MAHKLUK PENGHUNI BUMI SEBELUM NABI ADAM AS
(VERSI AL QUR'AN & HADIST)
Bumi tempat kita berpijak usianya sudah milion tahun. Sebelum akhirnya diduduki manusia pertama yakni Adam, bumi menurut ahli tafsir sudah dihuni oleh beberapa makhluk sebelum Adam.
Berkenaan dengan penciptaan Adam, kebanyakkan ulama Islam percaya bahawa Adam dan Hawa telah dicipta dengan lengkap di Surga. Mereka kemudiannya dihantar ke bumi setelah memakan buah yang terlarang. Keturunan mereka mengisi populasi bumi dan bermulalah sejarah manusia.
Manurut ahli tafsir pada saat bumi berumur lapan ribu tahun, keadaanya masih kosong.Di sini sudah terdapat banyak biji sawi putih. Kemudian Allah SWT menciptakan seekor unggas yang bernama Tabirunnasar.
Allah SWT berfirman kepada-Nya : Hai unggas tabirunnasar, makanlah olehmu biji sawi itu. Apabila habis biji sawi itu, engkau akan kumatikan.
Sang unggas pun memakan biji-bijian itu. Namun, cara memakannya diatur: pertama, sehari satu biji yang dimakan. Setelah semakin berkurang, maka kini dimakannya hanya satu biji sebulan. Biji sawi itu semakin berkurang saja.
Oleh kerana begitu takutnya terhadap kematian, maka sang unggas hanya memakan satu biji dalam setahun. Namun, akhirnya habislah biji-biji sawi itu. Tabirunnasar pun akhirnya mati.
Setelah kematian tersebut, Allah SWT menciptakan makhluk lain sebagai penghuni bumi, iaitu tujuh puluh orang lelaki.
Namun tidak semuanya diciptakan sekaligus, melainkan satu persatu Allah SWT menciptakannya. Apabila seorang meninggal, maka diciptakan yang lain.
Masing-masing dari mereka berumur 70.000 tahun. Konon, setahun pada masa itu sama dengan seribu tahun pada masa sekarang. Apabila telah mati tujuh puluh lelaki itu, kemudian Allah ciptakan Jin.
Allah berfirman " Dia menciptakan jin dari nyala api." (Q.S. 55 : 1)
Sebagian dari jin-jin itu ada yang berkaki empat,berkaki dua, dan ada yang terbang. Kemudian Allah SWT mengutus salah seorang di antara mereka yang bernama Yusuf untuk memberikan pengajaran ilmu dan syariat agama.
Namun, jin-jin itu banyak yang mendustakan ajaran-ajaran tersebut yang menyebabkan Allah SWT mematikan semuanya. Penghuni bumi berikutnya adalah suatu makhluk yang berpasangan. Rupanya seperti binatang. Keluar dari dalam neraka.
Binatang itu pun beranak, dan anaknya dinamakan dengan AZAZIL. Setelah cukup besar, Azazil mulai melakukan peribadatan kepada Allah SWT seribu tahun lamanya. Setelah itu, Allah SWT mengangkatnya ke langit pertama.
Selama seribu tahun, di sini pun ia tekun beribadah. Allah SWT menganugerahkannya sayap yang terbuat dari manikan yang hijau. Dengan izin-Nya maka terbanglah ia ke langit kedua.
Seribu tahun lamanya pula ia beribadah. Demikianlah, pada tiap-tiap lapisan langit ia beribadah selama seribu tahun lamanya, hingga ke lapisan langit ketujuh.
Sementara itu, di bumi saat itu sudah ada penghuni lainnya, iaitu dari bangsa jin yang bernama JANNA. 70000 tahun lamanya hingga lahir anak cucunya. Kata ahli tafsir yang lain, lapan belas ribu tahun mendiami bumi yang kemudian menjadi sombong dan kufur.
Allah SWT pun mematikan Janna. Sebagai gantinya adalah yang bernama BANUNAL JANNA. Ia mendiami bumi selama lapan belas ribu tahun lamanya. Ia juga dimatikan oleh Allah SWT.
