Sakmadya, Semeleh, Sangkan paraning dumadi
Falsafah Jawa tentang kehidupan
A. FALSAFAH HIDUP
1. Sakmadya
Sak madyo
berarti sak cukupe, secukupnya, sewajarnya, yang sedang-sedang saja. Pada
kenyataannya segala sesuatu yang tengah-tengah itu 'aman'.
2. Semeleh
Sumeleh adalah
pasrah, ikhlas, nrimo, patrap, dan apa adanya (bloko).
Nrimo itu
artinya ya… tanpa tendensi, tanpa pretensi, tanpa penilaian, menerima saja.
Menerima begitu saja bukan karena meminta juga bukan karena memberi. Demikian
juga pasrah, tidak ada kondisional, tidak ada persyaratan, tidak ada
embel-embel yang menyertai, baik menempel atau melekat. Semeleh itu ikhlas dengan seluruh permasalahan atau beban,
membiarkan Tuhan yang mengatur dan memberikan solusinya.
3. Sangkan paraning dumadi
Sangkan paraning
dumadi umumnya dipahami sebagai asal dan tujuan hidup. Ada yang Menyebutnya
Tuhan sesuai dengan pemahaman atau agama pada umumnya. Sangkan paraning dumadi
adalah kembali pada diri sejati atau rumah sejati.
Sanepan peribahasa kehidupan menurut Jawa :
1. Sabar iku lire
momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip.
(Sabar itu
merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup)
2. Urip iku koyo
kopi, yen ndak iso nikmati rasane panggah pait.
(Hidup itu
bagaikan secangkir kopi, jika kalian tidak bisa menikmatinya yang dirasa
hanyalah pait)
3. Aja milik barang
kang melok.
(Jangan tergiur
barang yang berkilau)
4. Manungsa mung
ngunduh wohing pakarti.
(Kehidupan
manusia baik dan buruk adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri)
5. Cekelana
impenanmu, amarga yen impen mati, urip iku kaya manuk sing swiwine rusak, mula
ora bisa mabur.
(Berpegang teguh
pada mimpi, karena jika mimpi mati, hidup adalah burung bersayap yang rusak,
itu tidak bisa terbang)
6. Urip iku terus
mlaku, bebarengan karo wektu, sing bisa gawa lakumu, supaya apik nasibmu.
(Hidup itu terus
berjalan, bersamaan dengan waktu, yang bisa membawa tingkah lakumu, biar
nasibmu baik)
7. Aja dadi uwong
sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan
pinter rumangsa.
(Jangan jadi
orang yang merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan
pintar merasa)
8. Nek wes onok
sukurono, nek durung teko entenono, nek wes lungo lalekno, nek ilang iklasno.
(Kalau sudah
punya itu disyukuri, kalau belum datang ya dinanti, kalau sudah ditinggal pergi
lupakan, kalau hilang ikhlaskan)
9. Sak apik-apike
wong yen awehi pitulung kanthi cara dedemita.
(Sebaik-baiknya
orang adalah yang memberi pertolongan secara sembunyi-sembunyi)
10. Aja mbedakake
marang sapadha-padha.
(Hargai
perbedaan, jangan membeda-bedakan sesama manusia)
11. Sabar iku
ingaran mustikaning laku.
(Bertingkah laku
dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratkan sebuah hal yang sangat indah dalam
sebuah kehidupan)
12. Wong sabar
rejekine jembar, ngalah urip luwih berkah.
(Orang sabar
rezekinya luas, mengalah hidup lebih berkah)
13. Sepi ing pamrih,
rame ing gawe, banter tan mblancangi, dhuwur tan nungkuli.
14. (Bekerja keras
dan bersemangat tanpa pamrih, cepat tanpa harus mendahului, tinggi tanpa harus
melebihi)
15. Ngeluruk tanpa
bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bhanda.
(Berjuang tanpa
membawa massa, menang tanpa merendahkan, berwibawa tanpa mengandalkan
kekuasaan, kaya tanpa didasari harta)
16. Nek wes niat
kerjo iku ojo golek perkoro, nek wes diniati golek rejeki iku ora usah golek
rai.
(Kalau sudah
niat bekerja itu jangan cari perkara, kalau sudah diniati cari rezeki itu tidak
usah cari muka)
B. AJARAN MORAL
Berikut ini
adalah beberapa ajaran moral dan filosofi hidup orang Jawa yang sudah popular
di masyarakat Jawa dan sekitarnya:
1. Sopo Sing
Kelangan Bakal Diparingi – Sopo Sing Nyolong Bakal Kelangan
Barang siapa
yang kehilangan akan dikasih dan barang siapa yang mencuri akan kehilangan.
