TOBAT
Kata tobat dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Arab taubat, yang berakar dari kata ta-ba yang berarti kembali, pulang, dan bersarang.
Tobat nasuah dalam pandangan Islam berarti tobat yang sebenar-benarnya dengan janji tidak akan mengulangi lagi. Ketika melakukan dosa dan kesalahan, seorang Muslim hendaknya mohon ampun kepada Allah SWT. Kemudian ia menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Sikap ini dalam Islam dikenal dengan istilah taubat. Secara bahasa, taubat berasal dari kata tawaba yang memiliki arti pulang, kembali, dan penyesalan.
Tobat adalah bentuk penyesalan dan berjanji takkan mengulangi kembali segala perbuatan buruk selama ini yang dilarang Allah SWT.
Tobat ialah kembali dari perbuatan jahat kepada ketaatan karena takut pada murka Allah SWT. Tertuang dalam surah An-Nur ayat 31, Allah berfirman :
Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
PERTOBATAN
Peninjauan / penelaahan tindakan lampau dengan komitmen untuk berubah.
Pertobatan adalah aktivitas meninjau atau menelaah tindakan-tindakan yang pernah diperbuat atau menyesali kesalahan-kesalahan pada masa lampau, yang disertai dengan komitmen untuk berubah menjadi lebih baik.
Dalam Kekristenan di Indonesia, kata tobat dimaknai sama dengan kata metanoia dalam bahasa Yunani, yang dapat didefinisikan sebagai berbalik 180 derajat dari kehidupan yang lama atau meninggalkan cara hidup yang lama.
Dalam Gereja Katolik, suatu wujud pertobatan dilakukan dengan melakukan pengakuan dosa, dengan menerima Sakramen Tobat, yaitu salah satu dari ketujuh sakramen yang diakui Gereja Katolik.
Sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan.
Turunan kata tobat : taubat, bertobat, menobatkan, pertobatan.
TOBAT NASUAH
Tobat adalah bentuk penyesalan dan berjanji takkan mengulangi kembali segala perbuatan buruk selama ini yang dilarang Allah SWT.
Tobat berasal dari bahasa Arab, taba-yatibu-tawbat yang berarti penyesalan atau kembali. Bentuk tobat dalam ajaran Islam berbeda, tergantung pada besar atau kecilnya kesalahan seseorang.
Tobat Nasuha merupakan bentuk penyesalan tertinggi dalam agama Islam, yang disertai dengan permohonan ampun dan berniat tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Tobat nasuha ialah tobat yang telah mencapai puncak kesempurnaan, serta dilakukan secara maksimal. Pribadi yang benar-benar tidak kembali maksiat atau melakukan perbuatan dosa, dan kembali taat.
Tobat nasuha yang baik ialah menjadi diri yang benar-benar bersih, mencoba mengikuti suri tauladan Rasul. Seseorang yang mulai menyadari untuk tidak mudah tergoda akan kenikmatan dunia, dan menunjukkan amal yang baik. Mampu menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat sesuai porsinya.
SYARAT TOBAT NASUAH
1. Syarat Taubat.
Proses bertaubat perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh tulus ikhlas pada Allah, bukan hanya terucap di mulut saja. Syarat taubat perlu dilakukan sebagai prosesi tata cara taubat nasuha yang benar. Tertuang dalam kitab suci Alquran surat At-Tahrim ayat 8 :
Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu.
Berikut beberapa syarat tobat :
1. Beragama Islam.
Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam QS. An-Nisa ayat 18,
Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.
2. Tulus ikhlas.
Ketika Anda benar-benar menyesal atas kesalahan yang telah diperbuat, sebaiknya dengan sungguh-sungguh mengharap ridho Allah.
3. Mengakui Dosa.
Syarat tobat selanjutnya dengan mengakui segala dosa yang telah menumpuk selama ini. Sampaikan pada Allah SWT melalui doa, sampaikan segala penyesalan Anda dengan penuh permohonan maaf.
