja para
Yadawa. Kresna sendiri menjadi pangeran di kerajaan tersebut. Dalam masa ini ia
menjadi teman Arjuna serta para pangeran Pandawa lainnya dari Kerajaan Kuru,
yang merupakan saudara sepupunya, yang tinggal di sisi lain Yamuna. Kemudian,
ia memindahkan kediaman para Yadawa ke kota Dwaraka (di masa sekarang disebut
Gujarat). Ia menikahi Rukmini, puteri dari Bismaka dari Kerajaan Widarbha.
Menurut beberapa sastra, Kresna memiliki 16.108 istri, delapan orang di
antaranya merupakan istri terkemuka, termasuk di antaranya Radha, Rukmini,
Satyabama, dan Jambawati. Sebelumnya 16.000 istri Kresna yang lain ditawan oleh
Narakasura, sampai akhirnya Kresna membunuh Narakasura dan membebaskan mereka
semua. Menurut adat yang keras pada waktu itu, seluruh wanita tawanan tidak
layak untuk menikah sebagaimana mereka masih di bawah kekuasaan Narakasura,
namun Kresna dengan gembira menyambut mereka sebagai puteri bangsawan di
kerajaannya.
Dalam
tradisi Waisnawa, para istri Kresna di Dwarka dipercaya sebagai penitisan dari
berbagai wujud Dewi Laksmi.
Bharatayuddha
dan Bhagawad Gita Kresna merupakan saudara sepupu dari kedua belah pihak dalam
perang antara Pandawa dan Korawa. Ia menawarkan mereka untuk memilih pasukannya
atau dirinya. Para Korawa mengambil pasukannya sedangkan dirinya bersama para
Pandawa. Ia pun sudi untuk menjadi kusir kereta Arjuna dalam pertempuran akbar.
Bhagawadgita merupakan wejangan yang diberikan kepada Arjuna oleh Kresna
sebelum pertempuran dimulai. Kehidupan di kemudian hari Setelah perang, Kresna
tinggal di Dwaraka selama 36 tahun. Kemudian pada suatu perayaan, pertempuran
meletus di antara para kesatria Wangsa Yadawa yang saling memusnahkan satu sama
lain. Lalu kakak Kresna Baladewa melepaskan raga dengan cara melakukan Yoga.
Kresna berhenti menjadi raja kemudian pergi ke hutan dan duduk di bawah pohon
melakukan meditasi. Seorang pemburu yang keliru melihat sebagian kaki Kresna
seperti rusa kemudian menembakkan panahnya dan menyebabkan Kresna mencapai
keabadian. Menurut Mahabharata, kematian Kresna disebabkan oleh kutukan
Gandari. Kemarahannya setelah menyaksikan kematian putera-puteranya
menyebabkannya mengucapkan kutukan, karena Kresna tidak mampu menghentikan
peperangan. Setelah mendengar kutukan tersebut, Kresna tersenyum dan menerima
itu semua, dan menjelaskan bahwa kewajibannya adalah bertempur di pihak yang
benar, bukan mencegah peperangan. Menurut referensi dari Bhagawatapurana dan
Bhagawad Gita, ditafsirkan bahwa Kresna wafat sekitar tahun 3100 SM. Ini
berdasarkan deskripsi bahwa Kresna meninggalkan Dwarka 36 tahun setelah
peperangan dalam Mahabharata terjadi. Matsyapurana mengatakan bahwa Kresna
berusia 89 tahun saat perang berkecamuk. Setelah itu Pandawa memerintah selama
36 tahun, dan pemerintahan mereka terjadi saat permulaan zaman Kaliyuga.
Selanjutnya dikatakan bahwa Kaliyuga dimulai saat Duryodana dijatuhkan ke tanah
oleh Bima berarti tahun 2007 sama dengan tahun 5108 (atau semacam itu) semenjak
Kaliyuga. Hubungan keluarga Ayah Kresna adalah Prabu Basudewa, yang merupakan
saudara lelaki (kakak) dari Kunti atau Partha, istri Pandu yang merupakan ibu
para Pandawa, sehingga Kresna bersaudara sepupu dengan para Pandawa. Saudara
misan Kresna yang lain bernama Sisupala, putera dari Srutadewa alias
Srutasrawas, adik Basudewa. Sisupala merupakan musuh bebuyutan Kresna yang
kemudian dibunuh pada saat upacara akbar yang diselenggarakan Yudistira.
Karakter Batara Kresna
Waktu
muda dikenal dengan nama Narayana. Ia adalah putra kedua Prabu Basudewa.
Setelah jadi raja Narayana bergelar Sri Kresna atau Batara Kresna. Karena tidak
cocok dengan kakaknya Kakrasana kelak kemudian bergelar Prabu Baladewa, ia
pergi dari Kerajaan Mandura.
Kresna
muda pernah mengelana menjadi perampok membela kaum tertindas (seperti Sunan
Kalijaga). Atas ketidakpuasan terhadap kakaknya dalam memerintah kerajaan
Mandura. Ketika ketemu dengan Bisma, Kresna mendapat wejangan yang menyadarkan,
sehingga Kresna bisa membuktikan dan menaklukkan raja raksasa Dwarawati
Narasingha yang selalu menindas rakyatnya. Sehingga Narayana diangkat menjadi
raja Dwarawati dan bergelar Prabu Sri Kresna.
Sri
Kresna atau Batara Kresna menjadi diplomat ulung, sekaligus menjadi ahli
strategi yang mumpuni dan selalu mendampingi Pandawa Lima sampai Perang
Bharatayuda. Batara Wisnu pun menyatu dengan Sri Kresna dan memberi senjata
ampuh. Yaitu senjata Cakra yang mampu menghancurkan gunung. Senjata Sekar
Wijayakusuma yang mampu menyembuhkan orang sekarat. Serta ajian Brahalasewu
yang bisa mengubah Kresna menjadi raksasa sebesar gunung anakan.
Pernahkah
melihat lukisan Batara Kresna naik kereta kencana, ditarik oleh enam kuda dan
dikusiri Batara Narada. Itu ada arti yang dalam: enam kuda menggambarkan;
Kresna (bumi), surya (matahari), agni (api), baruna (samudera), samarana
(angin), tirta (hujan/air). Semua itu mempunyai arti simbolis Sri Kresna atau
Batara Kresna mempunyai tugas menyeimbangkan alam semesta, demi kemakmuran dan
kedamaian alam semesta.
Dalam
menyeimbangkan alam semesta dibantu oleh Batara Narada (Patihnya Batara Guru di
Kahyangan) atas perintah Batara Guru. Batara Kresna memegang panah/ membidik
dengan panah senjata Cakra yang mampu mencapai sasaran di manapun tempatnya.
