KEN DEDES
KEN DEDES
(Sang Ardhanareswari).
Ken Dedes selalu identik dengan kecantikan, keluwesan dan keanggunan seorang wanita.
Ken Dedes di lahirkan di desa Ponowijen (dekat Malang/Ganter) putri seorang pendeta Budha aliran Mahayana Mpu Purwa.
Di kisahkan kecantikanya tiada bandingannya di sekitar kawasan lereng Gunung Kawi sebelah Timur yang pada saat itu masuk Keakuwuan Tumapel yang di pimpin oleh Akuwu Tunggul Ametung.
Terpesona dengan kecantikan Ken Dedes dia menculiknya dan di jadikan istrinya,kejadian ini membuat Mpu Purwa mengutuk Tunggul ametung bahwa kekuasanya akan jatuh.
Kelak kutukan ini terbukti dengan peran pemuda desa Pangkur Ken Arok.
Ken Arok mengubah jalanya sejarah dengan membunuh Tunggul Ametung dengan Keris buatan Mpu Gandring.
Bersama Ken Dedes Ken Arok menurunkan Wangsa Rajasa di mana menurunkan Raja" besar kerajaan SINGHASARI & MAJAPAHIT.
Dari rahim Ken Dedeslah lahir Raja-raja besar yang mengusai Jawa bahkan seantero NUSANTARA.
Ken Dedes Sang Aedhanareswari seorang putri yang mempunyai keutaaman budi pekerti dan keutamaan tingkah laku.
Kecantikan dan kelembutanya di abadikan dalam Arca Dewi PRAJNAPARAMITA, sebuah perwujudan Ken Dedes yang begitu mempesona suatu penggambaran seorang Dewi yang telah mencapai kesempurnaan kebijaksanaan.
Di mana di gambarkan sebagai seorang dewi duduk diatas bunga Padma/Teratai merah tangan kiri mengapit tangkai teratai merah yang di atasnya terdapat kelopak atau kitab.
Tanganya membentuk sikap Dharmacakra Mudra (sikap tangan memutar roda Dharma), itulah gambaran Ken Dedes yang dari Rahimnyalah di turunkan Raja-raja besar di Jawa.
Ken Dedes (Jawa: ꦏꦺꦤ꧀ꦝꦼꦝꦼꦱ꧀, Kèn Ḍĕḍĕs) adalah nama permaisuri dari Ken Arok pendiri Kerajaan Tumapel (Singhasari). Ia kemudian dianggap sebagai leluhur raja-raja yang berkuasa di Jawa, nenek moyang wangsa Rajasa, trah yang berkuasa di Singhasari dan Majapahit. Tradisi lokal menyebutkan ia sebagai perempuan yang maharupa, perwujudan kecantikan yang sempurna.
PERKAWINAN PERTAMA
Menurut Pararaton, Ken Dedes adalah putri dari Mpu Purwa, seorang pendeta Buddha aliran Mahayana dari desa Panawijen. Pada suatu hari Tunggul Ametung akuwu Tumapel singgah di rumahnya. Tunggul Ametung jatuh hati padanya dan segera mempersunting gadis itu. Karena saat itu ayahnya sedang berada di hutan, Ken Dedes meminta Tunggul Ametung supaya sabar menunggu. Namun Tunggul Ametung tidak kuasa menahan diri. Ken Dedes pun dibawanya pulang dengan paksa ke Tumapel untuk dinikahi.
Ketika Mpu Purwa pulang ke rumah, ia marah mendapati putrinya telah diculik. Ia pun mengutuk "Hai orang yang melarikan anak ku, semoga tidak mengenyam kenikmatan, matilah dia dibunuh dengan keris. demikian juga orang-orang Panawijen, keringlah sumurnya, semoga tidak keluar air dari kolamnya.
PERKAWINAN KEDUA
Tunggul Ametung memiliki pengawal kepercayaan bernama Ken Arok. Pada suatu hari Tunggul Ametung dan Ken Dedes pergi bertamasya ke Hutan Baboji. Ketika turun dari kereta, kain Ken Dedes tersingkap sehingga auratnya yang bersinar terlihat oleh Ken Arok.
Ken Arok menyampaikan hal itu kepada gurunya, yang bernama Lohgawe, seorang pendeta dari India. Menurut Lohgawe, wanita dengan ciri-ciri seperti itu disebut sebagai Stri Nariçwari yang diramalkan akan menurunkan raja-raja di Tanah Jawa. Mendengar ramalan tersebut, Ken Arok semakin berhasrat untuk menyingkirkan Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes untuk menjadi Raja.