4. Menyesali Perbuatan.
Rasa penyesalan yang kuat dari penyampaian dosa serta permohonan maaf akan memperkuat hati untuk lebih takut pada Allah. Rasa takut yang muncul akan membuat seseorang tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
5. Meninggalkan Perbuatan Dosa.
Syarat tobat berikutnya dengan meninggalkan perbuatan dosa yang sama. Jika dosa dalam bentuk meninggalkan perintah agama, maka kali ini ubahlah pribadi Anda menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Apabila dosa karena melakukan hal-hal yang dilarang agama, maka tinggalkanlah perbuatan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang ada dalam kitab suci Alquran surat Al-Imran ayat 135 :
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui.
JENIS TOBAT
TOBAT dari akar kata taba-yatubu-taubah berarti kembali, yakni kembali ke jalan yang benar setelah menempuh jalan sesat. Kembali menyadarkan diri kita bahwa selama ini kita keliru di dalam menempuh jalan kehidupan. Secara implisit seorang yang bertobat mengembalikan dirinya kepada Allah SWT seraya memohon pengampunan dan berikrar untuk meninggalkan secara permanen kekeliruan dan kesalahan yang selama ini dilakukan. Tobat itu bertingkat-tingkat.
Syekh Ibn ‘Athaillah rahimahullah berkata membedakan dua jenis tobat, yaitu :
1. Tobat inabah.
Tobat inabah ialah sikap tobat seseorang hamba yang didorong oleh rasa takut terhadap dosa dan maksiat yang telah dilakukannya sehingga terbayang di benaknya kerugian besar di dunia serta siksa dan malapetaka Tuhan yang amat pedih di neraka. Dosa dan maksiat yang pernah dilakukannya membuatnya betul-betul takut kepada Allah SWT. Dalam suasana takut seperti itu ia menyerahkan diri, bertobat, dan memohon pengampunan kepada Allah. Ia selalu membayangkan api neraka yang akan menyiksa dirinya seandainya Allah tidak memaafkannya. Siang dan malam selalu melakukan ketaatan kepada Allah dengan harapan amal kebajikan bisa mengikis habis segala dosa-dosanya sebagaimana firman Allah : Inna al-hasanat yudzhibna al-sayyi’at (sesungguhnya amal kebajikan menghapuskan segala dosa).
2. Tobat istijabah.
Adapun tobat istijabah merupakan bentuk tobat seorang hamba yang malu terhadap kemuliaan-Nya. Tobat dalam tahap ini tidak lagi membayangkan Allah SWT sebagai Maha Pembalas terhadap segala dosa dan maksiat sebagaimana dalam tahap tobat inabah.Tobat istijabah ketika seseorang lebih merasa tersiksa rasa malu terhadap Tuhannya ketimbang panasnya api neraka-Nya. Yang membuat seseorang tersiksa ialah betapa pedihnya jika terbebani rasa malu yang amat dalam terhadap Allah SWT. Mestinya ia bersyukur dan mengabdi kepada Allah SWT dengan berbagai kenikmatan yang diperoleh dari-Nya, tetapi malah melakukan dosa dan maksiat. Inilah yang membuatnya tersiksa, kecewa, lalu menyesali dirinya tega melakukan sesuatu yang memalukan terhadap Tuhannya. Ketersiksaannya lebih berat ketimbang ia masuk ke neraka. Seandainya disuruh memilih disiksa secara fisik di neraka atau terbebani rasa malu terhadap Tuhannya, ia akan memilih disiksa di neraka.
Pertanyaan kepada diri kita, jenis tobat apa yang kita miliki :
1. Apakah kita sudah melakukan penyesalan terhadap dosa dan maksiat yang telah kita lakukan ?
2. Apakah kita tergolong yang selalu membayangkan panasnya api neraka setelah melakukan dosa dan maksiat ?
3. Apakah sudah terbetik rasa malu kepada Allah SWT setelah kita melakukan dosa ?
4. Apakah telah muncul penyesalan mendalam dan bertekad untuk memutuskan segenap dosa-dosa dan maksiat langganan kita, karena takut atau malu kepada Allah SWT ?