Sedangkan
yang dipanah adalah nafsu amarah. Batara Kresna kalau marah akan Triwikrama,
Tri: tiga, Wikrama: langkah. Dengan Triwikrama Kresna akan berubah wujud
menjadi raksasa bertangan seribu. Sehingga jagat yang besar ini oleh raksasa
bisa dicapai dalam tiga langkah saja. Guncanglah dunia ini. Bumi rusak.
Dengan
kesabaran dan kebijaksanaan yang tinggi hanya Yudistira satria yang tertua di
Pandawa. Bisa meredakan kemarahan prabu Kresna yang telah berubah menjadi
raksasa kembali seperti sosok Batara Kresna. Maka pentingnya penguasaan diri
terhadap nafsu amarah sehingga kesabaran dengan kebijaksanaan akan memelihara
dunia.
Dari
sosok Batara Kresna muncul sifat kemanusiaan, dengan senjata Sekar
Wijayakusuma. Senjata ini bisa menyembuhkan orang sakit atau orang yang sedang
koma. Kebijaksanaan Batara Kresna dalam menyeimbangkan dunia juga ia alami pada
perang Bharatayuda.
Perang
antara Kurawa dan Pandawa ini memang sudah takdir harus terjadi. Perang ini di
takdirkan untuk melenyapkan keangkaramurkaan. Betara Kresna ada di pihak
Pandawa. Tetapi Batara Kresna tidak boleh terlibat secara fisik sebatas hanya
sebagai penasehat. Sosok Kresna adalah sebagai tumpuan inspirasi Pandawa, juga
sebagai tempat bertanya. Karena Kresna pandai dalam ahli strategi Perang,
sehingga Pandawa menang.
Batara
Kresna juga memiliki keahlian berbicara, pengawasan, diplomatis disegani baik
kawan maupun lawan. Mereka tidak merasa tertusuk sehingga bisa menerima
kebenaran. Sebagai diplomat, Ia bisa berpandangan luas tentang hubungan dan
kepentingan terhadap masalah manca negara. Sebagai titisan Dewa Wisnu tentu
Kresna sakti. Ia mempunyai segudang ilmu di topang oleh referensi kitab-kitab
yang bermutu dan pengalaman lapangan yang dipunyainya.
Batara
Kresna sebagai raja sekaligus negarawan telah memahami serta mengamalkan makna
yang terkandung dalam Astha Brata. Artinya, ia memiliki sifat delapan Dewa yang
mencerminkan kelebihan dan kehebatan para pemimpin atau pelindung negara dan
dunia.
Kresna bersikap dan berjiwa jujur, membela kebenaran dan keadilan. Sikap Kresna mencerminkan kelebihan serta kehebatan para pemimpin pelindung dunia. Dalam pewayangan, Kresna beristri dengan Jembawati anak begawan Jembawan dan Triyajid. Dan Rukmini anak raja Bismaka. Serta Setyaboma anak raja Setyajid.
Kemudian
muncul perkawinan Kresna dengan Pertiwi. Menelisik perkawinan Kresna dengan
memperhatikan nama istri. Seperti Setyaboma. Boma artinya langit. Pertiwi
artinya bumi. Dewi Pertiwi adalah pelindung bumi dan Setyaboma adalah lambang
persatuan Kresna dengan bumi langit atau persatuan Batara Kresna dengan dunia
seisinya.
Jembawati
adalah seorang istri berdarah keturunan kera yaitu Begawan Jembawan dan
Trihatha masih cucu Wibisana. Perkawinan Kresna dan Jembawati bisa diartikan
sebagai lambang persatuan Kresna dengan mahluk di dunia. Dalam artian Kresna
luwes bisa bergaul dengan siapa saja atau dengan semua mahluk di dunia. Rukmini
jelmaan Dewi Sri yang terkenal sebagai pelindung. Perkawinan dengan Rukmini
memang sudah kehendak Dewa. Karena Kresna sebagai titisan Wisnu Dewa Wisnu.
KRESNA
DALAM PEWAYANGAN JAWA (1)
Kresna
dalam pewayangan Jawa Dalam pewayangan Jawa, Prabu Kresna merupakan Raja
Dwarawati, kerajaan para keturunan Yadu (Yadawa) dan merupakan titisan Dewa
Wisnu. Kresna adalah anak Basudewa, Raja Mandura. Ia (dengan nama kecil
"Narayana") dilahirkan sebagai putera kedua dari tiga bersaudara.
Kakaknya dikenal sebagai Baladewa (alias Kakrasana) dan adiknya dikenal sebagai
Subadra, yang tak lain adalah istri dari Arjuna. Ia memiliki tiga orang istri
dan tiga orang anak. Istri isterinya adalah Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, dan
Dewi Satyabama. Anak-anaknya adalah Raden Boma Narakasura, Raden Samba, dan
Siti Sundari. Pada perang Bharatayuddha, beliau adalah sais atau kusir Arjuna.
Ia juga merupakan salah satu penasihat utama Pandawa. Sebelum perang melawan
Karna, atau dalam babak yang dinamakan Karna Tanding sebagai sais Arjuna,
beliau memberikan wejangan panjang lebar kepada Arjuna. Wejangan beliau dikenal
sebagai Bhagawadgita. Kresna dikenal sebagai seorang yang sangat sakti. Ia
memiliki kemampuan untuk meramal, mengubah bentuk menjadi raksasa, dan memiliki
bunga Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan kembali orang yang mati. Ia juga
memiliki senjata yang dinamakan Cakrabaswara yang mampu digunakan untuk
menghancurkan dunia, pusaka-pusaka sakti, antara lain Senjata Cakra, Kembang
Wijayakusuma, terompet kerang (Sangkala) Pancajahnya, Kaca Paesan, Aji Pameling
dan Aji Kawrastawan. Setelah meninggalnya Prabu Baladewa (Resi Balarama),
kakaknya, dan musnahnya seluruh Wangsa Wresni dan Yadawa, Prabu Kresna
menginginkan moksa. Ia wafat dalam keadaan bertapa dengan perantara panah
seorang pemburu bernama Jara yang mengenai kakinya.
KRESNA
DALAM PEWAYANGAN JAWA (2)
Namanya ketika Muda adalah Raden Narayana. Ia adalah putra Basudewa dengan Dewi Badraini. Dia adalah saudara kembar Sembadra (Subadra). Keduanya memiliki warna kulit hitam mulus / gelap. Dia tinggi dengan tubuh ramping dan wajah tampan, cemerlang dan bijaksana.