Maka, dengan menggunakan keris buatan Mpu Gandring, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung sewaktu tidur. Yang dijadikan kambing hitam adalah rekan kerjanya, sesama pengawal bernama Kebo Hijo. Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes, bahkan menjadi akuwu baru di Tumapel. Ken Dedes sendiri saat itu sedang dalam keadaan mengandung anak Tunggul Ametung.
KETURUNAN KEN DEDES
Lebih lanjut Pararaton menceritakan keberhasilan Ken Arok menggulingkan Kertajaya Raja Kediri tahun 1222, dan memerdekakan Tumapel menjadi sebuah kerajaan baru. Dari perkawinannya dengan Ken Arok, lahir beberapa orang anak yaitu, Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Sedangkan dari perkawinan pertama dengan Tunggul Ametung, Ken Dedes dikaruniai seorang putra bernama Anusapati.
Seiring berjalannya waktu, Anusapati merasa dianaktirikan oleh Ken Arok. Setelah mendesak ibunya, akhirnya ia tahu kalau dirinya bukan anak kandung Ken Arok. Bahkan, Anusapati juga diberi tahu kalau ayah kandungnya telah mati dibunuh Ken Arok.
Maka, dengan menggunakan tangan pembantunya, Anusapati membalas dendam dengan membunuh Ken Arok pada tahun 1247.
KEISTIMEWAAN KEN DEDES
Tokoh Ken Dedes hanya terdapat dalam naskah Pararaton yang ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit, sehingga kebenarannya cukup diragukan. Namanya sama sekali tidak terdapat dalam Nagarakretagama atau prasasti apa pun. Mungkin pengarang Pararaton ingin menciptakan sosok leluhur Majapahit yang istimewa, yaitu seorang wanita yang bersinar auratnya.
Keistimewaan merupakan syarat mutlak yang didambakan masyarakat Jawa dalam diri seorang pemimpin atau leluhurnya. Masyarakat Jawa percaya kalau raja adalah pilihan Tuhan. Ken Dedes sendiri merupakan leluhur raja-raja Majapahit versi Pararaton. Maka, ia pun dikisahkan sejak awal sudah memiliki tanda-tanda sebagai wanita nareswari. Selain itu dikatakan pula kalau ia sebagai seorang penganut Buddha yang telah menguasai ilmu karma amamadang, atau cara untuk lepas dari samsara.
Dalam kisah kematian Ken Arok dapat ditarik kesimpulan kalau Ken Dedes merupakan saksi mata pembunuhan Tunggul Ametung. Anehnya, ia justru rela dinikahi oleh pembunuh suaminya itu. Hal ini membuktikan kalau antara Ken Dedes dan Ken Arok sesungguhnya saling mencintai, sehingga ia pun mendukung rencana pembunuhan Tunggul Ametung. Perlu diingat pula kalau perkawinan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.
SEJARAH HIDUP KEN DEDES
(Kerajaan Singasari Istri Ken Arok)
Menurut sejarah versi Pararaton, Ken Dedes merupakan istri Ken Arok (Ken Angrok) atau Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi (1222-1247 Masehi), pendiri Kerajaan Singasari. Dengan demikian, Dyah Ayu Sri Maharatu Mahadewi Ken Dedes adalah ratu pertama Singasari.
Sebelum dikawini Ken Arok, Ken Dedes adalah istri penguasa Tumapel yakni Tunggul Ametung. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung demi mendapatkan Ken Dedes lalu mendeklarasikan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang nantinya lebih dikenal dengan nama Singasari.
Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Jawa Timur sebelum Majapahit. Kerajaan ini diperkirakan terletak Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Nama Ken Dedes, Ken Arok, maupun Tunggul Ametung hanya tercatat dalam Pararaton. Sedangkan Negarakertagama sama sekali tidak menyebut nama-nama tersebut. Tafsiran Pararaton dan Negarakertagama kerap dijadikan sebagai rujukan utama untuk mengurai riwayat Kerajaan Singasari dan Majapahit
Asal-usul Riwayat Ken Dedes
Bahwa Ken Dedes merupakan putri dari Mpu (Empu) Purwa, seorang pendeta Buddha aliran Mahayana.
VERSI BABAD PASEK
Versi lain dari Babad Pasek seperti yang telah diterjemahkan oleh I Gusti Bagus Sugriwa (1976) mengungkapkan, ayahanda Ken Dedes bernama Mpu Purwanatha, sedangkan Mpu Purwa adalah saudara laki-lakinya.