5. Apakah kita telah mengganti langganan dosa dan maksiat itu dengan amal kebajikan ?
6. Atau kita sama sekali belum melakukan perubahan di dalam diri kita, dosa dan maksiat masih berjalan terus tanpa ada rasa penyesalan sedikit pun.
Kita sepantasnya mengintip umur kita. Tanda-tanda ketuaan apa yang kita sudah miliki semisal uban sudah bercampur di tengah rambut hitam kita dan rasa ngilu di tulang persendian sebagai akibat gejala penuaan. Pembatasan-pembatasan apa yang diminta dokter pribadi kita semisal membatasi makanan dan pergerakan fisik. Lihatlah anak-anak kita yang sudah mulai besar dan membutuhkan figur keteladanan orangtua, atau mungkin kita sudah punya cucu yang selalu mengidolakan kita.
Tataplah diri kita tanpa topeng kepalsuan. Apakah diri kita pantas diidolakan atau mereka semua terkecoh dengan topeng-topeng kepalsuaan yang melekat di wajah kita. Di depan mereka kita malaikat, tetapi di luar sana kita iblis.Sudah saatnya kita berubah dan sudah saatnya kita menyadarkan diri sesadar-sadarnya kepada Allah SWT. Hidup ini semakin tidak menentu dan sulit diprediksi karena banyak faktor. Ada virus korona yang menjemput jiwa orang secara tiba-tiba. Ada tanah longsor, hujan deras yang mendatangkan banjir bandang, gempa bumi. Begitu juga dengan gunung meletus, kapal selam tenggelam, pesawat jatuh, dan kecelakaan lalu lintas. Semuanya menelan korban secara tiba-tiba.
TOBAT MENURUT ULAMA
Tobat mempunyai syarat jika ingin diterima Allah SWT.
Tobat mempunyai syarat jika ingin diterima Allah SWT. Ilustrasi dzikir.
Allah lebih senang pada tobatnya seorang hamba yang bertobat melebihi senangnya orang haus yang menemukan air, atau orang mandul yang memiliki anak, atau senangnya orang yang kehilangan barang lalu menemukannya. Maka, barang siapa yang bertobat kepada Allah dengan tobat nasuha, Allah akan membuat lupa para malaikat yang menjaganya, anggota tubuhnya, serta bumi yang dipijaknya atas dosa dan kesalahan yang telah dia lakukan.
Dalam surat at-Tahrim ayat ke-8, Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (taubat yang semurni-murninya).
Tobat nasuha menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azhim menjelaskan, tobat nasuha, yaitu tobat yang jujur, yang didasari atas tekad yang kuat, yang menghapus kejelekan-kejelekan di masa silam, yang menghimpun dan mengentaskan pelakunya dari kehinaan.
Dalam kitab Riyadh as-Shalihin dijelaskan, jika kemaksiatan itu menyangkut urusan seorang hamba dengan Allah saja, tidak ada hubungannya dengan hak manusia, tobatnya harus memenuhi tiga syarat :
1. Pertama, hendaklah berhenti melakukan maksiat.
2. Kedua, menyesal karena telah melakukan kemaksiatan.
3. Ketiga, berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya.
Apabila tobatnya berkenaan dengan hubungan sesama manusia, tiga syarat tersebut ditambah satu lagi. Orang yang bertobat itu harus meminta kehalalan dari orang yang diambil hak-haknya atau dizalimi.
Rasulullah mengajarkan kita mengiringi keburukan dengan kebaikan, niscaya dengan kebaikan itu akan gugur tiap-tiap keburukan. Karena, seperti sabda Nabi dari Abdullah bin Umar, Sesungguhnya Allah menerima tobat hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongan. Manusia tak akan pernah bisa lepas dari cahaya Allah, segelap apa pun lakon hidupnya. Dalam bahasa Chairil Anwar, dia terlafaz, Tuhanku/di pintu-Mu aku mengetuk/aku tak bisa berpaling.
