Nur Muhammad SAW
A.
IKHWAL NUR MUHHAMAD SAW
1. Nur Muhammad adalah suatu ajaran tentang keyakinan
bahwa Allah SWT menciptakan Nabi Muhammad Saw dari NurNya [Allah SWT]. Sejak
semula dari Nur Allah itu dicipta Nur Muhammad, hal ini telah menjadi aqidah
para penganut thariqat atau mereka yang bertasawuf dalam Islam. Bila Nabi
Muhammad Saw diciptakan berasal dari NurNya, demikian halnya seluruh makhluk
juga diciptakan dari Nur Muhammad. Dari NurNya, Allah SWT menciptakan Nur
Muhammad dan dari Nur Muhammad, Allah SWT menciptakan seluruh makhluq.
Keyakinan tentang Nur Muhammad mempunyai konsekwensi terhadap wujud yang satu,
yaitu wihdatul wujud, kesatuan wujud Khaliq dan makhluq, kesatuan wujud Allah
SWT dengan alam semesta. Sebagaimana Al Bushthami mengatakan,” Aku heran kepada
orang yang mengenal Allah, bagaimana mungkin dia menyembahNya?” Juga Al
Bushthami mengatakan,”Mahasuci aku, mahasuci aku, alangkah agungnya aku.” Jadi
siapa yang telah mengenal Allah swt., dia merupakan emanasi dari Allah swt.
sehingga melekat padanya sifat-sifat ketuhanan yaitu rububiyah dan uluhiyah.
Oleh karenanya mana mungkin Allah menyembah Allah? Itulah wihdatul wujud
sebagai salah satu konskwensi dari ajaran tentang Nur Muhammad. Sejak semula
dari Nur Allah itu dicipta Nur Muhammad, hal ini telah menjadi aqidah para
penganut thariqat atau mereka yang bertasawuf dalam Islam.
2.
Disebut sebagai nabi pertama dalam arti bapaknya
para ruh (abu al-warh al-wahidah), nabi terakhir karena memang ia sebagai
khatam an-nubuwwah wa al-mursalin.
3. Sedangkan, Nabi Adam hanya dikenang sebagai bapak biologis
(abu al-jasad). Jika dikatakan Muhammad SAW nabi pertama dan terakhir bagi
Allah SWT, tidak ada masalah.
4.
Nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang kelihatannya
paradoks, seperti al-awwal wa al-akhir, al-dhahir wa al-bathin, al-jalal wa
al-jamal, juga tidak ada masalah bagi-Nya, karena itu semua hanya di level
puncak (al-tsabitah) atau wujud potensial, tidak dalam wujud aktual (wujud
al-kharij).
5. Dasar keberadaan
Nur Muhammad dihubungkan dengan sejumlah ayat dan hadits. Di antaranya,
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya (Nur) dari Allah dan kitab yang
menerangkan." (QS. Al-Maidah 15).
6. Ayat lainnya,
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu), bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat,
dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21). Ada pula hadits,
"Saya adalah penghulu keturunan Adam pada hari kiamat."
7. Hadits riwayat
Bukhari menjadi dasar lainnya, yaitu "Aku telah menjadi nabi, sementara
Adam masih berada di antara air dan tanah berlumpur." Ada lagi suatu
riwayat panjang yang banyak ditemukan dalam literatur tasawuf dan
literatur-literatur Syiah adalah pertanyaan Sayyidina Ali RA kepada Rasulullah.
Wahai Rasulullah, mohon dijelaskan apa yang diciptakan Allah sebelum semua
makhluk diciptakan? Rasul menjawab, "Sebelum Allah menciptakan yang lain,
terlebih dahulu Ia menciptakan nur nabimu (Nur Muhammad). Waktu itu belum ada
lauh al-mahfuz, pena (qalam), neraka, malaikat, langit, bumi, matahari, bulan,
bintang, jin, dan manusia. Kemudian dengan iradat-Nya, Dia menghendaki adanya
ciptaan. Ia membagi Nur itu menjadi empat bagian. Dari bagian pertama, Ia
menciptakan qalam, lauh al-mahfuz, dan Arasy. Ketika Ia menciptakan lauh
al-mahfuz dan qalam, pada qalam itu terdapat seratus simpul. Jarak antar simpul
sejauh dua tahun perjalanan. Lalu, Allah memerintahkan qalam menulis dan qalam
bertanya, 'Ya Allah, apa yang harus saya tulis?' Allah menjawab, 'Tulis La
Ilaha illa Allah, Muhammadan Rasul Allah.' Qalam menjawab, 'Alangkah agung dan
indahnya nama itu, ia disebut bersama asma-Mu Yang Maha Suci.'Allah kemudian
berkata agar qalam menjaga perilakunya. Menurut Allah, nama tersebut adalah
nama kekasih-Nya. Dari nur-Nya, Allah menciptakan Arasy, qalam, dan lauh
al-mahfuz. Jika bukan karena dia, ujar Allah, dirinya tak akan menciptakan apa
pun. Saat Allah menyatakan hal itu, qalam terbelah dua karena takutnya kepada
Allah."