Semula, Mpu Purwanatha tinggal di Daha, ibu kota Kerajaan Kediri. Namun, lantaran kelakuan Raja Kediri yakni Maharaja Kertajaya (1194-1222 M) yang kejam dan tidak menghormati kaum brahmana, maka Mpu Purwanatha dan para brahmana lainnya pergi dari Daha.
Mpu Purwanatha kemudian menetap di Desa Panawijen (kini sekitar Malang) di lereng Gunung Kawi dan merupakan wilayah Tumapel yang dipimpin oleh Tunggul Ametung selaku akuwu (pejabat daerah setara camat). Tumapel saat itu termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri.
Kecantikan Ken Dedes putri Mpu Purwanatha telah tersohor. Kabar tersebut didengar pula oleh Tunggul Ametung yang kemudian pergi ke Panawijen karena penasaran dengan Ken Dedes.
Benar adanya. Ken Dedes memang sangat cantik dan langsung membuat Tunggul Ametung jatuh hati. Saat Tunggul Ametung tiba, Ken Dedes sedang sendirian di rumah karena Mpu Purwanatha tengah berada di hutan.
Ken Dedes meminta kepada Tunggul Ametung untuk menunggu ayahnya pulang. Namun, lantaran hasrat yang sudah tidak kuasa ditahan, Tunggul Ametung justru membawa paksa Ken Dedes ke Tumapel.
KUTUKAN AYAHANDA KEN DEDES
Ketika Mpu Purwanatha pulang, ia tidak mendapati putri kesayangannya. Ditunggu dan dicari ke mana-mana Ken Dedes tidak ketemu. Setiap orang yang ditanya hanya terdiam, rupanya takut dengan sang penguasa. Dengan menahan amarah, Mpu Purwanatha mengucap kutukan :
“Semoga yang membawa lari anakku tidak akan selamat hidupnya. Semoga ia mati tertikam keris," kutuk Mpu Purwanatha seperti yang dikutip dari Pararaton oleh Slamet Muljana melalui buku Menuju Puncak Kemegahan (2005).
Kepada penduduk desa, sang empu juga merapal mantra, “Semoga sumur-sumur di Panawijen kering dan sumber-sumber air tidak mengeluarkan air lagi sebagai hukuman karena mereka tidak memberi tahu akan keberadaan anakku."
“Semoga anakku yang telah mempelajari karma amadangi tetap selamat dan mendapatkan kebahagiaan yang besar," seru Mpu Puwanatha dalam murkanya.
Sumpah serapah itu jadi kenyataan. Tunggul Ametung nantinya mati ditusuk keris oleh Ken Arok, pengawal sang akuwu. Ken Dedes kemudian dinikahi Ken Arok yang lantas menjadi penguasa Kerajaan Singasari.
KEN AROK DAN KEN DEDES
Tumapel di bawah pimpinan Tunggul Ametung belum menjadi kerajaan, melainkan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Raja Kertajaya (1194-1222 M).
Sebelum menjadi pengawal Tunggul Ametung, Ken Arok dikenal sebagai berandal meskipun sebenarnya ia adalah anak pejabat daerah Kediri.
Ken Arok tobat setelah bertemu dengan seorang brahmana dari India bernama Lohgawe dan dimohonkan kepada Tunggul Ametung untuk menjadi pengawal sang akuwu.
Suatu ketika, saat Ken Arok menjalankan tugasnya mengawal Tunggul Ametung dan Ken Dedes di taman, secara tidak sengaja ia melihat kain istri atasannya itu tersingkap. Dari bagian rahasia Ken Dedes, terpancar cahaya. Ken Arok menceritakan kejadian tersebut kepada Lohgawe.
Dikutip dari Jan Laurens Andries Brandes dalam Pararaton (Ken Arok) of het Boek der Koningen van Tumapel en Majapahit (1886), Lohgawe mengatakan kepada Ken Arok bahwa perempuan yang memancarkan sinar dari bagian rahasianya adalah perwujudan dari sri nareswari atau perempuan utama. Siapa pun lelaki yang menikahinya bakal menjadi penguasa besar.
Dari situlah muncul niat Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung demi mendapatkan Ken Dedes sekaligus menguasai Tumapel.
Berdasarkan Pararaton, Ken Arok menghabisi nyawa Ken Arok dengan keris buatan Mpu Gandring saat atasannya itu sedang tidur di suatu malam pada 1222 M.