Kita diajarkan untuk tidak mudah mengambil barang milik orang lain. Memang
kelihatannya mendapatkan barang baru namun pada suatu saat nanti juga juga akan
dibalas dengan kehilangan sesuatu oleh Yang Kuasa.
Namun jika kita
mau bersedekah (memberikan sesuatu pada orang lain) suatu saat nanti akan
dibalas oleh-Nya dengan pemberian yang lebih banyak.
2. Wong Jowo Iku
Gampang Di Tekak Tekuk
Orang Jawa itu
mudah di bengkan-bengkokkan. Maksudnya, orang Jawa itu fleksibel, mudah bergaul
dan bisa berada di berbagai level masyarakat.
3. Mangan Ora
Mangan Sing Penting Kumpul
Makan tidak
makan yang penting kumpul. Hal ini tidak tepat kalu Anda artikan secara
leterlek. Tidak harus rumahnya itu kumpul dalam satu kampung melainkan yang
lebih utama adalah sering mengadakan pertemuan untuk menjalin persaudaraan.
4. Alon Alon Waton
Kelakon
Pelan-pelan saja
asal terlaksana. Bukan berarti menjalani hidup itu tanpa usaha, hanya ngikuti
aliran air. Namun tetap berusaha sekuat tenaga tapi tidak memaksa diri.
5. Nerimo Ing
Pandum
Dapat menerima
pemberian. Menerima dengan ikhlas apa yang sudah dihasilkan dari jerih
payahnya. Baik itu dirasa untung atau rugi sekalipun. Mereka bisa menerima apa
adanya tanpa ada perasaan gelisah.
6. Urip Iku Urup
Hidup itu Nyala.
Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain, terutama yang ada di
sekitar kita. Semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan semakin
baik.
7. Memayu Hayuning
Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
Manusia hidup di
dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan / kesejahteraan dan
memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
8. Suro Diro Joyo
Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
Segala sifat
keras hati, picik, angkara-murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak,
lembut hati dan sabar.
9. Ngluruk Tanpo
Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho
Berjuang tanpa
perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa
tanpa mengandalkan kekuatan. Kaya tanpa didasari atas kebendaan.
10. Datan Serik
Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan mudah
sakit hati ketika musibah menimpa diri, Jangan sedih ketika kehilangan sesuatu.
Ini menunjukkan sifat tidak egois. Apa yang kita miliki sebenarnya ada yang
memiliki-Nya. Kita tepatnya hanya pemilik sementara yang harus merelakan semua
yang kita miliki diambil oleh-Nya karena memang Dialah yang berhak memiliki.
11. Ojo Gumunan, Ojo
Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman
Jangan mudah
heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut, Jangan mudah manja.
12. Ojo Ketungkul
Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah
terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan
dan kepuasan duniawi.
13. Ojo Kuminter
Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa
paling pandai agar tidak salah arah dan jangan suka berbuat curang agar tidak
celaka.
14. Ojo Milik Barang
Kang Melok
Jangan tergiur
oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik dan indah gemerlap.
15. Ojo Adigang,
Adigung, Adiguno
Jangan sok
kuasa, sok besar, sok sakti. Kalau diartikan perkata: Adigang artinya
membanggakan kekuatan, Adigung artinya membanggakan kebesaran dan Adiguno
artinya membanggakan kepandaian.
16. Ojo Mburu Kidang
Mlayu
Jangan memburu
atau mencari-cari hal-hal yang sia-sia, carilah sesuatu yang memingkinkan untuk
Anda dapatkan.
17. Ora Obah Ora
Mamah
Untuk
mendapatkan rijki dari Yang Kuasa harus berusaha dengan sekuat tenaga.
18. Sak Bejo-Bejone
Wong Kang Lali, Isih Bejo Wong Kang Eling Lan Waspodo
Seberuntung-untungnya
orang yang lupa, masih beruntung orang yang ingat dan waspada. Jangan sampai
karena urusan keduniaan, kita melupakan aturan dan menghalalkan segala cara.
19. Akeh Durung
Mesti Cukup, Sethithik Durung Mesti Kurang
Banyak belum
tentu cukup dan sedikit belum tentu kurang. Sebanyak apapun penghasilan
Anda, kalau Anda tidak dapat
mensyukurinya pasti akan merasa kurang salamanya. Intinya ada di dalam hati,
bagaimana untuk dapat mensyukuri atas semua pemberian.