8. Dalam ilmu
tasawuf, Nur Muhammad mempunyai pembahasan mendalam. Nur Muhammad disebut juga
hakikat Muhammad.
Sering
dihubungkan pula dengan beberapa istilah seperti al-qalam al-a’la (pena
tertinggi), al-aql al-awwal (akal utama), amr Allah (urusan Allah), al-ruh,
al-malak, al-ruh al-Ilahi, dan al-ruh al-Quddus.
Tentu saja,
sebutan lainnya adalah insan kamil. Secara umum istilah-istilah itu berarti
makhluk Allah yang paling tinggi, mulia, paling pertama dan utama. Seluruh
makhluk berasal dan melalui dirinya. Itulah sebabnya Nur Muhammad pun disebut
al-haq al-makhluq bih atau al-syajarah al-baidha' karena seluruh makhluk
memancar darinya.
Ia bagaikan
pohon yang daripadanya muncul berbagai planet dengan segala kompleksitasnya
masing-masing. Nur Muhammad tidak persis identik dengan pribadi Nabi Muhammad
SAW. Nur Muhammad sesungguhnya bukanlah persona manusia yang lebih dikenal
sebagai nabi dan rasul terakhir.
Namun tak bisa
dipisahkan dengan Nabi Muhammad sebagai person, karena representasi Nur
Muhammad dan atau insan kamil adalah pribadi Muhammad yang penuh pesona.
Manusia sesungguhnya adalah representasi insan kamil. Oleh karena itu, dalam
artikel terdahulu, manusia dikenal sebagai makhluk mikrokosmos.
Sebab, manusia
merupakan miniatur alam makrokosmos. Posisi Muhammad sebagai nabi dan rasul
dapat dikatakan sebagai miniatur makhluk mikrokosmos karena pada diri beliau
merupakan tajalli Tuhan paling sempurna. Itu pula sebabnya, mengapa Nabi
Muhammad mendapatkan berbagai macam keutamaan dibanding nabi-nabi sebelumnya.
Bahkan
hadits-hadits Isra’ Mikraj menyebutkan, Rasulullah pernah mengimami nabi yang
pernah hidup sebelumnya. Melalui Nur Muhammad, Tuhan menciptakan segala
sesuatu. Dari segi ini, Al-Jilli menganggapnya qadim dan Ibnu ‘Arabi
menganggapnya qadim dalam kapasitasnya sebagai ilmu Tuhan dan baharu ketika ia
berwujud makhluk.
Namun perlu
diingat bahwa konsep keqadiman, menurut Ibnu Arabi, ada dua macam, yaitu qadim
dari segi dzat dan qadim dari segi sesuatu itu masuk ke wilayah ilmu Tuhan. Nur
Muhammad, menurut Ibnu Arabi, masuk kategori qadim jenis kedua, yaitu bagian
dari ilmu Tuhan (qadim al-hukmi) bukan dalam qadim al-dzati.
Dengan demikian,
Nur Muhammad dapat dianggap qadim dalam perspektif qadim al-hukmi, namun juga
dapat dianggap sebagai baharu dalam perspektif qadim al-dzati. Dalam satu
riwayat juga pernah diungkapkan bahwa Nabi Muhammad adalah sebagai nabi pertama
dan terakhir.
B.
Hakikat Nur Muhammad Saw
1.