Ken Dedes mengetahui insiden tersebut, namun ia memilih diam. Ken Dedes memang tidak pernah mencintai Tunggul Ametung yang menculik dan menikahinya secara paksa.
KEN DEDES MAHARATU SINGASARI
Ken Arok kemudian mengawini Ken Dedes yang saat itu telah mengandung anak dari Tunggul Ametung. Tidak ada siapa pun yang berani menentang pernikahan tersebut. Bahkan, Ken Arok dan Ken Dedes disebut saling mencintai.
“Saling mencintai Ken Arok dan Ken Dedes selama pernikahannya. Ketika genap bulannya, lahirlah anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung, dinamai Anusapati, nama sebutannya Panji Anengah," tulis Jan Laurens Andries Brandes menukil isi Pararaton.
Setelah menguasai Tumapel usai matinya Tunggul Ametung serta menikahi Ken Dedes, Ken Arok memakai gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi. Sedangkan Ken Arok sebagai permaisuri menyandang gelar Dyah Ayu Sri Maharatu Mahadewi.
Selanjutnya, Ken Arok mengincar Kerajaan Kediri. Terjadilah Perang Ganter yang menewaskan Raja Kertajaya dan membuat wilayah kekuasaan Ken Arok bertambah luas setelah Kerajaan Kediri runtuh. Dari sinilah sejarah Kerajaan Tumapel atau Singasari bermula.
Made Urip Dharmaputra dalam Sanatana Dharma (2020) menyebutkan, ibu kota Kerajaan Tumapel pada masa Ken Arok adalah di Kutaraja. Oleh Ranggawuni atau Wisnuwardhana yang menurut Pararaton bertakhta sejak 1248 hingga 1268 M, nama Kutaraja kemudian diganti dengan Singasari.
Ranggawuni atau Wisnuwardhana adalah cucu Ken Dedes, tepatnya ia anak dari Anusapati, putra Ken Dedes dengan Tunggul Ametung yang dibesarkan bersama Ken Arok. Pada 1247 M, Anusapati membalaskan dendam ayahnya dan membunuh Ken Arok juga dengan keris buatan Mpu Gandring.
Nama Kerajaan Tumapel yang pada masa pemerintahan Wisnuwardhana kemudian justru lebih dikenal dengan nama ibukotanya, yakni Kerajaan Singasari, dan Ken Dedes permaisuri Ken Arok adalah ratu pertamanya.
KEN DEDES MENURUT PARARATON
Rahasia kecantikan Ken Dedes membuat Ken Arok jatuh cinta, Bermula dari melihat betisnya.
Ken Dedes merupakan putri dari Mpu Purwa, seorang pendeta Buddha aliran Mahayana dari Desa Panawijen. Konon, pendiri sekaligus Raja Kerajaan Singasari, Ken Arok bertemu dengan Ken Dedes di Patirtan Watu Gede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Pada pertemuan itulah Ken Arok jatuh cinta kepada Ken Dedes setelah melihat betis wanita cantik tersebut. "Patirtan Watu Gede ini, digunakan khusus untuk para ratu. Salah satu yang utama adalah untuk Puteri Ken Dedes.
Ken Dedes dianggap sebagai leluhur raja-raja di Tanah Jawa dan merupakan nenek moyang Wangsa Rajasa, trah yang berkuasa di Singasari, Majapahit hingga Mataram. Ken Dedes juga disebut sebagai perempuan Nareswati yang berarti perempuan utama.
Dalam Kitab Pararaton menyebutkan “kengkis wetisira, kengkab tekeng rahasyanica, nener katon murub denira Ken Arok, yang berarti tersingkap betisnya, yang terbuka sampai terbuka rahasianya, lalu terlihat oleh Ken Arok.
Suntingan Pararaton tersebut menunjukkan bahwa ada bagian tubuh istimewa dari Ken Dedes yang memancarkan cahaya magis saat terlihat oleh Ken Arok sewaktu masih menjadi abdi dalem Tunggul Ametung Akuwu Tumapel.
Ken Arok yang jatuh hati pada Ken Dedes menceritakan kepada pendeta Lohgawe, yang kemudian dijelaskan kalau perempuan yang memancarkan cahaya magis itu adalah Nareswari. Dia adalah seorang wanita utama. Jika seorang laki-laki memperistri wanita seperti itu, maka dia akan menjadi Maharaja, ujar Pendeta Lohgawe.