20. Ojo Mburu Seneng
Nanging Mburuo Ayem
Jangan raih
senang melainkan raihlah ketenteraman. Dalam mengerjakan sesuatu, jangan
berpatokan asal Anda senang saja namun juga pertimbangkan orang lain di sekitar
Anda. Karena ketenteraman itu tidak dapat ditentukan dari dalam diri sendiri
namun juga lingkungan Anda tinggal.
21. Wong Sing Menang
Iku Wong Sing Bisa Ngasorake Priyanggane Dhewe
Belum dikatakan
menang jika belum bisa mengalahkan dirinya sendiri. Mengalahkan dirinya sendiri
maksudnya dapat menahan hawa nafsu, tidak mudah tersinggung, bersabar dan mudah
mema’afkan.
22. Dadi Manungsa
Sing Bisa Ngatur Urip, Aja Gelem Diatur Urip, Nanging Aja Nglalekake Aturane
Sing Gawe Urip
Jadilah manusia
yang dapat mengatur kehidupan, Jangan mau diatur oleh kehidupan, Tapi jangan
melupakan aturan Yang Membuat Hidup.
23. Urip Iku Sawang
Sinawang, Sing Ketokke Luweh Kepenak Durung Mesti Kepenak, Sing Ketokke Rekoso
Durung Mesti Rekoso
Hidup itu adalah
melihat terhadap orang lain, orang yang terlihat bahagia belum tentu bahagia,
namun orang yang terlihat susah belum tentu susah.
24. Urip Iku Ojo
Digawe Sambat, Dilakoni Ae Sak Mlakune
Hidup itu jangan
dibuat sengsara, dijalankan saja semampunya.
25. Urip Iku Ojo
Digae Susah, Wahaye Seneng yo Seneng, Wayahe Nyambut Gae yo Nyambut Gawe,
Wayahe Leren yo Leren, Wayahe Ngibadah yo Ngibadah
Hidup itu jangan
dibuat susah, saatya senang yang senang, saatnya bekerja ya bekerja, saatnya
istirahat ya istirahat, saatnya beribadah ya beribadah. Intinya tidak memaksa,
jalankan saja sewajarnya.
26. Ora Usah Difikir
Nganti Sepaneng, Urip Iki Mung Sedelok, Nek Iso Dilakoni yo Dilakoni, Sing
Penting Wes Dicobo
Tidak perlu
dipikir hingga membebani, hidup itu hanya sebentar. Kalau bisa dijalankan ya
dijalankan, tapi yang utama adalah sudah mencobanya. Kalau sudah dipersiapkan
dengan matang, jalankan saja dan pasrah pada Sang Pencipta serta yakin akan
berhasil.
27. Ora Usah Difikir
Jero-Jero, Kabeh Wes Ono Dalane, Sing Penting Dilakoni
Jangan dipikir
terlalu mendalam, semua sudah ada jalannya, dan yang penting dijalankan, begitu
saja.
28. Rawe-Rawe Rantas
Malang-Malang Putung
Barang siapa
yang mengganggu akan lebur, dan yang menghalangi akan hancur. Ajaran ini sangat
tepat untuk memberikan semangat dalam perjuangan.
29. Holobis Kuntul
Baris
Gotong royong
dan bekerja sama.
30. Obah Ngarep
Kobet Mburi
Bersusah dahulu
dan bersenang kemudian.
31. Rukun Agawe
Santosa, Crah Agawe Bubrah
Hidup rukun
membuat sentosa (bahagia) dan hidup bermusuhan menjadi sengsara.
32. Jerbasuki Mowo
Bea
Setiap
keberhasilan ada harga yang dibayarkan. Untuk meraih kesuksesan dibutuhkan
sebuah perjuangan dan pengorbanan. Tidak mungkin tanpa ada usaha yang keras
tiba-tiba Anda mendapatkan kemenangan.
33. Becik ketitik
olo ketoro
Kebaikan akan
tampak dan kejelekan akan terlihat. Perbuatan jelek akan mudah tersebar
kemana-mana, tapi kalau perbuatan baik mungkin tidak terlihat untuk sekarang
ini namun pada suatu saat nanti pasti akan diakui oleh orang banyak.
34. Sapa Weruh Ing
Panuju Sasad Sugih Pager Wesi
Siapa saja yang
bercita-cita luhur dan mulia, pasti akan tertuntun jalan hidupnya.