Sementara itu, di atas langit sana, Azazil bersama para Malaikat masih khusyuk beribadah. Azazil menjadi penghulu para malaikat selama tujuh ribu tahun lamanya dalam beribadah. Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT, katanya :
Ya tuhanku, tujuh ribu tahun hamba-Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu, hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam,berbuat kebaikan kepada-Mu.
Pergilah engkau ! tegas Allah SWT.
Turunlah Azazil atau iblis itu bersama tujuh ratus Malaikat pengiringnya ke langit keenam. Setelah merasa cukup, ia pun memohon izin lagi kepada Allah SWT agar diturunkan ke langit kelima. Di langit kelima pun ia memohon diturunkan ke langit yang di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga sampai mereka di langit dunia.
Di langit dunia, Azazil atau iblis mengajukan suatu permohonan pula: Ya Tuhanku, hambamu hendak memohon turun ke bumi dengan para malaikat. Bahawasanya hamba-Mu hendak beribadah kepadamu di bumi itu.
Ya Tuhanku, betapa Bananul Janna telah banyak berbuat kerosakan di muka bumi. Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka bumi itu.
Allah SWT pun mengabulkan permohonan Azazil itu. Diturunkanlah ia bersama tujuh ratus Malaikat yang mengiringnya untuk beribadah di muka bumi, setelah sebelumnya Banunal Janna dimatikan kerana banyak berbuat kerosakan.
Setelah lapan ribu tahun lamanya beribadah, Iblis mencuba mengemukakan ungkapan hatinya bahwa di muka bumi inilah ia begitu serasi dan selesa, dan tidak ada tempat lain yang membuatnya demikian serasi.
Dan memohon agar selamanya ia berada di muka bumi untuk berbakti kepada Allah SWT. Sampai pada satu waktu, Allah SWT berkehendak menurunkan suatu keterangan kepada Azazil.
Firmannya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.(Q.S. 2: 30).
Mendengar firman tersebut, Iblis menjadi berduka, disebabkan dengkinya. Mereka (para Malaikat) pun bertanya kepada Allah SWT mengenai siapa yang akan menjadi khalifah itu.
Adam namanya, jawab Allah SWT. Mereka berkata ,Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerosakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.
Allah SWT berfirman : Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui.(Q.S. 2 :30)
PENGHUNI BUMI SEBELUM ADAM (1)
Tabirunnasar bukanlah makhluk pertama yang diciptakan di bumi sebelum Nabi Adam, melainkan makhluk yang diciptakan sebelum jin. Dalam keyakinan tertentu, ada yang meyakini bahwa sebelum Adam, Allah menciptakan makhluk-makhluk lain seperti Al-Hin, Al-Bin, dan Al-Jin. Tabirunnasar disebutkan dalam beberapa cerita sebagai salah satu makhluk yang ditemui Iblis saat ia pertama kali turun ke bumi.
Keterangan :
1. Al-Hin, Al-Bin, dan Jin.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa sebelum Adam, ada makhluk-makhluk seperti Al-Hin dan Al-Bin yang mendiami bumi, kemudian disusul oleh Jin.
2. Tabirunnasar.
Dalam cerita yang beredar, Tabirunnasar digambarkan sebagai unggas yang diberi makan biji sawi oleh Allah, dan akan dimatikan setelah biji sawi habis.
3. Konsep Nur Muhammad.
Beberapa kelompok juga memiliki keyakinan tentang Nur Muhammad sebagai makhluk pertama yang diciptakan Allah, tetapi ini adalah konsep yang berbeda dari Tabirunnasar.
4. Penting untuk dicatat :
Keterangan tentang Tabirunnasar dan makhluk-makhluk sebelum Adam ini lebih banyak terdapat dalam cerita-cerita atau mitos yang berkembang, dan mungkin tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Quran atau hadis yang sahih, menurut sumber tertentu.
