OJO RUMONGSO BISO NANGING BISO RUMONGSO
Inspirasi kehidupan bisa datang dari mana saja entah itu dari manapun atau siapapun inpirasi tersebut.
Seperti halnya kata bijak berbahasa Jawa yang berbunyi ojo rumongso biso nanging kudu biso rumongso.
Arti kalimat bijak bahasa Jawa ini adalah agar kita jangan pernah merasa bisa melakukan sesuatu yang hebat dan merendahkan orang lain. Sebaliknya, nasehat bijak Boso Jowo ini mengajarkan kita harus bisa merasakan kekurangan orang lain.
Falsafah ini mengharapkan manusia untuk selalu tahu diri dimana pun dia berada.
Kata ojo rumongso berarti jangan merasa.
Sedangkan biso berarti dapat, atau bisa itu sendiri.
Jadi ojo rumongso biso berarti jangan merasa sudah bisa, sudah dapat mengerti dan mengerjakan sesuatu.
Dan, nanging biso rumongso, berarti hendaklah bisa merasa, yang kalau dijabarkan, manusia diminta untuk mawas diri dan senantiasa tahu diri akan keterbatasannya sebagai insan. Orang yang selalu merasa bisa, cenderung bersifat sombong, dan orang yang bersifat sombong Tuhan tidak akan pernah suka. Tuhan bisa mengampuni apa saja kesalahan manusia tapi tidak untuk syirik dan sombong.
Sebaliknya, dengan biso rumongso, seorang manusia akan mendapat nilai lebih dan terhormat di masyarakatnya, karena dia dianggap sebagai orang yang rendah hati. Selain itu sifat-sifat tidak sombong dan pandai mengukur diri justru akan meningkatkan kredibilitasnya di lingkungannya.
Manusia seperti ini yang akan menikmati tenteramnya kehidupan, sebab pasti dia bisa menempatkan diri dengan baik di lingkungannya.
Dalam falsafah yang lain tapi memiliki kemiripan arti disebutkan : Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka.
Artinya, jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
Artinya, aja rumangsa bisa (jangan merasa bisa), nanging bisa rumangsa (tetapi bisa merasa). Merasa bisa adalah sifat tidak terpuji karena dinilai sebagai wujud kesombongan dan kebohongan.
Sebab, hasil kerja orang seperti ini biasanya tidak sebaik dengan yang dijanjikannya.
Sementara, dapat merasa atau menggunakan perasaan adalah sifat baik karena merupakan landasan sikap tenggang rasa antar sesama.
Dalam peribahasa ini, merasa bisa dianggap sebagai sikap yang gegabah, dikarenakan merasa bisa sama saja dengan belum tentu bisa.
Lebih berbaya lagi jika dari merasa bisa kemudian mengaku bisa, dan berani mengatakan bisa.
Sifat seperti ini dianggap buruk.
Seandainya yang bersangkutan dipercaya melaksanakan pekerjaan yang dirasanya bisa, dan ternyata gagal, apakah tidak memalukan dan merugikan semua pihak.
Bisa rumangsa berarti tahu diri, yaitu berani merasa tidak bisa dan mengakui tidak bisa. Pada sisi lain, bisa rumangsa juga berarti memiliki kesadaran yang cukup dalam mengukur diri sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dengan mengamalkan sifat seperti itu, individu yang bersangkutan akan memperoleh ketenteraman dan ketenangan hidup di lingkungannya.
Ia akan dinilai sebagai orang yang jujur, tidak sombong, dan mampu menempatkan diri dengan baik di dalam masyarakat.
OJO RUMONGSO BISO
Sebagai seorang manusia, apakah kita pernah merasa bisa atau rumongso biso, tentu bukan hal yang aneh ketika setiap insan merasa optimis akan sesuatu yang kita inginkan.
Manusia sejatinya adalah makhluk yang lemah yang artinya bukan sengaja diciptakan Allah dalam keadaan lemah, akan tetapi kondisi manusia ketika diciptakan memang sudah lemah. Hal ini kemudian yang membuat manusia menyadari posisinya sebagai hamba yang kecil dihadapan Allah SWT. Tidak memiliki kekuatan sedikitpun dalam menentukan sesuatu.
Pernakah salah satu dari kita mengalami kejadian dimana ketika kita sudah berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu dan optimis akan mendapatkannya justru yang terjadi adalah sebaliknya. Tapi di sisi lain ketika kita menginginkan sesuatu dan berikhtiar dengan semampunya diiringi pasrah bongkok’an (pasrah banget) justru hasil yang kita dapatkan adalah diluar dugaan. Hal ini sebagai gambaran bahwa ikhtiar kita yang besar tidak menjamin keberhasilan kita jika tidak diiringi dengan perasaan rendah dihadapan Allah SWT, akan tetapi sebaliknya ketika ikhtiar yang semampunya dengan tetap dibarengi kesungguhan hati dan perasaan tidak memiliki kekuatan untuk menentukan hasil akhir justru membawa kita pada keberhasilan. Betapa perasaan rumongso itu bisa membuat kita seolah-olah lebih tahu dan kuat dari kuasa-Nya.
Sebagai contoh adalah bagaimana kisah dunia manusia yang dimulai dengan disuruhnya iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam as. yang kemudian menolak karena merasa dirinya (iblis) lebih baik dibandingkan Nabi Adam as. Iblis memang tidak secara terang-terangan menyombongkan diri kepada Allah seperti dengan kalimat Ya Allah ini lho aku yang terbaik yang lain tidak ada apa-apanya akan tetapi iblis bilang Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.