Menurut Imam Nawawi bertaubat hukumnya wajib dari segala macam dosa.
Tiga Syarat Taubat kepada Allah SWT
Imam Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin menyampaikan tentang tiga syarat taubat kepada Allah SWT. Ia menyampaikan bertaubat hukumnya wajib dari segala macam dosa.
Dalam kitabnya, Imam Nawawi menyampaikan jika kemaksiatan terjadi antara seorang hamba dan Allah Ta'ala. Artinya tidak ada hubungannya dengan hak orang lain. Maka, untuk bertaubat kepada Allah harus memenuhi tiga syarat.
1. Pertama, segera hentikan semua kemaksiatan yang dilakukan sejak saat keinginan taubat muncul.
2. Kedua, harus merasa menyesal karena telah melakukan kemaksiatan.
3. Ketiga, berniat tidak akan mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Kalau tiga syarat ini tidak terpenuhi semuanya dan ada satu syarat yang tidak dilaksanakan maka tidak sah taubatnya.
Imam Nawawi menyampaikan, jika kemaksiatan yang diperbuat ada hubungannya dengan orang lain. Maka syarat taubatnya ada empat, yakni tiga syarat taubat kepada Allah harus terpenuhi.
Syarat keempat melepaskan tanggungan itu dari hak orang lain. Jika tanggungan itu berupa harta atau yang serupa dengan itu, maka wajib mengembalikannya kepada orang yang berhak.
Jika berupa tuduhan zina atau yang serupa dengan itu, maka harus mencabut tuduhan itu dari orang yang dituduh atau meminta ampun dari orang yang dituduh itu. Jika maksiat yang dilakukan berupa mengumpat orang lain, maka harus meminta dimaafkan oleh orang yang diumpat.
Imam Nawawi mengatakan, sudah jelas dalil-dalil yang tercantum dalam Kitabullah, Sunnah Rasulullah SAW serta ijma' seluruh umat tentang wajibnya melakukan taubat. "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS An-Nur: 31)
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (QS Hud: 3).
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang sebenar-benarnya/ semurni-murninya). (QS At-Tahrim: 8)
MANUSIA SERING BERBUAT MAKSIAT & KEKHILAFAN
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT sering kali tidak bisa menghindari maksiat dan kekhilafan. Oleh karena itu, setiap orang di dunia ini sejatinya tidak akan luput dari perbuatan salah dan dosa.
Sebab dosa bisa menjadi penghalang kita untuk masuk surga, alangkah lebih baik apabila semasa hidupnya manusia sempat mengakui khilaf dan dosanya, yakni dengan bertobat dan meminta maaf kepada Allah SWT sebelum ajal menjemput.
Sesungguhnya Allah SWT membuka pintu maaf selebar-lebarnya bagi hamba yang menyadari dan menyesali kesalahan yang pernah dilakukan.
Adapun salah satu cara bertobat adalah dengan melaksanakan salat tobat serta membaca doa tobat sebagai pengakuan kesalahan.
Lafal doa tobat yang pernah dilafalkan oleh para Nabi dan dapat kita amalkan untuk memohon kembali rida dari Allah SWT :
1. Bacaan doa tobat Nabi Adam AS dan Siti Hawa.
Untuk memanjatkan doa tobat dan memohon ampunan dari Allah SWT, dapat dilakukan dengan membaca lafal doa tobat yang pernah dibaca oleh Nabi Adam AS dan Siti Hawa.
Lafal doa ini diabadikan sebagai ayat suci Al-Qur'an yakni pada QS. Al-A’raf ayat 23, sebagai berikut:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Rabbanā zhalamnā anfusanā. Wa illam taghfir lanā wa tarhamnā, lanakūnanna minal khāsirīna.
Artinya, “Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri sendiri. Jika Kau tidak mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk hamba-Mu yang merugi,” Surat Al-A‘raf ayat 23.