Ada perbedaan pendapat dan interpretasi tentang siapa sebenarnya makhluk pertama yang diciptakan Allah dan bagaimana urutan penciptaan makhluk-makhluk tersebut, menurut beberapa sumber.
Bumi yang kita pijak saat ini usianya sudah miliaran tahun sebelum akhirnya dihuni oleh manusia pertama yakni Nabi Adam alaihissalam, bumi menurut ahli tafsir sudah ditinggali oleh beberapa makhluk-makhluk.
Apakah itu ?
Berikut ini telah metal detektor Batu Bara rangkum dari berbagai sumber
Mari kita simak videonya mengenai penciptaan Adam mayoritas ulama Islam Dan dunia percaya bahwa Adam dan Hawa telah diciptakan di surga yang kemudian dipaksa ke bumi setelah mereka memakan buah yang terlarang (khuldi) akhirnya keturunan Mereka pun mengisi populasi bumi dan memulai sejarah kehidupan manusia menurut para ahli pada saat bumi berumur 8000 tahun keadaan masih kosong di sini sudah terdapat banyak biji sawi putih udah kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan seekor unggas yang bernama Tak Biru Nassar Allah subhanahu wa ta'ala berfirman kepadanya Hai unggas tabirunnasar Makanlah olehmu biji sawi itu apabila habis biji sawi itu engkau akan ku matikan, sang unggas pun memakan biji-bijian itu namun cara pemakaiannya diatur pertama sehari satu biji yang dimakan Setelah semakin berkurang maka ke ini di makanya hanya satu biji sebulan biji sawi itu semakin berkurang saja saking takutnya terhadap kematian sang unggas hanya memakan satu biji dalam setahun namun akhirnya habislah biji biji sawi itu tabirunnasar pun akhirnya mati setelah kematian tersebut Allah Subhanahu Wa Ta'ala Menciptakan makhluk lain sebagai penghuni bumi yaitu 70 orang laki-laki namun tidak semuanya langsung di akan melainkan satu persatu Allah subhanahuwata'ala menciptakannya apabila seorang yang meninggal maka langsung diciptakan yang lain masing-masing dari mereka berumur 70.000 tahun konon setahun Pada masa itu sama dengan 1000 tahun Pada masa sekarang tatkala telah mati 70 lelaki itu kemudian Allah menciptakan jin Allah berfirman Dan dia menciptakan jin dari nyala api sebagian dari jin-jin itu ada yang berkaki empat berkaki dua dan ada yang terbang kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengutus salah satu seorang diantara mereka yang bernama Yusuf untuk memberikan pengajaran ilmu dan Syariat agama namun jin-jin itu banyak yang mendustakan ajaran-ajaran tersebut dan akhirnya Allah subhana wa taala pun mematikan mereka Hai bangun penghuni bumi berikutnya adalah suatu makhluk yang berpasangan rupanya seperti binatang dan keluar dari dalam neraka binatang itupun beranak dan anaknya dinamakan dengan azazil setelah cukup besar azazil mulai melakukan peribadatan kepada Allah subhanahuwata'ala selama 1000 tahun setelah itu Allah subhanahuwata'ala mengangkatnya ke langit pertama selama 1000 tahun disini pun ia tekun beribadah Allah Subhanahu Wa Ta'ala menganugerahkan sayap yang terbuat dari mandikan berwarna hijau dengan izinnya maka Terbanglah ia ke langit kedua 1000 Tahun Lamanya pula ia beribadah demikianlah pada tiap-tiap lapisan langit ia beribadah selama 1000 Tahun Lamanya hingga ke lapisan langit ketujuh Sementara itu di bumi saat itu sudah ada penghuni lainnya yang saudari bangsa jin bernama Jana hidup hingga 70.000 Tahun Lamanya hingga lahir anak cucunya Kata ahli tafsir yang lain 18000 tahun mereka mendiami bumi kemudian mereka menjadi sombong dan kufur akhirnya Allah subhanahuwata'ala penuh mati kancana sebagai gantinya adalah banunal Jana ia mendiami Bumi selama 18000 tahun lamanya hingga akhirnya ia juga dimatikan oleh Allah subhanahuwata'ala Sementara itu di atas langit sana azazil bersama para malaikat masih khusyuk beribadah azazil menjadi penghulu para malaikat selama 2000 tahun lamanya dalam beribadah hingga pada satu waktu azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah subhanahuwata'ala katanya ya Tuhanku 7000 