Setelah sempat termenung sejenak, Ken Arok membulatkan tekadnya untuk bisa mendapatkan Ken Dedes. Ia pun memesan keris kepada Empu Gandring yang akan digunakan untuk membunuh Tunggul Ametung.
Tunggul Ametung merupakan raja Tumapel yang merupakan wilayah bawahan Kerajaan Panjalu Kediri, yang juga jatuh cinta pada Ken Dedes. Bahkan Tunggul segera ingin mempersuntingnya dengan mendatangi kediaman Ken Dedes.
Saat itu, ayah Ken Dedes sedang berada di hutan hingga akhirnya Ken Dedes meminta Tunggul Ametung supaya sabar menunggu. Namun, Tunggul Ametung tak sabar, dan langsung membawa paksa Ken Dedes ke Kerajaan Tumapel untuk dinikahi.
Mpu Purwa yang mendapati anaknya diculik saat pulang ke rumah naik pitam. Ia pun langsung mengutuk. "Hai orang yang melarikan anak ku, semoga tidak mengenyam kenikmatan, matilah dia dibunuh dengan keris. Demikian juga orang-orang Panawijen, keringlah sumurnya, semoga tidak keluar air dari kolamnya.
Kutukan tersebut terbukti dengan tewasnya Tunggul Ametung di tangan Ken Arok dengan keris Mpu Gandring. Ada juga cerita yang menyatakan Ken Dedes memiliki wahyu keprabon. Sehingga pemilik wahyu keprabon akan mendapat kekuasaan.
Selain itu, konon Ken Dedes merupakan penganut Buddha yang telah menguasai ilmu Karma Amamadang. Pemilik Ilmu Karma Amamadang ini bertingkah laku sempurna, tanpa cela dan salah langkah.
Dalam sejarah dicatat keturunan Ken Dedes dari benih Tunggul Ametung jauh sampai ke cucu-cicitnya mulai Anusapati, Ranggawuni, dan Kertanegara menjadi raja maupun pembesar di Singasari. Juga dari benih Ken Arok, Ken Dedes memberikan keturunan hingga cicitnya menjadi orang-orang besar di Kerajaan Singasari maupun Majapahit hingga Raden Wijaya.
Sampai digaris keturunan ke empat, terjadi penyatuan antara keturunan Ken Dedes dari darah Ken Arok yaitu Raden Wijaya dengan keturunan Ken Dedes dari darah Tunggul Ametung. Peristiwa ini diketahui dari pernikahan Raden Wijaya dengan dua putri Kertanegara, Tribhuana Prameswari dan Gayatri Rajapatni yang tercatat sebagai manusia-manusia tangguh dan besar yang di Kerajaan Singasari dan Majapahit.
Selain itu, dipercaya jika Sultan Trenggana Raja Kesultanan Demak juga juga keturunan Ken Dedes. Sementara Raden Patah juga merupakan putra Prabu Brawijaya, dan tentunya masih dalam garis keturunan Raden Wijaya. Demikian pula ketika Demak digantikan Pajang yang diperintah Sultan Hadiwijaya di mana Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir adalah anak Ki Ageng Pengging yang juga keturunan Raden Patah.
Hal tersebut terus berlanjut ketika tanah Jawa dipegang oleh Kerajaan Mataram di mana Ki Ageng Sela, kakek buyut dari Sutawijaya (raja pertama Mataram) keturunan Bondan Kejawan putra dari Prabu Brawijaya juga. Keturunan Ken Dedes juga diyakini tetap memerintah di tanah Jawa karena hingga kini, Kasunanan Surakarta maupun Kesultanan Yogyakarta merupakan keturunan Sutawijaya
KEN DEDES MELAHIRKAN RAJA-RAJA PENGUASA NUSANTARA
Dari Rahimnya Lahir Raja-raja Penguasa Nusantara, inilah sosok Ken Dedes yang sebenarnya hingga Ken Arok rela bunuh suaminya demi mendapatkannya.
Kisah cinta Ken Dedes dan Ken Arok atau Ken Angrok yang terkenal mengawali sejarah Kerajaan Singasari.
Kisah cinta mereka bermula ketika Ken Arok begitu ingin memiliki Ken Dedes sehingga dia membunuh Tunggul Ametung, yang merupakan suami Ken Dedes.
Ken Arok pun kemudian memerdekakan Tumapel dari Kerajaan Kediri, lalu bertakhta sebagai raja pertama Singasari sejak tahun 1222 Masehi.
Meski kisah cinta keduanya dimulai dengan pertumpahan darah, namun dari keduanya akan lahir para raja penguasa Nusantara.