Setelah
mengalahkan Raja Yudakala Kresna dari Dwarawati, Narayana (Nama Muda Prabu
Kresna) menjadi raja kerajaan Dwarawati dan mengambil nama resminya sebagai
Prabu Kresna. Dia adalah raja Dwarawati, orang paling bijaksana di dunia. Dia
adalah titisan Wisnu. Kerajaan Kresna memiliki paralel dalam cerita Jataka
Buddha India, di mana Kresna adalah yang tertua di antara sepuluh bersaudara
yang secara kolektif disebut Andakavenhudasaputta.
Setelah
Kresna membunuh Kangsa, mereka mengambil alih kedaulatan Asitañjana. Dari sana
mereka berangkat untuk menaklukkan seluruh Jambudipa, dimulai dengan Ayojjha
(yang rajanya, Kalasena, mereka tawanan) dan Dwarawati, yang mereka tangkap
dengan bantuan Kanadipayana. Mereka menjadikan Dwarawati sebagai ibu kota mereka
dan membagi kerajaan mereka menjadi sepuluh bagian. Kerajaan Balaram juga
didukung dalam versi Pali.
Menurut
Pedalangan Jawa, Kresna memiliki empat istri :
1.
Dewi
Jembawati, putri Kapi Resi Jembawan (Jambvanta), guru kera yang terhormat, dan
Trijata, putri Wibisana (Vibhishana). Kedua putra mereka adalah Raden Samba dan
Raden Gunadewa. Samba tinggal bersama ayahnya di istana Dwarawati, Gunadewa
tinggal di pertapa Gadamana. Samba ditampilkan sebagai karakter yang terkenal
kejam, sedang bercinta dengan saudara iparnya. Dia dibunuh oleh saudara tirinya
Narakasura.
2.
Dewi
Pratiwi, putri Hyang Antoboga (Ananta Nag!), Dewa yang sangat kuat yang tinggal
di lapisan ke-7 di dalam bumi (Sapta Pratala) Putra Kresna bersamanya adalah
Narakasura. Dalam purana India, Narakasura adalah putra Dewi bumi, (disebut
sebagai Bhumi), oleh Dewa Wisnu sendiri selama avatar Varaha (babi hutan). Di
sini, istri Narakasura adalah Dewi Hagnyawati. Dia memiliki hubungan asmara
terlarang dengan Samba. Jadi Narakasura membunuh Samba. Putri Anantanag
lainnya, Nagagini, menikah dengan Bhima. Ruh Rahwana (Rahwana), Prabu Godayitma
Tawang Gantungan menyesatkan kekuatan Suteja atau Narakasura. Godayitma dan
Narakasura menjadi teman baik, keduanya sama-sama memiliki mantra pancasona
yang sama kuatnya, sehingga mereka tidak bisa dibunuh ketika tubuhnya menyentuh
bumi. Narakasura meninggal di tangan Krishna. Krishna membunuhnya, ketika di
tengah duel Naraka-Ghatotkacha, Narakasura menghina Krishna. Krishna mengetahui
rahasia untuk membunuhnya dari Pratiwi, dan memotongnya dengan Chakra.
Ghatotkacha menahan mayatnya di udara, sehingga Naraka tidak bisa hidup
kembali. Kisah ini unik karena di sini kita menemukan karakter Ramayana
Rahwana.
3.
Dewi
Rukmini, putri Prabu Bismaka. Suatu kali, dia bermimpi bercinta dengan Kresna
dalam keadaan Triwikrama (raksasa). Seorang putra raksasa lahir - Saronodewo.
Dia tidak diizinkan tinggal di istana. Pradumnya India tidak ada di sini.
4.
Dewi
Setyaboma (Satyabhama), putri Prabu Setyajid, kakak perempuan Setyaki. Satyaki
adalah kepala tentara kerajaan Krishna.
5.
Menurut
salah satu sub-variasi Wayang, Kresna memiliki istri lain Alarmelu Mankai. Siti
Sundari adalah putri mereka. Titisari adalah anak perempuan lainnya.
TITISAN WISNUVersi pewayangan Jawa
Dalam pementasan wayang Jawa, Wisnu sering disebut dengan gelar Sanghyang Batara Wisnu. Menurut versi ini, Wisnu adalah putra kelima Batara Guru dan Batari Uma. Ia merupakan putra yang paling sakti di antara semua putra Batara Guru.
Sang
Hyang Batara Wisnu bersemayam di Kahyangan Utarasegara, mempunyai tiga
permaisuri dan 18 orang putra (14 pria dan 4 wanita ), dengan Batari
Srisekar/Sri Widowati berputra Batara Srinodo , Batara Srinadi , dengan Batari
Pratiwi berputra Bambang Sitijo (Prabu Bomanarakasura), Dewi Siti Sundari,
adapun dengan Batari Sri Pujawati/Pujayanti berputra 13 orang masing - masing
bernama:
Batara
Heruwiyono, Batara Ishawa , Batara Bhisowo , Batara Isnowo , Batara Isnapuro ,
Batara Maduro , Batara Madudewo , Batara Madusadono , Dewi Srihunon , Dewi Sri
Srihuni , Batara Pujarto , Batara Panwaboja , dan Batara Sarwedi/Hardanari.
Menurut
mitologi Jawa, Wisnu pertama kali turun ke dunia menjelma menjadi raja bergelar
Srimaharaja Suman. Negaranya bernama Medangpura, terletak di wilayah Jawa
Tengah sekarang. Ia kemudian berganti nama menjadi Sri Maharaja Matsyapati,
merajai semua jenis binatang air.
Selain
itu Wisnu juga menitis atau terlahir sebagai manusia. Titisan Wisnu menurut
pewayangan antara lain :
1.
Sri
Dalang Kondobuwono (Dalang Ruwatan
Murwokolo)
2.
Sri
Maharaja Kanwa. (Raja Kerajaan Purwocarito)
3.
Sri
Maharaja Suman (Raja Kerajaan Medangpuro)
4.
Resi
Wisnungkoro (Pujangga Kerajaan Lokapala)
5.
Prabu
Arjunasasrabahu (Raja Kerajaan Maespati)
6.
Sri
Ramawijaya (Raja Kerajaan Ayodyopuro)
7.
Sri
Batara Kresna (Raja Kerajaan Dwo
8.
Prabu
Airlangga (Raja Kerajaan Kahuripan)
9.
Prabu
Jayabaya (Raja Kerajaan Kadiri/Kediri)
10. Prabu Anglingdarma
(Raja Kerajaan Malwopati/Malowopati)
Titisan Dewa Wisnu, Tempatkan Bunga Wijaya Kusuma
Bunga
wijaya kusuma merupakan salah satu kaktus yang mekar di malam hari dan akan
layu sebelum pagi harinya.
Bunga
ini lebih sering dikaitkan dengan mitos dan kepercayaan tertentu.
Bunga
wijaya kusuma atau yang disebut dengan epiphyllum oxypetalum bukanlah tanaman
asli Indonesia.