Betapa dahsyatnya kalimat perbandingan yang diucapkan iblis hingga akhirnya menjadikan dia terusir dari surga.
Jika dianalisis, iblis melakukan perbadingan dengan asumsi bahwa iblis memiliki perasaan atau rumongso lebih baik dibandingkan dengan Nabi Adam as dan dengan kata lain iblis meremehkan Nabi Adam as.
Dari kisah ini kita dapat mengambil pembelajaran bahwa jangan sampai dalam hati kita muncul perasaan merasa atau meremehkan. Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud ra, tidak akan masuk surga orang yang terdapat sebesar biji zarrah kesombongan dalam hatinya. (HR. Muslim)
Dadi wong iku ojo rumongso gumedhe, sowan marang gusti Allah kok nduwe roso gumedhe opo arep nyaingi Gusthi Allah, maka ora bakal entuk hikmah, ilmu, lan rahmat saking Allah wong sing nduwe roso gumedhe maksudnya jadi orang itu jangan merasa besar (takabur), menghadap kepada Allah kok dengan perasaan takabur apakah mau menyaingi Allah, maka tidak akan mendapat hikmah, ilmu, dan rahmat Allah orang yang memiliki sifat takabur.
OJO RUMONGSO BISO
Rumongso biso ini kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya merasa bisa, merasa mampu, merasa jago, artinya seseorang yang merasa bisa atau rumongso biso ini akan selalu merasa yang paling hebat dan paling kuat.
Ojo rumongso biso itu artinya jangan sedikitpun ada dihati kita muncul perasaan : merasa bisa, merasa jagoan, merasa paling hebat, merasa yang paling dan terpaling.
BISO RUMONGSO
Kalau kalimat biso rumongso ini diartikan dalam bahasa Indonesia artinya kira-kira seperti ini,bisa merasakan sakitnya saudara,bisa merasakan sedihnya apa yang sedang menimpa rekan atau kawan,bisa merasa dan menyadari dirinya itu siapa dan orang lain itu siapa,baik secara pangkat,jabatan,ilmu maupun yang lainya.
Kesimpulan dari petuah ojo rumongso biso tapi biso rumongso ini adalah,agar kita selalu menjaga hati,lisan dan pikiran agar tidak menjadi orang yang merasa paling hebat, paling bisa, tetapi agar selalu menjadi orang yang selalu bisa merasa,vmerasakan bahwa setiap manusia memiliki jabatan dan derajat tersendiri.
Berdasarkan dua peribahasa jawa, Ngono yo ngono ning ojo ngono dan Ojo rumongso biso, nanging biso rumongso.
Peribahasa Ngono Yo Ngono Ning Ojo Ngono (begitu ya begitu tetapi jangan begitu) merupakan sebuah teguran kepada setiap orang agar tidak melakukan segala sesuatu secara berlebihan.
Mulai dari sikap, tindak-tanduk dan budi pekerti hingga semua yang dikatakan baik secara lisan maupun tulisan.
Maksud dari peringatan ini tak lain agar setiap orang tidak berperilaku adigang adigung sopo siro sopo sirun, menimbulkan permasalahan baru dan merugikan serta mengganggu orang lain.
Setiap individu tentu saja memiliki hak untuk hidup dengan rasa aman, memiliki penghidupan yang layak bahkan untuk berekspresi dan mengeluarkan pendapat. Hak-hak ini bahkan dijamin secara penuh oleh konstitusi dan berbagai ketentuan hukum yang berlaku.
Tentu saja untuk memenuhi hak-hak tersebut setidaknya juga dibarengi dengan sikap dan tanggung jawab agar tidak melanggar hak-hak orang lain.
Kesadaran mendahului kewajiban dari pada hak merupakan sikap dewasa yang bijaksana bagi setiap warga negara yang sadar hukum dan menghormati nilai-nilai budaya.
Relevan dengan peribahasa pertama, Ojo Rumongso Biso, Nanging Biso Rumongso (jangan merasa bisa tetapi bisa merasa) menjadi peringatan agar kita jauh dari kesombongan dan kebohongan.
Melakukan segala sesuatu hanya mengandalkan ego secara berlebihan, tanpa mengerjakannya dengan hati dan perasaan, terutama kejujuran, dapat membuahkan hasil yang tidak maksimal bahkan secara tidak langsung dapat merugikan orang lain.
Merasa bisa dapat dianggap sebagai suatu sikap yang gegabah, apalagi merasa bisa berkonotasi belum tentu bisa. Bahkan yang lebih bahaya lagi apabila merasa belum bisa tetapi mengaku bisa. Tentu saja hal ini juga menyakut sebuah kebohongan.
Bisa rumangsa (bisa merasa) memiliki pengerian tahu diri, yaitu sikap jujur untuk mengatakan dan mengakui tidak bisa apabila merasa tidak bisa.
Dengan tahu diri, setiap individu secara sadar dapat mengukur kemampuan yang dimiliki, tidak gegabah dan sok tau / sak udele dewe.
Kita tidak hidup sendiri untuk mencapai semua harapan dan cita-cita, keberadaan orang lain juga perlu kita hargai dan diperhitungkan di dalam hidup kita.