35. Alang-Alang Dudu
Aling-Aling, Margining Keutamaan
Persoalan-persoalan
dalam kehidupan bukan sebuah penghambat, namun justru menjadi jalan bagi
kesempurnaan.
C.
filosofi Jawa mengenai perjalanan hidup manusia didunia.
1.
Maskumambang
Tahapan
ruh/kandungan di mana manusia masih "mengapung" atau
"kumambang" di alam ruh dan kemudian di dalam kandungan yang gelap.
2.
Mijil
Mijil artinya
keluar. Inilah tahapn bayi, dimana kita mulai mengenal kehidupan dunia. Kita
belajar bertahan di alam baru.
3.
Sinom
Masa muda, masa
dimana kita tumbuh berkembang mengenal hal-hal baru.
4.
Kinanthi
Masa pencarian
jati diri, pencarian cita-cita dan makna diri.
5.
Asmaradhana
Masa paling
dinamik dan berapi-api dalam pencarian cinta dan teman hidup.
6.
Gambuh
Tahapan
dimulainya kehidupan keluarga dengan ikatan pernikahan suci (gambuh).
Menyatukan visi dan cinta kasih
7.
Dhandang
Gula
Tahapan puncak
kesuksesan secara fisik dan materi (dhandang = bejana). Namun selain kenikmatan
gula (manisnya) hidup, semestinya diimbangi pula dengan kenikmatan rohani dan
spiritual.
8.
Durma
Tahap
tercapainya kesadaran di mana hidup harus didermakan untuk orang lain, bukan
mencari kenikmatan hidup lagi (gula). Ini adalah tahapan kesadaran bertindak
sosial, berkumpul dengan teman-teman seperjuangan, bersosialisasi. Di tahapan
ini manusia mencari kepuasaan dengan banyak memberi.
9.
Pangkur
Tahapan uzlah
(pangkur-menghindar), menyepi, kontemplasi, mendekatkan diri kepada Gusti
Allah. Menjauhkan diri dari gemerlapnya hidup. Berbagai urusan hidup dirasa
sudah selesai dan mulai sadar untuk fokus menghadapNya.
10. Megatruh
Tahapan penutup
kehidupan dunia, dimana ruh meninggalkan badan (megat: memisahkan). Fase awal
dari perjalanan menuju keabadian.
11. Pucung
Tahap kembali
kepada Allah, Sang Murbeng Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali menjadi
pocung (jenazah), ditanya seperti lagu pocung yang berisi pertanyaan. Tahap
menuju kebahagiaan sejati, bertemu dengan yang Mahasuci.
12. Wirang Rong
RONG, artinya
liang lahat, jadi Wirang Rong maksudnya alam kubur. Inilah tahap terakhir jasad
manusia setelah meninggal dunia akan dikubur, wirang , maksudnya tingkah laku
baik buruk, akan menyertai kehidupan alam akherat.
Sebelas tahap ini adalah tahap lengkap
yang biasanya dilalui manusia. Tapi tidak semua bisa menjalaninya seperti ini.
Sesungguhnya setiap orang setiap saat bisa langsung ada di tahap 10, karena
kita tak pernah tahu kapan Allah memanggil ruh untuk kembali menghadapNya
meninggalkan jasad kita. Alangkah ruginya kita kalau di tahap 3 dan 4 kita tidak berada di jalan
fitrah, jalan yang diciptakanNya untuk kita, karena pencarian kita belum
menemukan jalanNya.
Alangkah baiknya kalau dalam setiap
detik hidup kita kita selalu ingat bahwa kita harus selalu siap kalau Allah
memanggil kita untuk ada di tahap 10 untuk bergegas ke tahap 11 dan 12. Jadi
marilah kita selalu mencari "fitrah" dan membersihkan hati.
Fitrah bisa kita capai dengan selalu
menjaga hati, menjaga pikiran, perkataan dan perbuatan untuk selalu ada dalam
jalanNya, sesuai petunjuk-petunjukNya.
Fitrah bisa didapat bila setiap saat
kita selalu berderma, sehingga kita selalu ada di tahap 8.
Berderma dengan menjaga prasangka baik
kepadaNya dan manusia, dengan doa, dengan ilmu, dan berbagai materi maupun non
materi.
Fitrah bisa didapat dengan selalu
menyempatkan diri untuk uzlah, menyepi untuk berduaan hanya denganNya,
mengenali jiwa, dan mengenali tubuh kasar yang tak lama akan kita tinggali. Dan
kita pun akan selalu ada di tahap 9.