Tumbuhan
wijaya kusuma berasal dari Venezuela Amerika Selatan, berkerabat dengan kaktus.
Dalam
dunia pewayangan bunga wijaya kusuma ini kerap disebut sebagai pusaka Batara
Kresna titisan Dewa Wisnu yang dikenal sebagai pemelihara alam semesta.
Bunga
yang dikenal dengan sebutan Queen of The Night ini juga dipercaya sebagai
tanaman hias yang disukai Ratu Pantai Selatan Nyi Roro Kidul.
Bahkan
ada yang masih memercayai, apabila melihat bunga wijaya kusuma ini mekar di
malam hari, maka pertanda akan datangnya rezeki.
Bunga
ini benar-benar unik karena hanya mekar sebentar pada malam hari sambil
mengeluarkan bau yang sangat harum.
Siapapun
orang yang bisa menyaksikan saat bunga ini mekar dipercaya dapat membawa
keberuntungan dalam kepercayaan masyarakat Jawa.
Bunga
Wijaya Kusuma juga dianggap sebagai syarat yang harus dimiliki seorang raja
yang akan naik tahta.
Karena
itulah bunga ini banyak menghiasi ragam hias rumah atau bangunan.
Di
Jawa bunga wijaya kusumaa kebanyakan berwarna putih, meski ada yang berwarna
merah muda.
Bunga
wijaya kusuma dipercaya bisa mendatangkan rezeki jika diletakkan di tempat yang
benar.
1.
Teras
dan Halaman Rumah. Tanaman yang dikenal sebagai Brahma Kamal ini harus
menyesuaikan dengan Vastu Shastra. Vastu Shastra adalah sistem arsitektur, tata
letak, desain, dan geometri tradisional yang berasal dari teks-teks kuno India.
Menurut Vastu, tanaman tertentu dapat memberikan manfaat jika ditempatkan di
tempat dan arah yang benar. Penempatan bunga Wijaya Kusuma bisa diletakkan di
teras atau halaman rumah agar membawa pengaruh positif.
2.
Hindari
terkena sinar matahari secara langsung. Meski termasuk jenis tanaman yang tahan
panas, namun meletakkannya langsung di bawah sinar matahari bisa membawa
pengaruh yang buruk. Bunga yang terkena sinar matahari penuh selama berjam-jam
berisiko terbakar dan menghitam.
3.
Tempat
yang hangat dan cerah. Meski tidak boleh langsung terkena sinar matahari, namun
pastikan wijaya kusuma berada di tempat yang hangat dan cerah. Jika mendapat
sinar matahari yang cukup, bunga wijaya kusuma akan tumbuh mekar dengan baik.
4.
Suhu
yang Stabil. Sebaiknya simpan bunga wijaya kusuma di area dengan suhu
lingkungan stabil.
Hal ini supaya bunga wijaya kusuma dapat tumbuh subur dan lebih sehat. Suhu ideal bunga wijaya kusuma berada di antara 10 derajat celsius hingga 32 derajat celsius.
Adapun
manfaat manfaat bunga wijaya kusuma, diantaranya adalah :
1.
Mengatasi
asma dan sesak nafas
2.
Mengobati
TBC dan batuk berdahak
3.
Mengatasi
radang tenggorokan
4.
Mengatasi
bisul
5.
Menyembuhkan
luka-luka karena jatuh atau terkena benturan ataupun terkena pisau bisa diatasi
dengan bunga Wijaya Kusuma dengan menempelkan tumbukan bunga ini akan efektif
membuat luka cepat kering dan Hai infeksi nomor
6.
Mencegah
penyakit stroke
7.
Mengatasi
nyeri lambung
8.
Mengharumkan
tubuh
9.
Mengatasi
pendarahan rahim
Kresna dalam Bhagawadgita
Kresna
dianggap sebagai penjelmaan Sang Hyang Triwikrama, atau gelar Bhatara Wisnu
yang dapat melangkah di tiga alam sekaligus. Ia juga dipandang sebagai
perantara suara Tuhan dalam menjalankan misi sebagai juru selamat umat manusia,
dan disetarakan dengan segala sesuatu yang agung.
Kutipan
di bawah ini diambil dari kitab Bhagawadgita (percakapan antara Kresna dengan Arjuna)
yang menyatakan Sri Kresna sebagai awatara.
kitab Bhagawadgita
yadā
yadā hi dharmasya, glānir bhavati bhārata, abhyutthānam adharmasya tadātmanaṁ sṛjāmy
aham
Kapan
pun kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itu Aku turun
menjelma, wahai keturunan Bharata (Arjuna)
paritrāṇāya
sādhūnāṁ, vināśāyā ca duṣkṛtām, dharma-saṁsthāpanārthāẏa, sambhavāmi yuge yuge
Untuk
menyelamatkan orang saleh dan membinasakan orang jahat, dan menegakkan kembali
kebenaran, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman
aham
ātmā guḍākeśa sarva-bhūtāśaya-sthitaḥ, aham ādiś ca madhyaṁ ca bhūtānām anta
eva ca O Arjuna,
Aku
adalah Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati semua makhluk hidup. Aku
adalah awal, pertengahan dan akhir semua makhluk
purodhasāṁ
ca mukhyaṁ māṁ viddhi pārtha bṛhaspatim, senāninām ahaṁ skandaḥ, sarasām asmi
sāgaraḥ
Wahai
Arjuna, di antara semua pendeta, ketahuilah bahwa Aku adalah Brihaspati,
pemimpinnya. Di antara para panglima, Aku adalah Kartikeya, dan di antara
segala sumber air, Aku adalah lautan
prahlādaś
cāsmi daityānāṁ, kālaḥ kalayatām aham mṛgāṇāṁ ca mṛgendro ‘haṁ vainateyaś ca
pakṣiṇām
Di
antara para Detya, Aku adalah Prahlada, yang berbakti dengan setia. Di antara
segala penakluk, Aku adalah waktu. Di antara segala hewan, Aku adalah singa,
dan di antara para burung, Aku adalah Garuda.
dyūtaṁ
chalayatām asmi tejas tejasvinām aham jayo ‘smi vyavasāyo ‘smi sattva
sattvavatām aham i antara segala penipu,
Aku
adalah penjudi. Aku adalah kemulian dari segala sesuatu yang mulia. Aku adalah
kejayaan, Aku adalah petualangan, dan Aku adalah kekuatan orang yang kuat
vṛṣṇīnāṁ
vāsudevo ‘smi pāṇḍavānām dhanañjayaḥ, munīnām apy ahaṁ vyāsaḥ kavīnām uśanā
kaviḥ
Di
antara keturunan Wresni, Aku ini Kresna. Di antara Panca Pandawa, Aku adalah
Arjuna. Di antara para Resi, Aku adalah Wyasa. Di antara para ahli pikir yang
mulia, aku adalah Usana.