tahun hambamu ini berbuat kebaikan padamu dalam tujuh lapis langit ini mohon jikalau dianugerahkan oleh Mu hamba memohon hendak turun ke bawah ke langit keenam berbuat baik kepadamu pergilah engkau tegas Allah Subhanahu Wa Ta'ala maka turunlah azazil atau iblis itu bersama 700 malaikat pengiringnya ke langit keenam setelah merasa cukup iapun mohon izin lagi kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar diturunkan ke langit kelima di langit kelima pun yang memohon diturunkan ke langit yang dibawahnya dan demikian seterusnya hingga sampai mereka di langit dunia di langit dunia azazil atau iblis mengajukan suatu permohonan pula ya Tuhanku hambaMu hendak memohon turun ke bumi dengan para malaikat bahwasanya hambaMu hendak beribadah kepadamu di bumi itu ya Tuhanku betapa banunal Jana telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi Hai anugerahkanlah atas hambamu ini bersama para malaikat berbuat kebaikan kehadiratmu dimuka bumi itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala pun mengabulkan permohonan azazil itu diturunkan lah ia bersama 700 malaikat yang mengiringinya untuk beribadah di muka bumi setelah sebelumnya baru Nurjanah dimatikan karena banyak berbuat kerusakan setelah 8000 Tahun Lamanya beribadah iblis mencoba mengemukakan ungkapan hatinya bahwa dimuka bumi inilah ia begitu betah dan tidak ada tempat lain yang membuat yang pernah seperti ini akhirnya iblis memohon agar selamanya ia berada di muka bumi untuk berbakti kepada Allah subhanahuwata'ala sampai pada satu waktu Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkehendak menurunkan suatu keterangan kepada azazil kirimannya ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat Sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi dulu mendengar firman Allah tersebut iblis menjadi berduka karena perasaan dengkinya mereka para malaikat pun bertanya kepada Allah subhanahuwata'ala mengenai siapa yang akan menjadi khalifah itu Adam namanya jawab Allah subhanahuwata'ala mereka pun berkata Mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya Padahal kami senantiasa Bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau Allah subhanahu wa ta'ala berfirman Sesungguhnya aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui itulah sekelumit kisah tentang makhluk pertama di bumi sebelum Nabi Adam yang kami peroleh dari berbagai sumber semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
PENGHUNI ALAM DUNIA SEBELUM NABI ADAM AS (2)
“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang
penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?.” (QS. Al-Sajadah: 4)
Proses penciptaan dan bagaimana penciptaan itu terjadi adalah rahasia yang terkunci rapat. Hanya Allah semata yang mengetahuinya.
Bumi sering disebut sebagai planet kehidupan. Penyebutan ini bukan tanpa sebab, karena faktanya memang di bumilah hidup berbagai makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan juga manusia. Dalam sistem tata surya, bumi adalah termasuk planet ketiga, dan meskipun tidak dapat diketahui secara pasti, usia bumi diperkirakan 4,6 miliar tahun.
Sebelum penciptaan manusia, Jin diciptakan terlebih dahulu untuk memulai kehidupanya, dalam surat Al Hijr ayat : 26 – 27“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al Hijr: 26-27).
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al Hijr: 26-27).
Didalam hadis disebutkan dari „Aisyah, ia berkata, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
“Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari nyala api.
Adam diciptakan dari apa yang telah ada pada kalian.” (HR. Muslim no. 2996).18
Dari sekian banyak kisah dalam al-Qur‟an, penyusun ingin menuangkan kisah Khalifah di Bumi Sebelum Nabi Adam as. Yang berkaitan pada surat Al-Baqoroh ayat : 30
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat :
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih.
