Amek banyu apikulan warih,
amek geni sarwi adedamar,
kodhok ngemuli elenge,
miwah kang banyu den kum,
myang dahana murub kabesmi,
bumi pinethak ingkang,
pawana katiyub,
tanggal pisan kapurnaman,
yen anenun senteg pisan anigasi,
kudha ngerap ing pandengan
Amek banyu apikulan warih,
amek geni sarwi adedamar,
kodhok ngemuli elenge,
miwah kang banyu den kum,
myang dahana murub kabesmi,
bumi pinethak ingkang,
pawana katiyub,
tanggal pisan kapurnaman,
yen anenun senteg pisan anigasi,
kudha ngerap ing pandengan
Aksara Jawanipun :
ꦄꦩꦺꦏ꧀ꦧꦚꦸꦄꦥꦶꦏꦸꦭꦤ꧀ꦮꦫꦶꦃ꧈
ꦄꦩꦺꦏ꧀ꦒꦼꦤꦶꦱꦂꦮꦶꦄꦣꦺꦣꦩꦂ꧈
ꦏꦺꦴꦣꦺꦴꦏ꧀ꦔꦼꦩꦸꦭꦶꦄꦼꦊꦔꦼ꧈
ꦩꦶꦮꦃꦏꦁꦧꦚꦸꦣꦺꦤ꧀ꦏꦸꦩ꧀
ꦩꦾꦁꦣꦲꦤꦩꦸꦫꦸꦧ꧀ꦏꦧꦺꦱ꧀ꦩꦶ꧈
ꦧꦸꦩꦶꦥꦶꦤꦺꦛꦏ꧀ꦆꦁꦏꦁ꧈
ꦥꦮꦤꦏꦠꦶꦪꦸꦧ꧀
ꦠꦁꦒꦭ꧀ꦥꦶꦱꦤ꧀ꦏꦥꦸꦂꦤꦩꦤ꧀
ꦪꦺꦤ꧀ꦄꦤꦺꦤꦸꦤ꧀ꦱꦼꦤ꧀ꦠꦼꦒ꧀ꦥꦶꦱꦤ꧀ꦄꦤꦶꦒꦱꦶ꧈
ꦏꦸꦣꦔꦼꦫꦥ꧀ꦆꦁꦥꦤ꧀ꦝꦺꦔꦤ꧀
Kajianipun :
Amek banyu apikulan warih (mengambil air mempergunakan pikulan yang terbuat dari air), amek geni sarwi adedamar (mengambil api dengan penerang pelita), kodhok ngemuli elenge (seekor katak meliputi lubangnya), miwah kang banyu den kum (dan juga air dikum di dalam air), myang dahana murub kabesmi (juga api yang sedang bernyala dinyalakan dengan api), bumi pinethak ingkang (tanah di masukkan ke dalam tanah), pawana katiyub (angin dihembus angin), tanggal pisan kapurnaman (tanggal satu telah diterangi bulan purnama), yen anenun senteg pisan anigasi (apabila sedang membuat kain tenun disempurnakan sekali), kudha ngerap ing pandengan (seekor kuda nampak melesat di pandangan mata).
Maknanipun :
- Bertemu dengan Tuhan itu maknanya adalah bertemunya dengan diri yang sejati, kenali diri maka kau akan bertemu dengan Tuhan. Tuhan tidak bisa dicari dengan apapun, karena Tuhan itu ADA dan jelas tidak punya sifat TIDAK ADA. Tuhan Maha Melihat. Bukan MAHA DILIHAT (pantas bila tidak bisa dilihat bukan ?).
- Langkah kedua yang sangat menentukan yaitu menantikan bimbingan Roh kita yang diciptakan sebagai percikan TUHAN, yang di dalam kidhung tersebut di atas diungkapkan dengan kata-kata "amek banyu apikulan warih, amek geni sarwi adedamar" setelah Roh kita berkenan membimbing jiwa raga kita untuk bersujud kepada TUHAN, Roh kita akan meliputi diri dan kesadaran kita sepenuhnya, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "kodhok ngemuli elenge" ketika Roh kita meliputi seluruh diri dan kesadaran kita, sirnalah semua sifat-sifat kita yang rendah, yang jahat, yang buruk, kita tidak takut lagi menghadapi segala kesulitan hidup, tidak khawatir lagi menghadapi segala kesulitan hidup, yang di dalam kidhung tersebut di atad diungkapkan dengan kata-kata "miwah kang banyu den kum, myang dahana murub kabesmi" hati, jiwa kita, menjadi sentosa, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "bumi pinethak", maka sirnalah sifat pembohong, penipu, dari dalam hati, jiwa, kita, kita menjadi jujur, yang di dalam kidhung tersebut diungkapkan dengan kata-kata "ingkang pawana katiyub" pada titik itulah hati kita, jiwa kita, diperkenankan menyaksikan kesempurnaan ngelmu yang diberikan TUHAN, yang di dalam kidhung itu diungkapkan dengan kata-kata "tanggal pisan kapurnaman" dan hati kita, jiwa kita, diperkenankan menyaksikan bahwa kita telah dilepaskan, dibebaskan, dari segala macam kelekatan hati kita, jiwa kita lepas bebas melesat di kebebasan alam semesta, nampaklah seekor kuda melesat bebas, "kudha ngerap ing pandengan"
Imajiner Nuswantoro