Kresna atau Krishna dalam sejarahnya
Awalnya
sastra yang secara eksplisit menyediakan deskripsi terperinci tentang Kresna
sebagai seorang tokoh adalah kitab Mahabharata yang digambarkan sebagai
perwujudan Dewa Wisnu.
Dan terkadang terlihat bulu merak disematkan
sebagai hiasan pada mahkotanya yang dikatakan sebagai simbol kekuatan luar
biasa, dan juga mengingatkannya pada sebuah cinta romantis.
Dalam
Mithologi Hindu Dharma, Kresna adalah salah satu awatara dari Dewa Wisnu,
menjelma sebagai sosok manusia dalam menegakkan dharma kebaikan di muka bumi
ini yang dalam sejarahnya Kresna merupakan putra dari Prabu Basudewa.
Kresna
yang bersenjatakan cakra adalah tokoh yang juga muncul di berbagai cerita utama
dalam wiracarita tersebut yang khususnya dalam delapan belas parwa Mahabharata
dimana bab keenam (Bismaparwa) disebutkan merupakan bagian teristimewa sebagai
kitab yang disebut Bhagawadgita,
Dimana
kitab tersebut mengandung wejangan Kresna kepada Arjuna, sepupunya sendiri,
dengan latar belakang sesaat sebelum perang Kurukshetra (Baratayuda) dimulai.
Akan
tetapi perincian kehidupan Kresna saat kanak-kanak dan remaja tidak terdapat
dalam wiracarita tersebut, melainkan dalam Bhagawatapurana, Wisnupurana,
Brahmawaiwartapurana, dan Hariwangsa.
Karena
kitab Bhagawatapurana dan Wisnupurana diagungkan oleh pengikut Waisnawa,
sedangkan Hariwangsa adalah kitab pendukung yang menjelaskan hal yang belum
dibahas dalam wiracarita Mahabharata.
Kresna yang menjadi salah satu awatara dari Dewa Wisnu tersebut, menjelma sebagai sosok manusia dalam menegakkan dharma kebaikan di muka bumi ini,
Kresna
yang merupakan putra dari Prabu Basudewa dari Kerajaan Surasena dalam kisahnya
diceritakan :
Kresna
sebagai pendiri Kerajaan Dwaraka yang dalam wiracarita Mahabharata, Kresna
sebagai seorang raja yang dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti,
dan berwibawa sebagai keturunan dari Wangsa Yadawa yang yang sebagaimana
disebutkan dalam silsilah Raja Barata yang menurunkan tokoh-tokoh utama dalam
Mahabharata.
Dalam
perjalanan kisahnya diceritakan bahwa beliau Sang Kresna dari Wangsa Yadawa
bersaudara dengan Baladewa juga sepupu dari Pandawa dan Korawa dari Wangsa
Kaurawa yang dalam Udyoga Parwa dari Mahabrata,
Kresna
bertindak sebagai juru damai yang pada saat itu gagal dalam merundingkan
perdamaian untuk Pihak Pandawa untuk menuntut separoh dari Kerajaan tetapi pada
saat itu pihak Korawa bersikeras menolak dengan alasan bahwa Pandawa telah
kehilangan haknya sehingga karena tidak ada jalan lain lagi, kedua belah pihak
siap perang untuk saling menghukum dan masing - masing menggerakkan pasukan ke
medan perang Kurusetra.
Pada
persiapan perang bharatayuda di kurushetra dalam mahabharata blog, Kresna tidak
bersedia bertempur secara pribadi. Ia mengajukan pilihan kepada para Pandawa
dan Korawa, bahwa salah satu boleh meminta pasukan Kresna yang jumlahnya besar
sementara yang lain boleh memanfaatkan tenaganya sebagai seorang ksatria.
Mendapat kesempatan itu, Arjuna dan Duryodana pergi ke Dwaraka untuk memilih
salah satu dari dua pilihan tersebut.
Duryodana
jenius di bidang politik, maka ia memilih tentara Kresna. Sedangkan para
Pandawa yang diwakili Arjuna, bersemangat untuk meminta tenaga Sri Kresna
sebagai seorang penasihat dan memintanya agar bertempur tanpa senjata di medan
laga. Sri Kresna bersedia mengabulkan permohonan tersebut, dan kedua belah
pihak merasa puas.
Pandawa
telah mendapatkan tenaga Kresna, sementara Korawa telah mendapatkan tentara
Kresna. Persiapan perang dimatangkan.
Perang
akhirnya berkecamuk, yang dalam bhisma parwa disebutkan pasukan Korawa dan
pasukan Pandawa berhadapan satu sama lain sebelum Bharata Yudha dimulai. Lalu
Kresna sebagai kusirnya Arjuna berada di antara kedua pasukan untuk memenangkan
perang tersebut.
Setelah perang selesai
Keabadian
Kresna sebagai awatara yang dalam kitab Upanisad khususnya Maitriya Upanisad
6.15 dan dalam Bhagawad Gita 11.32, Kresna sebagai sosok manusia berakhir,
Wafatnya
Khrisna yang dalam Mausala Parwa disebutkan,
Dijuluki
Keshava karena sebelumnya dia membunuh iblis yang disebut 'Kesi' yang merupakan
panglima tertinggi para iblis.
Tubuhnya
rebah terlentang dalam keadaan samadhi tingkat yang tertinggi.
yang
wafat pada tahun 3102 sebelum masehi, semenjak saat itu diceritakan dalam
kutipan mahabharata, usia ras manusia dalam purana,
dengan
wafatnya Shrii Krishna tersebut, Prabhu Yudhisthira (Putra Sulung dari Para
Pandhava) enggan meneruskan tampuk pemerintahan setelah mendengar Shrii Krishna
wafat. Para Pandawa kemudian memutuskan menuju ke Himalaya untuk memulai
kehidupan sebagai seorang pertapa.
Sampai
saat ini, kepahlawanan dan wejangan - wejangan Kresna sebagai penasehat Sang
Arjuna dalam perang Bharata Yudha tersebut dirangkum kedalam sebuah Kitab yaitu
Bhagawad Gita sebagai tutur Yang Maha Suci Kreshna dalam gundahnya Sang Arjuna
untuk menegakkan dharma kebaikan di muka bumi ini.
Catatan
:
Dalam
kisah Mahabharata dimana Arjuna juga menyebutkan Sri Krishna dengan nama Sri
Govinda karena Krishna adalah obyek segala kesenangan bagi sapi-sapi dan
indera-indera.