Dari segi bahasa, makna Jin telah dijelaskan sebelum ini. Para pakar berbeda pendapat tentang maksud kata Jan. pakar bahasa arab, al-Jauhari menyatakan bahwa jan sama dengan Jin. Hanya saja, kata Jinn adalah bentuk jamak dari kata Jinny yang berbentuk tunggal, sedangkan Jann adalah isim jama’ atau kata yang digunakan untuk menunjuk sekelompok Jinni. Al Qur'an menyebutkan kata, Jan sebanyak tujuh kali, antara lain : “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan kami telah menciptakan jann sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al-Hijr : 26-27).
Dalam QS. Ar-Rahman: 15 dinyatakan : “Dia (Allah) yang menciptakan jan dari nyala api”. 30
Demikian dengan gamblang al-Qur‟an menjelaskan unsur kejadian Jin dan perbedaannya dengan unsur kejadian manusia. Hadist nabi saw pun menginfromasikan hal yang sama.
Kendati demikian, sejak dahulu ada saja yang menolak pengertian penciptaan jin dari api, sebagaimana bunyi teks al-Qur‟an dan hadits-hadits di atas. Kalau jin diciptakan dari api, tentu tidak tersiksa bila dimasukkan ke api neraka. Demikian antara lain dalih mereka. Dalih ini terlalu rapuh dan amat mudah ditampik karena yang dimaksud dengan penciptaannya dari api adalah asal atau bahan dasar penciptaannya, bukan wujudnya saat ini. Sama halnya dengan Adam (manusia) yang asal penciptaannya dari tanah. Manusia kini tidak lagi dapat dipersembahkan dengan tanah. Karena itu, tidak pada tempatnya berdalih atau bertanya “apakah jin yang tercipta dari api itu akan merasa perih dan sakit dimasukkan ke api neraka?” pertanyaan ini tidak pada tempatnya karena, jika demikian, kita manusia tidak akan merasa sakit bila dilempar dengan gumpalan tanah yang keras. Suatu hal yang bertentangan dengan kenyataan.
Kata alkhilafah berasal dari akar kata Khalfun yang arti asalnya “Belakang” atau lawan kata “Depan”.
Kata khalfun mempunyai makna “generasi pengganti yang berprilaku buruk”, sedangkan kata khulafa’ (bentuk jamak mudzakar maknawi dari kata khalifah) kemudian al khalaif (bentuk jamak lafdzi dari kata khalifah), yang berarti kaum yang datang untuk menggantikan kaum yang lain dalam menempati dan menguasai bumi.
Keseluruhan kata tersebut berakar dari kata khulafa’ yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari sini, kata Khalifah seringkali diartikan sebagai “pengganti” (karena yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang digantikannya).
Dengan latar belakang diatas penyusun hendak menguak sosok siapakah yang dimaksud oleh malaikat yang telah membuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah sebelum Adam diciptakan, dengan menggunakan metode Tafsir tematik.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat :
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman :
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah : 44.
Terangkanlah Wahai Nabi Muhammad ketika tuhanmu berkata ke pada para malaikat : wahai para malaikat, aku hendak menjadikan kholifah. Maksudnya pengganti di bumi mengatur dan menata apa yang akan aku ciptakan di bumi. Yang dimaksud khalifah yaitu Adam.
Menurut Imam Baghowi khalifah disini yaitu Adam, dia menamainya karena dia mengganti bangsa jin yakni dia datang setelahnya, dan ada pendapat digantikan selainnya. Dan pendapat yang betul adalah bahwa dia khalifah Allah di buminya untuk menegakkan hukum-hukum Allah dan meneruskan atau melaksanakan wasiatnya.