Ken Dedes sendiri merupakan putri dari seorang agamawan bernama Mpu Purwa yang tinggal di Panawijen (saat ini Kelurahan Polowijen di Kota Malang).
Menginjak dewasa, Ken Dedes dipersunting oleh Tunggul Ametung, seorang akuwu atau kepala daerah, penguasa Tumapel.
Sebelum 1222 M, Malang atau daerah yang berada di sisi timur Gunung Kawi berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri dan dipimpin oleh seorang akuwu.
Pemberontakan terjadi, salah satu prajurit bernama Ken Angrok membunuh Tunggul Ametung dan menggantikan posisinya.
Sementara Ken Dedes tetap menjadi permaisuri karena setelah Tunggul Ametung meninggal, Ken Angrok menyuntingnya sebagai istri.
Ken Angrok sendiri saat itu sudah memiliki istri bernama Ken Umang.
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia; Zaman Kuno yang diterbitkan Balai Pustaka, setelah menjadi akuwu, Ken Angrok melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Kediri.
Perlawanannya berhasil, Ken Angrok mendirikan Kerajaan Singhasari pada 1144 saka atau 1222 M. Ini awal mula, kelahiran wangsa Rajasa.
Melalui keturunannya, Ken Dedes menyandang predikat sebagai ibu para raja Singhasari dan Majapahit.
Meskipun secara pemerintahan berbeda, tapi secara genealogis Singhasari dan Majapahit itu sama. Yaitu keturunan Ken Dedes.
Ken Dedes merupakan wanita yang memiliki keistimewaan.
Ia adalah wanita cantik dan menawan sekaligus terpelajar.
Bahkan, dalam kitab Pararaton, Ken Dedes dijuluki sebagai Stri Nareswari yang artinya adalah wanita yang utama.
Ken Dedes juga dijuluki Karma Amadangi, yaitu perilaku yang tercerahkan.
Sebab selain cantik, Ken Dedes juga merupakan wanita terpelajar.
Ken Dedes oleh Pararaton disebut sebagai wanita yang Karma Amadangi. Ken Dedes digambarkan sebagai seseorang yang perilakunya tercerahkan. Perilaku yang tercerahkan adalah perilaku baik.
Menurut Dwi, Ken Dedes terpelajar karena sejak kecil dididik oleh ayahnya, Mpu Purwa, yang juga seorang rohaniawan.
Sejak kecil sudah diajari oleh ayahnya untuk menjalankan apa yang disebut sebagai Paramita Yana.
Keterpelajaran Ken Dedes juga berpengaruh dalam perjalanan Kerajaan Singhasari dan Majapahit.
Sebagai seorang permaisuri, sedikit banyak gagasan Ken Dedes juga mempengaruhi raja.
Begitu juga ketika ia menjadi ibu dari seorang raja.
Secara sadar atau tidak sadar sebetulanya kebijakan oleh kepala pemerintah sedikit banyak hasil rembukan dengan istri.
Walaupun sumber data tertulis tidak merinci kontribusi Ken Dedes, kalau saya lihat posisi perannya sebagai ibu kepala negara.
Para raja keturunan Ken Arok dan Ken Dedes.
Pada 1227 M, kedudukan Ken Angrok digantikan oleh Anusapati yang merupakan anak dari Ken Dedes dari pernikahannya dengan Tunggul Ametung.
Berikutnya, pada 1248 M, Kerajaan Singhasari dipimpin oleh Wisnuwarddhana yang merupakan putra dari Anusapati.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Wisnuwarddhana didampingi oleh Mahisa Campaka, putra dari Mahisa Wonga Teleng.
Mahisa Wonga Teleng merupakan putra dari anak Ken Dedes dan Ken Angrok.
Wisnuwarddhana memiliki keturunan bernama Kertanagara yang menjadi raja pada 1268 M menggantikan posisi ayahnya.
Sedangkan Mahisa Campaka memiliki keturunan bernama Dyah Lembu Tal.
Dyah Lembu Tal ini memiliki anak bernama Raden Wijaya yang kemudian menjadi menantu Raja Kertanagara setelah menikahi putrinya.
Raden Wijaya yang mengembalikan kekuasaan wangsa Rajasa setelah Singhasari runtuh akibat pemberontakan dari Kerajaan Kediri.
Raden Wijaya melawan Kerajaan Kediri yang kembali berkuasa dan mendirikan Kerajaan Majapahit.
Dalam perjalannya, Kerajaan Majapahit berkuasa di tanah Nusantara.