KITAB SANGHYANG KAMAHAYANIKAN YANG BERUSIA LEBIH DARI 100 TAHUN
Judul : Sang Hyang Kamahayanikan (Oud-Javaansche Tekst mit Inleiding, Vertaling, en Aanteekeningen)
Penulis : J. Kats
Penerbit : 's-Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1910
Jumlah halaman : 211
Bahasa : Belanda dengan naskah asli berbahasa Kawi (Jawa Kuno)
Buku ini berisikan terjemahan dan penjelasan naskah Sanghyang Kamahayanikan ke dalam bahasa Belanda.
"Ehi watsa mahayanam mantracaryanayam widhim decayisyami te samyak bhajanas twam mahanaye......" (tanda diakritik tidak saya cantumkan).
Yang diterjemahkan :
"Dit heilige Mahayana zal door ons aan U onderwezen worden,........heet "de groote weg" van het ... dit nu zal door ons gewezen worden, onderwezen worden aan U,...." (halaman 71)
Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia :
"Mahayana yang suci ini akan kami ajarkan padamu...... yakni "Jalan Agung"... yang kini telah kami pahami, dan akan diajarkan padamu...."
Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya :
Karya Sastra Agama Buddha Tantrayana di Nusantara
Perkembangan sejarah yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari adanya pujangga-pujangga. Hasil dari para pujangga adalah karya tulis, lebih dikenal dengan karya sastra. Dalam sejarah perkembangan agama Buddha terdapat pula karya sastra yang berisikan ajaran Buddhisme. Karya sastra tersebut salah satunya ialah sang hyang kamanahayanikan. Maka dari itu, penulis akan membahas mengenai kitab sang hyang kamahayanikan.
Perkembangan Mazhab Tantrayana di Indonesia
Mazhab Tantrayana berkembang dengan pesatnya di Indonesia, terutama pada masa-masa kerajaan Mataram kuno, Singasari dan Majapahit. Perkembangan yang demikian pesatnya seiring dan sejalan dengan mazhab-mazhab lainnya, bahkan dengan agama Hindu yang juga banyak dianutnya pada masa-masa tersebut. Adanya karya sastra sebagai salah satu bukti mengenai perkembangan agama Buddha yang terjadi pada zaman dahulu.
Sang hyang Kamahayanikan
Sanghyang Kamahayanikan merupakan sebuah literature agama Buddha yang sangat erat hubungannya dengan agama Buddha mazhab Tantrayana di Indonesia. Kitab Sanghyang Kamahayanikan ini seluruhnya berisi 129 ayat. Bagi sebagian besar umat Buddha. Isi dari kitab tersebut masih merupakan suatu kendala untuk dimengerti dan berada di luar kemampuan pikiran mereka.
Inti Ajaran Sang Hyang Kamahayanikan
Sang hyang Kamahayanikan mengajarkan bagaimana seseorang mencapai ke Buddhaan, dimana seorang siswa pertama-tama melaksanakan paramita-paramita., kemudian dijelaskan paramughya dan mahaguhya. Mahaguhya adalah yoga, bhavana, empat aryasatyani dan paramita. Paramughya adalah perwujudan dari batara Wisesa yang disebut juga Paramasunya yang harus dialami oleh siwa untuk mencapa ke Buddhaan. Kitab Sang Hyang Kamahayanikan juga menjelaskan tentang falsafah advaya (non dualisme) yang mengatasi dualism ‘ada’ dan tidak ada.
Kesimpulan
Masa-masa keemasan mazhab Tantrayana terjadi terutama pada masa berkuasanya raja-raja dari wangsa Syailendra di kerajaan Mataram Purba. Hal itu terbukti dengan bangunan candi Borobudur dan candi-candi lainnya yang bernuansakan Buddha Dharma Tantrayana. Namun sangat disayangkan bahwa perkembangan Tantrayana mengalami masa surut setelah masa Raja Hayam Wuruk. Hal itu terjadi karena terputusnya garis silsilah dan tidak terdapat lagi acharya maupun guru yang mampu membimbing umat dengan baik, karya sastra yang merupakan bagian dari perkembangan agama Buddha dan ajarannya. Karya Sastra Sang Hyang Kamahayanikan berisikan tentang mencapai kebuddhaan. Dengan mempelajari karya sastra, diharapkan dapat menemukan keberadaan atau kedudukan agama Buddha di Nusantara pada masanya sehingga memacu untuk mengembangkan agama Buddha.
Sumber Referensi :
- Tim penyusun. 2003. Materi Kuliah Sejarah Perkembangan Agama Buddha. Jakarta: CV Dewi Kayana Abadi.
- By : Eka Damayani, Martidep, Widyaningsih
Imajiner Nuswantoro