Syaikh Al-Maraghi berkata bahwa Surat Al-Baqarah : 30 tersebut di atas yaitu ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang penciptaan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi termasuk ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang samar artinya. Dalam ayat tersebut digambarkan ada dialog yang digambarkan dalam bentuk tanya jawab antara Allah dan malaikat. Dialog tersebut sulit dipahami bagaimana hakikatnya. Para ulama berbeda pendapat mengenai ayat tersebut.
Pendapat mutaqaddimin (para ulama pada zaman dahulu), mereka bersikap tafwidh kepada Allah, yakni menyerahkan segala urusan yang berkaitan dengan apa yang dimaksud dengan firmanNya kepada Allah. Dengan kata lain mereka mengatakan bahwa bagaimana terjadinya dialog antara Allah dengan malaikat, hanyalah Allah yang mengetahui. Kita hanya dapat memahami maksud ayat tersebut secara ijmali, yaitu menjelaskan tentang keistimewaan manusia dan kedudukannya sebagai Khalifah Allah di muka bumi.
Pendapat muta‟akhhirin, yaitu mereka berkata bahwa dialog antara Allah dan para malaikat, yang digambarkanbdalam ayat tersebut di atas dalam bentuk tanya jawab, sesungguhnya merupakan kisah perumpamaan. Dengan perumpamaan tersebut dimaksud untuk memberikan pemahaman tentang penciptaan manusia dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepadanya. Manusia adalah makhluk yang diberi oleh Allah daya berfikir dan kebebasan berkehendak yang oleh karenanya, seperti diindikasi oleh para malaikat, manusia cenderung berbuat kerusakan di muka bumi. Maka Allah SWT memberikan kepada manusia ilmu pengetahuan, dengan pengetahuan yang dianugerahkan Allah itu manusia dapat mengemban amanat Allah sebagai khalifahNya di muka bumi. Demikian Syaikh Al-Maraghi menjelaskan di dalam Tafsirnya.
Karena khalifah yang dimaksud disini adalah Nabi Adam as, maka para malaikat mengajukan suatu pertanyaan kepada tuhan, Para malaikat bertanya, “ Bagaimana Tuahnku ! engkau hendak menciptakan kholifah di bumi, orang yang nantinya hidup di bumi pasti membuat kerusakan dengan bermacam-macam maksiat dan pasti saling membunuh di bumi, sedangkan kita semua sama-sama bertasbih serta memuji-muji engkau , kita tetap meyakini kesucian engkau dari sifat yang tidak pantas untuk engkau. Semua yang telah engkau kehendaki pasti benar dan bagus.
Allah berkata : wahai malaikat ! aku mengetahui apa yang kalian semua tidak ketahui. Kalian semua tidak mengerti apa yang menjadi bagusnya bumi beserta dengan yang dibawa kholifah Adam dan keturunannya, besok pada kalangan keturunan Adam, ada orang yang Taat dan ada yang maksiat, yang taat akan aku beri pahala masuk surga, dan yang maksiat akan aku masukkan neraka. Jadi sifat adilku akan jelas pada kalangan anak Adam. Kemudian para malaikat tidak berani berbicara, namun hatinya berkata: dari pemahaman kami, allah tidak menciptakan makhluk yang lebih mulya dan lebih alim daripada kita, kita lebih dahulu ada, kita mengetahui apa yang belum diketahui oleh Adam AS.
Manusia telah dicap jelek oleh para malaikat karena keterbatasan pengetahuna malaikat tentang bagaimana sosok manusia yang sesungguhnya dalam segi sifat dan prilaku, sempat ketika manusia diciptakan terjadi suatu keraguan dalam hati para malaikat, tapi allah swt lebih mengetahui bahwa manusia tidak hanya akan membuat kerusakan melainkan juga bisa berbuat kebaikan yang nantinya menimbulkan suatu hikmah dalam kehidupan manusia. Manusia merupakan makhluk yang unik, ia tidak hanya bisa melakukan kerusakan tapi juga bisa melakukan kebaikan untuk menjalankan cperintah tuhan, dan bahkan bisa dikatakan bahwa prilaku atau perbuatan manusia berada di tengah tengah antara iblis dan malaikat. Manusia bisa melakukan kesalahan tapi juga manusia bisa melakukan kebaikan.