Dan
ada beberapa hikmah dalam kisah Mahabharata2015 dalam wejangan Sri Khrisna
sebagaimana disebutkan :
Keinginan
membuat mereka menembus berbagai hal untuk mengejar cita-cita dan impian
mereka.
Hidup
tidak hanya ada di masa depan, atau di masa lalu (atita). Hidup juga ada di
masa sekarang ini (Wartamana).
HEBATNYA Prabu Kresna
Dalam dunia pewayangan, nama Prabu Kresna atau Batara Kresna, atau Raden Narayana, atau Raden Padmanaba, atau Raden Danardana, atau Raden Harimurti, atau Prabu Wisnumurti sangatlah dikenal. Ia terkenal sebagai tokoh yang baik, berbudi luhur, cerdas, cerdik, dan maha sakti. Tokoh ini juga sangat terkenal karena keberpihakannya pada Pandawa, keluarga tokoh-tokoh pewayangan yang menyimbolkan kebaikan, dalam berperang di Kurusetra melawan pihak Kurawa yang melambangkan kejahatan dan angkara murka. Kebijaksanaan Prabu Kresna bahkan dikenal sebagai salah satu ajaran agama Hindu, yaitu percakapan Prabu Kresna sebagai sais kereta perang dengan Arjuna dalam kitab Bhagavad Gita.
Prabu Kresna yang pada masa kecilnya bernama Raden Narayana adalah seorang raja sebuah kerajaan besar bernama Dwarawati. Ia adalah putra Prabu Basudewa raja negara Mandura. Prabu Kresna sebenarnya adalah titisan dewa Wisnu, itu sebabnya ia begitu sakti mandraguna dan bijaksana. Banyak sekali yang dapat diceritakan mengenai Prabu Kresna ini, hanya saja begitu panjang dan berliku bila saya kali ini membahas cerita mengenai tokoh ini saja. Dalam catatan kali ini saya hanya ingin mencoba berpikir dan menganalisis secara dekonstruktif mengenai tokoh ini. Selama ini dalam dunia pewayangan ataupun pemikiran masyarakat jawa pada umumnya, Kresna adalah tokoh yang baik, berwibawa dan berwatak ksatria karena memihak Pandawa dan mewejangi Pandawa dengan petuah-petuah bijak serta merupakan ahli strategi perang Pandawa. Padahal, sebenarnya menurut saya, Kresna tak ubahnya tokoh dalam pewayangan yang licik, kadang-kadang pengecut meskipun memang ia cerdas, jahat, dan tidak berwatak ksatria. Sebelumnya saya mohon maaf yang sangat bila banyak dari pembaca merasa keberatan dengan analis saya ini. Tentu saja sebagai ‘wayang lover’ saya setuju dengan pakem wayang yang telah ada sebelumnya, saya pun tidak keberatan memandang Kresna sebagai tokoh baik seperti yang selama ini dikenal. Saya hanya ingin mencoba melihat (dan mencoba mempertanyakan) nilai moral, cerita, dan anggapan yg telah dipercayai selama ini dengan cara yang berbeda, yaitu dengan cara pandang dekontruksi, dimana apa yang telah disetujui oleh khalayak dan masyarakat umum belum tentu seperti apa adanya. Analisis saya bersifat terbuka dan post-strukturalis, yaitu bahwa sebuah angapan atau ideologi bahkan cerita merupakan struktur berserak yang terbuka atas sgala macam interpretasi yang dikuatkan dengan bukti-bukti.
Karena
begitu singkat, kita hanya akan membuat daftar kehebatan Kresna secara
sederhana.
Secara
fisik (saya berpikir secara semiotis kali ini, yaitu bermain lambang dan
simbol), meskipun Kresna memang terkenal tampan, tapi ia berkulit hitam legam,
ceking/kurus/cungkring, tidak begitu tinggi apalagi gagah dalam artian ksatria
atau tokoh jagoan lain. Ketika berbicara selalu dengan nada yang tinggi seperti
perempuan dan selalu dengan cepat. Ini memandakan bahwa ia cerewet, kenes.
Meskipun dalam pandangan lain orang akan dapat menerjemahkannya sebagai
karakter yang cerdas dan talkative.
Perang
Kurusetra, perang saudara antara Pandawa dan Kurawa yg menjadi inti masalah
perang Bharatayudha dan banyak mengorbankan jiwa para prajurit bahkan
orang-orang tak bersalah itu adalah prakarsa Kresna. Pada saat perundingan
kedua belah pihak, Kresna merasa tersinggung karena pihak Kurawa (dalam hal ini
Duryudana dan antek-anteknya) tidak menghormatinya sebagai duta perdamaian
Pandawa dengan mempersiapkan pasukan di luar istana secara diam-diam untuk
menyerang rombongan Pandawa. Akhirnya ia menitikrama atau berubah wujud menjadi
raksasa dan mengamuk di kerajaan Hastina, padahal masih banyak tokoh Kurawa
yang masih membuka kesempatan berdialog seperti Resi Bhisma, Prabu Salya,
bahkan Karna dan Pandita Durna. Sebagai sorang titisan dewa, tak pantas rasanya
bila Kresna khilangan kesabaran dan mengamuk sedemikian rupa. Ialah yang
kemudian memutuskn untuk berperang dengan Kurawa, dan meyakinkan segenap
kluarga Pandawa, terutama Arjuna untuk berperang dan membunuh siapa saja yang
menghalanginya. Padahal Arjuna mash ragu dan meminta pertimbangan ulang serta
memilih untuk mengalah daripada berperang dengan saudara sendiri untuk
memperebutkan kerajaan (percakapan untuk meyakinkan Arjuna inilah yang
terangkum dalam kitab Bhagavad Gita. Sekali lagi maaf, ini tidak dimaksudkan
untuk mengkritisi ajaran tertentu, hanya sebatas analisis karya seni dan
sastra).
Kresna
dan semua pihak baik Pandawa maupun Kurawa sadar bahwa Kresna tak terkalahkan
karena ia adalah titisan dewa Wisnu, oleh sebab itu Kresna dengan bijaknya
bersumpah tidak akan turun perang, namun hanya menjadi sais kereta perang
Arjuna. Padahal mulai dari sinilah ia yg mengatur strategi perang dan
menggunakan segenap kehebatan yang ia punya.
Sebelum perang di lapangan Kurusetra, Kresna menyingkirkan orang-orang yang dianggap terlalu kuat dan takut akan berpihak kepada Kurawa.
Korban-korbannya
adalah :
Antasena
dan Antareja: putra-putra Bima/Werkudara. Mereka dianggap terlalu kuat bila
ikut dalam perang, oleh sebab itu mereka dibujuk dengan pertimbangan filosofis
dan sebagainya agar bunuh diri. Keduanya termakan bujukan ini. Kedua ksatria
itu merasa bahwa mereka berkorban demi Pandawa dan dunia, agar dalam
pertempuran tidak membunuh banyak korban jiwa dan menghancurkan dunia karena
kesaktian mereka.