Menyepi berduaan denganNya untuk
menangkap pesanNya yang bisa hadir di setiap detik hidup kita
Menyepi untuk bisa merasakan kebutuhan
jiwa, pikiran, tubuh, agar selalu bisa suci dan mensucikan.
Sesungguhnya hidup hanyalah untuk bisa
mencapai tahap 8 dan 9 seumur hidup. Beruntunglah mereka yang sedari kecil
sudah bisa selalu ada di tahap itu, berdampingan dengan berbagai tahapan
lainnya.
Semoga kita selalu diberkahiNya untuk
selalu siap masuk dalam kebahagiaan abadi.
Apa yang bisa kita lakukan hari ini
untuk bisa lebih baik lagi menjiwai tahap 8 dan tahap 9, agar selalu siap
menghadapi tahap 10, 11 dan 12?
Dan mengapa kesiapan ini penting bagi
kita? Bagi keluarga kita?
11. Pucung
Tahap kembali kepada Allah, Sang Murbeng
Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali menjadi pocung (jenazah), ditanya
seperti lagu pocung yang berisi pertanyaan. Tahap menuju kebahagiaan sejati,
bertemu dengan yang Mahasuci.
12. Wirang Rong
RONG, artinya liang lahat, jadi Wirang
Rong maksudnya alam kubur. Inilah tahap terakhir jasad manusia setelah
meninggal dunia akan dikubur, wirang , maksudnya tingkah laku baik buruk, akan
menyertai kehidupan alam akherat.
1. "Sabar iku lire momot kuat
nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip."
(Sabar itu merupakan sebuah kemampuan
untuk menahan segala macam godaan dalam hidup)
2. "Urip iku koyo kopi, yen ndak
iso nikmati rasane panggah pait."
(Hidup itu bagaikan secangkir kopi, jika
kalian tidak bisa menikmatinya yang dirasa hanyalah pait)
3. "Aja milik barang kang
melok."
(Jangan tergiur barang yang berkilau)
4. "Manungsa mung ngunduh wohing
pakarti."
(Kehidupan manusia baik dan buruk adalah
akibat dari perbuatan manusia itu sendiri)
5. "Cekelana impenanmu, amarga yen
impen mati, urip iku kaya manuk sing swiwine rusak, mula ora bisa mabur."
(Berpegang teguh pada mimpi, karena jika
mimpi mati, hidup adalah burung bersayap yang rusak, itu tidak bisa terbang)
6. "Urip iku terus mlaku,
bebarengan karo wektu, sing bisa gawa lakumu, supaya apik nasibmu."
(Hidup itu terus berjalan, bersamaan
dengan waktu, yang bisa membawa tingkah lakumu, biar nasibmu baik)
7. "Aja dadi uwong sing rumangsa
bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter
rumangsa."
(Jangan jadi orang yang merasa bisa dan
merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa)
8."Nek wes onok sukurono, nek
durung teko entenono, nek wes lungo lalekno, nek ilang iklasno."
(Kalau sudah punya itu disyukuri, kalau
belum datang ya dinanti, kalau sudah ditinggal pergi lupakan, kalau hilang
ikhlaskan)
9. "Sak apik-apike wong yen awehi
pitulung kanthi cara dedemita."
(Sebaik-baiknya orang adalah yang
memberi pertolongan secara sembunyi-sembunyi)
10. Aja mbedakake marang
sapadha-padha."
(Hargai perbedaan, jangan
membeda-bedakan sesama manusia)
11. "Sabar iku ingaran mustikaning
laku."
(Bertingkah laku dengan mengedepankan
kesabaran itu ibaratkan sebuah hal yang sangat indah dalam sebuah kehidupan)
12. "Wong sabar rejekine jembar,
ngalah urip luwih berkah."
(Orang sabar rezekinya luas, mengalah
hidup lebih berkah)
13. "Sepi ing pamrih, rame ing
gawe, banter tan mblancangi, dhuwur tan nungkuli."
(Bekerja keras dan bersemangat tanpa
pamrih, cepat tanpa harus mendahului, tinggi tanpa harus melebihi)
14. "Ngeluruk tanpa bala, menang
tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bhanda."
(Berjuang tanpa membawa massa, menang
tanpa merendahkan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kaya tanpa didasari
harta)
15. "Nek wes niat kerjo iku ojo
golek perkoro, nek wes diniati golek rejeki iku ora usah golek rai."
(Kalau sudah niat bekerja itu jangan
cari perkara, kalau sudah diniati cari rezeki itu tidak usah cari muka)