2. Bacaan doa tobat Nabi Yunus AS.
Nabi Yunus AS juga pernah memanjatkan doa tobat kepada Allah SWT, tepatnya di tiga kegelapan yakni kegelapan malam, kegelapan di bawah permukaan laut dan kegelapan di dalam perut ikan.
Adapun bacaan doanya ialah sebagai berikut :
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Lā ilāha illā anta. Subhānaka innī kuntu minaz zhālimīna.
Artinya, “Tiada tuhan selain Allah,” (QS. Al-Anbiya ayat 87).
3. Bacaan doa tobat Nabi Muhammad SAW.
Selain Nabi Adam AS dan Nabi Yunus AS, Nabi Muhammad SAW juga pernah mengajarkan doa tobat sebagai lafal pengakuan dosa.
Para ulama menganjurkan bacaan doa ini untuk diamalkan dalam salat, tepatnya setelah membaca tasyahud akhir dan sebelum salam.
Adapun bacaan doanya ialah sebagai berikut :
اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا, وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ, فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ, وَارْحَمْنِي, إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ اَلرَّحِيمُ
Allāhumma innī zhalamtu nafsī zhulman katsīran (tercatat “kabīran” pada sebagian riwayat), wa lā yaghfirud dzunūba illā anta, faghfir lī maghfiratan min ‘indika, warhamnī, innaka antal ghafūrur rahīmu.
Artinya :
Tuhanku, sungguh aku telah menganiaya diri sendiri dengan penganiayaan yang banyak (sebagian riwayat yang besar). Tiada yang dapat mengampuninya kecuali Engkau. Anugerahkanlah ampunan dari sisi-Mu. Rahmatilah aku. Sungguh, Kau maha pengampun, lagi maha penyayang, HR Bukhari dan Muslim.
Selain itu, dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim juga dijelaskan salah satu bacaan doa taubat yang diajarkan Rasulullah, yakni sebagai berikut :
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطِيْئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي؛ وَخَطَئِي وَعَمْدِي؛ وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Allāhummaghfir lī khathī’atī wa jahlī, wa isrāfī fī amrī, wa mā anta a‘lamu bihī minnī. Allāhummaghfir lī jiddī wa hazlī, wa khatha’ī wa ‘amdī. Wa kullu dzālika ‘indī. Allāhummaghfir lī mā qadamtu wa mā akhkhartu, wa mā asrartu, wa mā a‘lantu, wa mā anta a‘lamu bihī minnī. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru, wa anta ‘alā kulli syai’in qadīrun.
Artinya :
Tuhanku, ampunilah kekeliruan dan kebodohanku, kelewatanbatasku dalam sebuah hal, dan dosaku yang mana Kau lebih tahu dariku. Tuhanku, ampunilah dosaku dalam serius dan gurauanku, kekeliruan dan kesengajaanku. Apa pun itu semua berasal dariku. Tuhanku, ampunilah dosaku yang terdahulu dan terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan kunyatakan, dan dosa yang mana Kau lebih tahu dariku. Kau maha terdahulu. Kau maha terkemudian. Kau maha kuasa ata segala sesuatu, (HR Bukhari dan Muslim).
4. Tiga syarat melakukan tobat.
Bertobat dan memohon ampunan dari Allah SWT tidak serta-merta cukup hanya dengan membaca bacaan doa tobat. Kita sebagai manusia harus mampu menunjukkan kesungguhan hati, serta niat yang kuat untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.
Setidaknya ada tiga syarat melakukan tobat yang harus dipenuhi sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam Kitab Al-Ghunyah antara lain :
1. Menyesali kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan.
2. Meninggalkan setiap kesalahan di mana pun dan kapan pun.
3. Berjanji dan berusaha untuk tidak kembali pada dosa dan kesalahan.
CARA & SYARAT TOBAT
Di dalam Al-Qur'an Allah menyifati diriNya Maha pengampun lagi Maha Penyayang. Allah berjanji mengaruniakan nikmat tobat kepada hamba-hambaNya di dalam sekian banyak ayat yang mulia. Semoga pada bulan yang suci ini kita bisa meraih ampunan dari Allah Ta'ala dan semoga Allah ta'ala menerima segala bentuk amal saleh kita di bulan ini.
