WAHYU KAMULYAN JATI
(Krisis Kepemimpinan)
Dalam cerita Wahyu Kamuyan Jati tersebut digambarkan suatu
keadaan Negara yang mengalami krisis kepemimpinan yang berdampak pada sikap
ketidak percayaan masyarakat terhadap pemimpin yang ada dan mempengaruhi
situasi politik secara nasional menjadi hangat, karena pemimpin yang ada sungguh-sungguh
tidak memiliki sifat kemulyaan, sebaliknya hanya mengumbar emosi atau nafsu
pribadi ataupun kelompoknya saja.
Kerinduan masyarakat akan hadirnya
seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat kemulyaan akhirnya terobati, dengan
hadirnya seorang tokoh yang bernama “ BIMA “.
Masyarakat berpendapat bahwa Bima akan
mampu mewujudkan impian nya untuk dapat meraih perbaikan kesejahteraan yang
lebih baik, dimana hal itu tergambar pada sifat-sifat kemulyaan ( Kepahlawanan,
Kejuangan, Senasib Seperjuangan, Merakyat dll ) yang dimiliki oleh tokoh Bima.
Penyebab adanya krisis kepemimpinan itu
ia melanjutkan, karena ketidakpahaman syarat mutlak menjadi seorang pemimpin.
Dengan menghadirkan sosol Petruk yang melakukan kritik pedas kepada
Pemerintahan yang sah, sang dalang yang memainkan lakon Wahyu Kamulyan
memberikan gambaran bagaimana layaknya seorang pemimpin menurut pitutur Jawa.
Para pemimpin itu jangan hanya mengumbar
emosi dan nafsu pribadi. Para pemimpin yang ada tersebut hanya mengumbar
kepentingan kelompoknya, tidak memperhatikan kepentingan rakyat itu bukan
kebudayaa kita.
Cerita mengalami titik puncak ketika
tokoh Petruk dirasuki oleh Dewa Ruci dan menjabarkan Hasta Brata, yang memiliki
makna 8 nilai kepimpinan. Ajaran Hasta Brata yang dijelaskan oleh Petruk yaitu
berisi 8 ajaran perilaku yang harus dipunyai seorang pemimpin,
1. Watak Surya atau
matahari dimana memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan yang membuat
semua makhluk tumbuh dan berkembang sebagai gambaran keadilan. Yang kedua Watak
Candra atau Bulan diteladani memancarkan sinar kegelapan malam. Cahaya bulan
yang lembut mampu menumbuhkan semangat dan harapan-harapan yang indah.
2. Seorang pemimpin
hendaknya mampu memberikan dorongan atau motivasi untuk membangkitkan semangat
rakyatnya, tanpa ada kekerasan atau ancaman.
3. Watak Kartika
atau Bintang diteladani memancarkan sinar indah kemilau, mempunyai tempat yang
tepat di langit hingga dapat menjadi pedoman arah.
4. Watak Angkasa
yaitu Langit diteladani ke luasan tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja
yang datang padanya.
5. Watak Maruta
atau Angin diteladani selalu ada di mana-mana, tanpa membedakan tempat serta
selalu mengisi semua ruang yang kosong.
6. Seorang pemimpin
hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya,
bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya.
7. Watak Samudra
yaitu Laut atau Air diteladani seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua
orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku adil,
bijaksana, dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya.
8. Watak Dahana
atau Api diteladani Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan harus bisa
menegakkan kebenaran dan keadilan secara tegas dan tuntas tanpa pandang bulu.
Dan terakhir watak Bumi yaitu Tanah diteladani mempunyai sifat kuat dan
bermurah hati. Selalu memberi hasil kepada siapa pun yang mengolah dan
memeliharanya dengan tekun. Seorang pemimpin hendaknya berwatak sentosa, teguh
dan murah hati, senang beramal dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan
rakyatnya.