Allah Swt berkehendak menciptakan alam semesta, hal
mana pada saat itu tidak ada yang wujud selain Allah, maka pertama kali yang
Allah lakukan adalah mendesain sebuah ciptaan yang dapat menggambarkan keadaan
diri-Nya sejauh, sedalam dan sesempurna yang Dia kehendaki. Desain tersebut
ibarat cetakan bagi semua makhluk yang akan Dia ciptakan setelahnya. Oleh
karenanya, di sisi Allah, semua makhluk adalah hidup karena mereka dicetak dari
cetakan yang merupakan tajalli dari Zat yang maha hidup.
2.
Secara maknawi, Ciptaan tersebut mengandung
makna-makna dari nama-nama dan sifat-sifat Allah sehingga setiap makhluk yang
dicetak darinya secara otomatis membawa misi agung yaitu memperkenalkan Allah
pada alam semesta. Maka, setiap yang bertafakkur tentang makhluk dengan
tafakkur yang benar akan menghasilkan makrifah tentang Allah bukan tentang makhluk
itu sendiri. Atas dasar hal tersebut, sebagian sufi berpendapat bahwa setiap
eksistensi wujud yang kita saksikan adalah mursyid yang dapat mengantarkan
manusia kepada Allah Swt.
3.
Secara maknawi, desain ciptaan itu senantiasa
menyejarah, menjadi sumber eksistensi semua makhluk yang akan Allah ciptakan,
karenanya ia dinamai Hazratul Jam̢۪i wal Wujud, tempat berkumpul dan asal
seluruh eksistensi makhluk. Ia juga dinamai akal pertama karena yang pertama
kali dapat memahami perintah Allah, Kun. Atau, ia dinamai akal pertama karena
ia adalah makhluk pertama yang terikat (‘aqola artinya mengikat) oleh ismil
ghoiriyah (nama selain Allah/nama makhluk).
4. Ia juga dinamai
al-qolam (pena ketinggian) karena citra/rupa semua yang maujud bersumber dari
desain ciptaan tersebut sebagaimana tulisan keluar daripada pena. Tentu saja ia
juga dinamai ruh, nur, dan hakikat Muhammad Saw karena seluruh makna yang
tersimpan di dalam desain tersebut secara sempurna dan paling sempurna
tertampakkan pada diri Muhammad Saw. Hakikat Muhammad yang merupakan desain dan
cetakan bagi makhluk di alam semesta ini hanya satu dan bersifat universal.
Oleh karena semua makhluk yang ada di alam semesta berasal dari satu desain
yang sama, maka walaupun secara lahiriah/penampakan berbeda-beda, namun pada
hakikatnya, semua makhluk di alam semesta ini memiliki kesamaan makna. Hanya
saja, Allah menjaga mereka tetap berada dalam martabat (kedudukan) yang sesuai
dengan fungsi yang telah digariskan, sehingga sunnatullah pada alam semesta
berjalan secara sempurna.
5. Allah swt.
memiliki sifat hidup, berilmu, berkehendak, berkuasa, mendengar, melihat dan
berbicara. Sifat-sifat tersebut kemudian tertajallikan (tertampakkan) pada
hakikat Muhammad Saw. Artinya, sifat-sifat tersebut merupakan bagian tidak
terpisahkan dari desain makhluk di alam semesta ini. Maka, semua makhluk yang
didesain dengan hakikat Muhammad Saw pasti bersifat dengan sifat-sifat Allah
diatas.
6. Mereka hidup,
berilmu, berkehendak, berkuasa, mendengar, melihat dan berbicara. Tentu saja,
kemudian Allah mengatur sedemikian rupa alam semesta ini sesuai dengan
pengetahuan, kehendak dan kekuasaannya. Ada makhluk yang hidupnya Allah
tampakkan dalam wujud yang sempurna dan mereka menyadari kesempurnaanya dengan
cara yang sangat sempurna. Mereka adalah manusia-manusia sempurna dari kalangan
para rasul, nabi dan wali-wali Allah yang mulia.