Di antaranya Allah ta’ala berfirman,
وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً
Allah menginginkan untuk menerima tobat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.
Sesungguhnya pintu tobat masih terbuka lebar bagi kita, maka marilah kita bertobat kepada Allah taa'la dengan sebenar-benarnya tobat.
Ramadhan adalah bulan tobat dan ampunan dosa. Jadi sudah seharusnya kita memanfaatkan Ramadhan untuk menghapus semua dosa dengan bertobat. Sehingga ketika Ramadhan usai, kita akan seperti bayi yang baru lahir, di mana semua dosa sudah diampuni.
SYARAT-SYARAT BERTAUBAT
Imam nawawi menjelaskan, jika kemaksiatan terjadi antara seorang hamba dan Allah Ta'ala, artinya tidak ada hubungannya dengan hak orang lain. Maka, untuk bertaubat kepada Allah harus memenuhi tiga syarat :
1. Menyesalinya. Kita merasa menyesal dan bersalah karena telah melakukan dosa-dosa, karena dengan adanya rasa menyesal dan bersalah maka kita tergerak untuk berubah.
2. Segera berhenti dari maksiat maksiat yang telah kita lakukan dengan semaksimal mungkin. Seperti contohnya kita pernah terjerumus dalam perkara riba, maka cara kita berhenti dari perbuatan tersebut adalah dengan cara kita berusaha menjauhi segala sesuatu yg mengarah kepada perbuatan riba tersebut.
3. Berniat tidak mengulangi perbuatan tersebut selama lamanya.
Kemudian, jika dosa yang kita perbuat itu berkaitan dengan hak seseorang maka syarat tobatnya ada empat yakni tiga syarat yang disebutkan di atas ditambah yang keempat adalah harus mengembalikan hak orang yg kita zalimi.
Contohnya jika kita pernah mengambil harta anak yatim dengan zalim, maka wajib hukumnya bagi kita mengembalikan hak tersebut kepada mereka, Jika syarat yang keempat ini tidak dilaksanakan maka tidak diterima tobatnya dan kelak dia akan dituntut oleh orang orang yang dia zalimi dengan cara mengambil pahala yang dimiliki orang tersebut.
Jika pahalanya habis, maka dosa orang-orang yang dizaliminya tersebut akan dibebankan kepadanya. Nauzubilallah min dzalik, sungguh meruginya orang-orang yang mengambil hak orang lain secara zalim, Kita berlindung kepada Allah dari perbuatan tersebut.
Itulah syarat-syarat taubat yang harus kita penuhi agar kita meraih ampunan dari Allah Ta'ala. Maka kita harus berusaha, karena kita manusia, tak lepas dari dosa. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ
Setiap anak manusia pasti pernah dan pasti banyak dosanya.
Tapi siapa orang yang paling baik dari orang yang berbuat dosa itu? Kata Rasulullah:
وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang segera bertobat kepada Allah Subhñanahu wa Ta’ala. (HR. Tirmidzi)
Rosulullah bersabda :
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
Celakalah orang yang memasuki bulan ramadhan, kemudian ketika dia keluar darinya dia tidak mendapatkan ampunan dari Allah atas dosa-dosanya.
DOA TAUBAT MENURUT ISLAM
Hidayah Allah akan datang bagi mereka yang mencari
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tentu ada kalanya kita melakukan kekhilafan dan dosa. Dosa dan khilaf tersebut terjadi baik disengaja, maupun tidak. Meski pernah berbuat dosa, Allah SWT Yang Maha Pengampun tetap memberikan kita kesempatan untuk bertaubat, menghapus dosa yang pernah kita perbuat dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebelum tutup usia, masih ada kesempatan bertaubat dan memperbaiki kesalahan. Besar atau kecilnya dosa yang pernah kita perbuat dapat Allah SWT hapuskan apabila kita benar-benar bertaubat.