Bambang
Irawan: putra Arjuna yang tidak diketahui dari istri yg mana (maklum Arjuna kan
playboy, anak-anaknya tersebar dimana-mana dari ratusan istri dan selir).
Ketika mengetahui perang Bharata, ia ingin membantu ayahnya (yang belum pernah
ditemui). Tapi ia tewas mengenaskan, diserang Kala Srenggi, raksasa yg
menyangka ia adalah Arjuna (karena memang ia sangat mirip dengan ayahnya), yang
dulu membunuh ayah Kala Srenggi. Keduanya tewas ditempat, bahkan sebelum sampai
di Tegal Kurusetra.
Kehebatan-kehebatan yang tidak bersifat ksatria Kresna. Tidak semua tokoh-tokoh Kurawa jahat, malah sebaliknya, banyak dari mereka yang bijaksana lagi sakti, hanya saja mereka berkorban untuk membela negaranya. Karena kesaktian mereka inilah Kresna melancarkan serangkaian strategi yang tak jarang begitu licik.
Tokoh-tokoh
itu adalah :
Prabu
Salya: hatinya sebenarnya cenderung memilih Pandawa, namun apa mau dikata,
Kurawa adalah tempat dimana ia hidup dan mengabdi. Karena Salya begitu kuat,
banyak ksatria Pandawa yang tewas. Dengan kehebatannya ia mengutus saudara kembar
Nakula dan Sadewa, bungsu Pandawa untuk menghadap Salya untuk memohon agar
Salya sudi mengakhiri perang, bila perlu membunuh mereka berdua. Salya begitu
sayang kepada si kembar karena mereka terlihat innocent. Akhirnya, Salya
mengungkapkan kelemahannya kepada si kembar, bahwa ia hanya dapat mati bila
dibunuh oleh ksatria berdarah putih, dan ia adalah Yudistira/Puntadewa, anak
tertua Pandawa. Esoknya, Salya terbunuh oleh panah Puntadewa. Padahal Puntadewa
adalah orang paling jujur, baik dan naif di dunia, yg bahkan tak sanggup
membunuh semut skalipun (karna saking baiknya orang jawa sering menjelaskan
bahwa bahkan bila istrinya diminta orang lain, Puntadewa akan memberikannya!),
namun Kresna berhasil meyakinkan Puntadewa untuk membunuh Salya.
Raden
Karna: ia sangat dikenal dalam pewayangan dan dihati orang jawa pada umumnya
sebagai pahlawan yang meskipun tahu bahwa negara yang ia bela mewakili
kejahatan, tapi sebagai bentuk bakti pada negeri yang ia cinta ia rela mati
tanpa mempertanyakan prilaku negerinya. Karna sbnarnya adalah ‘anak haram’
Pandawa, dibuang karna dilahirkan oleh Kunti dengan malu, sebab lahir dari
telinga dan pada saat Kunti belum menikah. Hanya saja Karna sakti, karna
ayahnya adalah Dewa Surya (matahari). Lawan tandingnya di Kurusetra adalah
Arjuna. Kedua saudara ini memiliki wajah mirip, sama-sama tampan dan sama-sama
sakti terutama sangat mahir memanah. Sebenarnya Arjuna sudah kalah, tapi panah
Karna meleset, hanya mengenai mahkota. Ini disebabkan Salya, yang menjadi sais
kereta perang Karna sengaja menggoyahkan kereta agar panah meleset. Ini
dikarenakan Kresna meyakinkan pihak Kurawa agar menggunakan Salya sebagai sais,
dan Kresna tahu bahwa Salya pasti berpihak pada Pandawa. Karena siasat ini,
Arjuna pun akhirnya menang dan berhasil membunuh Raden Karna.
Duryudana
: Memang pokok permasalahan dalam prang Bharata ini adalah Raden Duryudana,
anak tertua dari saudara-saudara Kurawa yang berjumlah seratus orang (ya,
seratus orang!!) yang begitu keras kepala, namun juga teguh dan sakti. Pada
saat perang Bharata usai dan Kurawa dikalahkan, Duryudana tidak mau menyerah.
Ia akhirnya duel dengan Bima yang memang memiliki perawakan yang serupa, tinggi
besar, gagah, tampan, dan sama-sama sakti. Selayaknya duel ksatria,
pertandingan ini haruslah jujur, sportif dan ksatria. Duel berjalan seimbang,
kedua belah pihak sama-sama sakti. Tapi dengan licik Kresna memberikan isyarat
pada Bima dengan menepuk pahanya sendiri, menunjukkan kelemahan Duryudana.
Akhirnya Bima tahu bahwa kelemahan Duryudana terletak di paha, akibatya
Duryudana kalah dan tewas, secara tidak adil. Bukan itu saja, Kresna membiarkan
Bima mencincang Duryudana yang sudah tewas, meski ini sudah dicegah oleh pihak
Pandawa dan kakak Kresna sendiri, Baladewa. Tindakan Bima bukan tindakan ksatria,
karna menghajar habis-habisan ksatria tanding yang sudah mati, tapi Kresna
berkilah bahwa ini memang pantas bagi orang semacam Duryudana.
Bukan
itu saja, Kresna juga mengorbankan banyak tokoh baik dari sanak keluarga
Pandawa demi kemenangan Pandawa:
Raden
Abimanyu: putra kesayangan Arjuna, mati mengenaskan dengan tubuh ‘tatu arang
kranjang (hancur penuh luka)’ karena dihajar dengan ratusan anak panah, luka
cabikan, sayatan, tusukan oleh senjata para Kurawa. Dikeroyok dengan pengecut.
Ini dikarenakan ia melanggar perintah ayahnya, Arjuna untuk maju perang ketika
ayahnya sedang berperang. Jadi seharusnya Abimanyu maju berperang ketika
didampingi ayahnya. Tapi Abimanyu melanggar perintah itu, tebak karena apa …
karena perintah Kresna. Kresna bersikeras bahwa Abimanyu harus maju perang
meski ayahnya tidak disisi. Akibatnya, Abimanyu tewas dengan badan hancur
berantakan.