7. Ada juga makhluk
yang Allah tampakkan hidupnya dalam wujud yang sempurna namun mereka tidak
mengenali kesempurnaannya secara sempurna. Mereka adalah orang-orang awam pada
umumnya. Di sisi lain, ada makhluk yang Allah tampakkan bagi mereka sifat
hidup, namun mereka tidak menyadari bahwa mereka hidup. Mereka adalah hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Pada martabat paling bawah, ada makhluk yang Allah tampakkan
kehidupannya dalam wujud yang tidak hidup, seperti benda-benda yang dianggap
mati oleh manusia. Diferensiasi kehidupan makhluk tersebut sengaja Allah buat,
sekali lagi dengan maksud dan tujuan agar sunnatullah berjalan pada alam
semesta. Tidak dapat dibayangkan, seandainya semua makhluk di alam semesta ini
hidup pada martabat yang sama. Misalnya, benda-benda mati dapat berbicara,
melihat dan mendengar layaknya manusia, maka manusia akan merasa sangat malu
saat akan buang air kecil (besar), saat akan berhubungan suami istri dan lain
sebagainya.
8. Demikian pula,
saat manusia berbuat maksiat akan diteriaki, disoraki dan dicaci-maki oleh
benda-benda di sekelilingnya, bahkan mungkin saja tembok dan bangunan akan
menjatuhkan diri pada orang-orang yang akan berbuat maksiat. Barangkali bumi
pun siap membelah diri bagi yang hendak berbuat maksiat sehingga mereka ambles,
terkubur hidup-hidup.
9. Nabi Adam AS.
tidak akan memakan buah khuldi, karena buah khuldi akan berteriak sekuat
tenaga, mengatakan bahwa hal tersebut adalah larangan dari Allah Swt. Saat adam
mendekat, buah khuldi akan melarikan diri dari Adam as. sebagaimana manusia
melarikan diri dari bahaya. Pada akhirnya, semua manusia tidak akan jadi
berbuat maksiat. Jika demikian yang terjadi, apalah fungsi sifat Allah yang
maha pengampun dan pemaaf jika tidak ada yang perlu diampuni dan dimaafkan. Apa
pula, gunanya Allah menciptakan neraka jika tidak ada makhluk yang akan diazab
karena dosa-dosa?.
10. Maka, merupakan
kebijaksanaan Allah Swt yang maha bijaksana, Dia menciptakan segala sesuatu dan
menempatkannya pada martabat (kedudukan) yang mendukung terselenggaranya
sunnatullah pada alam semesta. Namun, pada intinya semua makhluk adalah makhluk
hidup yang berilmu, berkehendak, berkuasa, mendengar, melihat dan berbicara,
karena mereka didesain dan dicetak dari hakikat Muhammad Saw.
11. Pemahaman
tentang hakikat Muhammad saw sebagai desain/cetakan semua makhluk yang akan
diciptakan Allah tidak seperti desain/cetakan produk-produk tertentu yang
dibikin manusia, misalnya desain pakaian, gambar-gambar, cetakan kue (roti) dan
lain-lain. Dimana, mereka hanyalah desain/cetakan yang fungsinya untuk
menyeragamkan bentuk, ukuran dan spesifikasi produk yang dihasilkan. Meskipun,
hal tersebut ditinjau dari satu sisi mengandung kebenaran. Artinya, salah satu
fungsi hakikat Muhammad memang mencetak makhluk menurut sepesifikasi, kriteria
dan makna yang melekat pada hakikat Muhammad. Lebih dari itu, hakikat Muhammad
Saw juga merupakan bahan baku bagi segala sesuatu yang akan dicetak tersebut.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa hakikat Muhammad adalah desain dalam pengertian
yang sesungguhnya.
12. Itu sebabnya,
menurut Syaikh Abdul Karim Al-Jili dalam kitabnya, Al-Kamalatul Ilahiyah fi
Shifatil Muhammadiyah, Di dalam al-qurAan Allah menyebut Muhammad Saw sebagai
rahmat bagi alam semesta. Allah swt berfiman Sesungguhnya, kami mengutus engkau
sebagai rahmat bagi alam semesta (QS. 21:107).
13. Hakikat Muhammad
Saw adalah rahmat (anugerah) bagi semesta karena segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini diwujudkan dengan perantara hakikat Muhammad Saw. Rahmat
sebagaimana dimaksud pada ayat diatas adalah rahmat Allah yang meliputi segala
sesuatu sebagaimana dalam firman-Nya dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu†(QS. 7:156).
14. Oleh karena
hakikat Muhammad merupakan cetakan sekaligus bahan baku alam semesta, maka
Allah swt menciptakannya sebelum alam semesta diciptakan. Jadi, makhluk pertama
yang Allah ciptakan adalah hakikat (nur) Muhammad Saw.