Itulah tadi kumpulan doa taubat menurut agama Islam yang dapat kita baca selepas salat. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita.
Perihal bertaubat, bahkan sudah pernah Allah SWT tuliskan dalam Alquran berikut ini.
اَلَمْ يَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهٖ وَيَأْخُذُ الصَّدَقٰتِ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
A lam ya'lamū annallāha huwa yaqbalut-taubata 'an 'ibādihī wa ya`khużuṣ-ṣadaqāti wa annallāha huwat-tawwābur-raḥīm.
Artinya :
Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan menerima zakat(nya), dan bahwa Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang. (QS. At-Taubat: 104)
Cara bertobat adalah dengan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan lagi, memperbanyak ibadah, dan membaca doa taubat. Apa saja kumpulan doa taubat yang bisa kita baca? Simak berikut ini.
1. Doa taubat Nabi Adam AS.
Kisah Nabi Adam AS yang melanggar perintah Allah SWT karena terhasut rayuan iblis tentu sudah kita ketahui sebelumnya. Karena perbuatannya itu, Nabi Adam AS menyadari kesalahannya, memohon ampun kepada Allah SWT dan bertaubat. Saat bertaubat, doa yang dibaca oleh Nabi Adam AS adalah sebagai berikut.
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Qālā rabbanā ẓalamnā anfusana wa il lam tagfir lanā wa tar-ḥamnā lanakụnanna minal-khāsirīn."
Artinya :
Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.
2. Doa taubat Nabi Yunus AS.
Nabi Yunus AS pernah melakukan kesalahan, yakni tidak sabar dan meninggalkan kaumnya yang tidak mau diajak memeluk agama Allah SWT. Ia pun mendapat teguran dari Allah SWT dan segera bertaubat. Doa yang dibaca Nabi Yunus AS saat bertaubat tercantum dalam Alquran Surat Al-Anbiya ayat 87 yang berbunyi sebagai berikut.
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ
"Wa żan-nụni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna al lan naqdira 'alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti al lā ilāha illā anta sub-ḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn."
Artinya :
Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, 'Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim. (QS. Al-Anbiya: 87).
3. Doa taubat yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW pernah diminta oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengajarinya doa taubat. Doa tersebut akhirnya dibaca selepas salat oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Doa taubat yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut.
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Allahumma innii zholamtu nafsii zhulman katsiiran wa laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta faghfirlii maghfiratan min 'indika warhamnii innaka antal ghafuurur rahiim.
Artinya :
Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
4. Doa taubat berdasarkan hadis shahih.
Doa taubat berdasarkan hadis shahih adalah sebagai berikut.
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullaahal 'azhiima-lladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, wa atuubu ilaih.
Artinya :
Aku minta ampun kepada Allah Yang Maha Agung, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Yang Hidup dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dan aku bertobat kepada-Nya. (HR. Abu Dawud 2/85, At-Tirmidzi 5/569, Al-Hakim).
5. Doa taubat berdasarkan HR. Bukhari dan Muslim.
Doa taubat berdasarkan HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705 dapat dibaca sebagai berikut.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْمًا كَثِيْرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِيْ، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Allaahumma innii zholamtu nafsii zhulman katsiiron, wa laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta, faghfir lii maghfirotan min 'indika, warhamnii, innaka antal ghofuurur-rohiim.
Artinya :
Ya Allah, sungguh aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705).
6. Doa taubat berdasarkan HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa'i, Al-Bukhari.
Doa taubat berdasarkan HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa'i, Al-Bukhari adalah sebagai berikut.
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَىَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Robbighfir lii wa tub 'alayya, innaka antat-tawwaabur-rohiim.
Artinya :
Ya Rabbku, ampunilah dosa-dosaku dan terimalah tobat dariku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa'i, Al-Bukhari).