Raden
Gatotkaca, putra sakti Bima yang sangat terkenal di dunia pewayangan dan cerita
nasional karena kesaktiannya yang luar biasa. Ia juga adalah sepupu juga
sahabat baik Abimanyu. Ia juga tewas dengan mengenaskan seperti Abimanyu oleh
Karna, terkena panah/keris Kyai Wijayandanu. Sebenarnya Gatotkaca tak
terkalahkan. Ia memiliki otot kawat, dan tulang besi. Dapat terbang dengan
kecepatan halilintar, tak mempan pada senjata apapun, dari seluruh tubuhnya
(bahkan dari mata!!) dapat mengeluarkan ratusan anak panah. Ciri khasnya adalah
darah dingin tak kenal ampun, terbang sambil memutuskan kepala lawan dari
tubuhnya! Satu kelemahannya adalah panah/keris pusaka milik Karna. Pada saat
Gatotkaca lahir, tali pusarnya hanya dapat dipotong oleh pusaka itu. Tapi
ketika memotong, sarung pusaka tersebut tersedot masuk kedalam perut Gatotkaca.
Pada perang Bharata, pusaka yang dilepaskan Karna mengejar Gatotkaca karena
sarungnya ada di dalam tubuhnya. Gatotkaca mati terpanah di awan dan tewas. Ini
karena Prabu Kresna memintanya berperang, padahal tahu bahwa saat ini Kurawa
dipimpin Karna sebagai panglima perangnya. Ia sengaja mengorbankan Gatotkaca
utk menghabisi pasukan Kurawa sebanyak-banyaknya sebelum Arjuna maju perang
untuk membunuh Karna. Selain itu, Kresna tahu benar bahwa Karna pasti akan
mengeluarkan senjata pamungkasnya, Kyai Wijayandanu karena memang Gatotkaca
adalah lawan yang terlalu tangguh bagi Kurawa. Coba pikir, kenapa tidak Arjuna
yang disuruh maju duluan sebagai lawan tanding seimbang Karna tanpa perlu
mengorbankan Gatotkaca? Tentu karena kemungkinan kalah Karna lebih besar bila
senjatan pamungkasnya yang hanya dapat dipakai sekali telah dilepaskan dan tak
dapat digunakan lagi.
Peran Sri Kresna Dalam Perang Baratayuda
Sri
Krishna adalah titisan Dewa Wisnu yang bertugas melindungi Pandawa yang mana di
dholimi pihak Kurawa dan memenangkannya dalam perang Baratayuda.
Sebelum perang dimulai Kresna tampil sebagai duta Pandawa ke Astina dalam rangka menyelesaikan konflik perebutan kerajaan Astina.
Misi
yang diemban Kresna adalah agar tidak terjadi perang.
Pandawa
minta setengah wilayah Astina kepada kurawa, andaikata tidak diberikan Pandawa
rela hanya menerima lima wilayah pedesaan yaitu Awisthala, Wrekashala,
Waranawata, Makandi, dan Awasana.
Bagaimanapun
Pandawa tetap menempuh jalan damai. Namun Duryadana menolak mentah-mentah
permintaan Kresna,
bahkan
dengan seluruh kekuatan Kurawa berusaha membinasakan Kresna.
Dalam
keadaan terdesak Kresna berubah menjadi raksasa dan akan menghancurkan Kurawa,
namun Batara Narada mencegahnya dan menjelaskan bahwa menurut Serat Jitabsara
perang Baratayuda harus terjadi.
Akhirnya Kresna mengurungkan niatnya tersebut
Sadar
perang Baratayuda akan terjadi, dengan kepintarannya Kresna berusaha sedkit
demi sedikit melemahkan posisi Kurawa antara lain dengan meminta Karna memihak
Pandawa,
Namun
merasa sadar bahwa dirinya berhutang budi kepada Kurawa dan lebih mementingkan
Astina sekalipun Kurawa dipihak yang salah, Karna menolak permintaan Kresna
tersebut.
Demikian
pula terhadap Baladewa kakaknya sendiri yang sebenarnya bersikap netral.
Sadar
sang kakak akan memihak Kurawa Kresna memohon Baladewa untuk bertapa di
Grojogan sewu yang dijaga Setiyaki.
Baladewa
sendiri adalah satria yang senang melakukan tapa brata, dia tidak bisa
menyaksikan keseluruhan berlangsungnya perang Baratayuda, dan baru muncul
disaat diakhir episode perang tersebut ketika Bima bertarung melawan Duryudana.
Dalam
perang Baratayuda, Kresna memihak Pandawa. Ia dipilih Arjuna sebagai penasehat
yang mana Kresna tidak diperbolehkan mengeluarkan senjata untuk berperang langsung
dengan pihak Kurawa, sementara pasukannya yang berjumlah besar dipilih
Duryudana menjadi bagian dari pasukan Kurawa.
Pilihan
yang dijatuhkan Duryudana membuat Sengkuni marah kepada Duryudana baginya
apalah arti pasukan yang besar jika tidak melibatkan pengatur strategi yang
ulung sekaliber Kresna.
Kresna
pada waktu perang memposisikan diri sebagai kusir kereta Arjuna.
Kresna
juga memantapkan hari Arjuna yang masih ragu-ragu melihat orang-orang yang
dihormatinya seperti Bisma dan Durna berada dipihak Kurawa.
Arjuna
mendapatkan lawan yang sepadan yaitu Karna yang tak lain kakak tertuanya
sendiri. Kereta Karna dikemudikan mertuanya sendiri yaitu Prabu Salya.
Prabu Salya sebenarnya tidak ingin Baratayuda terjadi sehingga dalam mengemudikan kereta Karna ia setengah hati sampai pada suatu ketika roda kereta Karna terjerembab dalam tanah.
Mengetahui
hal tersebut Kresna menyuruh Arjuna segera melepaskan senjata Pasopati.
Pada
awalnya Arjuna tidak mau karena hal tersebut bukan tindakan ksatria.
Namun
Kresna menjelaskan bahwa Karna salah satu orang yang membunuh Abimanyu, putra
Arjuna, maka Arjuna segera melepaskan anak panah Pasopati mengenai leher Karna
yang mengakibatkan kematian Karna.
Arjuna
sebenarnya menyesali tindakannya tersebut. Prabu Salya sendiri tewas ditangan
Puntadewa.
Ketika
Prabu Salya maju ke medan perang, Pandawa kewalahan menghadapi Candrabirawa
ilmu Prabu Salya berupa kemampuan memanggil raksasa yang apabila terluka oleh
musuhnya jumlah bertambah banyak.
Kresna
yang tahu bahwa ilmu itu hanya bisa dihadapi orang suci hati dan sabar seperti
Puntadewa maka ia segera menyuruh Puntadewa menghadapinya.
Puntadewa
sendiri sebenarnya tidak mau karena dalam Baratayuda ia tidak akan turun
gelanggang.
Pada
saat itu arwah Resi Bagaspati masuk ke tubuh Puntadewa bermaksud mengambil
Candrabirawa miliknya.
Puntadewa
yang telah dirasuki kemudian melempar Jimat Kalimasada dan mengenai dada Prabu
Salya. Prabu Salya akhirnya gugur.