Kemudian Allah SWT menciptakan Adam dari semua macam tanah bumi dan diaduk dengan air yang berbeda-beda dan disempurnakan bentuknya hingga ditiup ruh. Sehingga menjadi makhluk yang mempunyai panca indra (pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan pembau, dan indra peraba) setelah membuat benda yang keras, benda yang tidak bisa bergerak.
Penjelasan : oleh karena itu para malaikat mengutarakan hal tersebut, sebab pada tahu bahwasanya keturunan Adam di bumi pasti saling membunuh dan maksiat. Karena adanya kholifah itu pasti berguna untuk menata kebaikan dan meninggalkan kerusakan sebagaimana bisanya penduduk bumi meninggalkan melakukan kerusakan sebab maksiat dan saling membunuh. Seperti kejadian yang ada pada golongan Banul Jan maksudnya anak turun Jin, sebab sebelum Adam menempati Bumi, di bumi sudah ada penduduk bangsa Jin, ketika saling maksiat dan membunuh, sebab ada syahwat pada kepribadiannya. Allah swt mengutus malaikat untuk mengusir bangsa jin, dan mereka harus menempati pulau-pulau yang sempit-sempit dan pegunungan. Jadi menurut Tafsir ulama, para malaikat berkata itu karena mengetahui kejadian yang sudah berlalu, namun di tafsir Abu su‟ud diterangkan : para malaikat bertanya : wahai tuhanku ! Bagaimana sifat dan perilaku kholifah itu ?
Allah SWT berfirman: Kholifah itu akan mempunyai keturunan yang akan membuat kerusakan di bumi, satu dengan yang lainnya saling dengki-dengkian, dan saling membunuh.
Tabirunnasar, Makhluk Pertama di Bumi Sebelum Nabi Adam
Menurut sumber yang lain: Pada saat bumi berumur delapan ribu tahun, keadaanya masih kosong. Di sini sudah terdapat banyak biji sawi putih dan kemudian Allah SWT menciptakan seekor unggas yang bernama Tabirunnasar.
Dikisahkan hadist kepada-Nya : Hai unggas tabirunnasar, makanlah olehmu biji sawi itu. Apabila habis biji sawi itu, engkau akan kumatikan.
Sang unggas pun memakan biji-bijian itu. Namun, cara memakannya diatur. Pertama, sehari satu biji yang dimakan. Setelah semakin berkurang, maka kini dimakannya hanya satu biji sebulan. Biji sawi itu semakin berkurang saja.
Saking takutnya terhadap kematian, sang unggas hanya memakan satu biji dalam setahun. Namun, akhirnya habislah biji-biji sawi itu. Tabirunnasar pun akhirnya mati.
Setelah kematian tersebut, Allah SWT menciptakan makhluk lain sebagai penghuni bumi, yaitu tujuh puluh orang laki-laki. Namun tidak semuanya langsung diciptakan, melainkan satu persatu Allah SWT menciptakannya. Apabila seorang yang meninggal, maka langsung diciptakan yang lain.
Masing-masing dari mereka berumur 70.000 tahun. Konon, setahun pada masa itu sama dengan seribu tahun pada masa sekarang. Tatkala telah mati tujuh puluh lelaki itu, kemudian Allah ciptakan jin.
Allah berfirman :Dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (Q.S. 55 : 1)
Sebagian dari jin-jin itu ada yang berkaki empat, berkaki dua, dan ada yang terbang. Kemudian Allah SWT mengutus salah satu seorang di antara mereka yang bernama Yusuf untuk memberikan pengajaran ilmu dan syariat agama.
Namun, jin-jin itu banyak yang mendustakan ajaran-ajaran tersebut dan akhirnya Allah SWT pun mematikan semuanya. Penghuni bumi berikutnya adalah suatu makhluk yang berpasangan. Rupanya seperti binatang dan keluar dari dalam neraka.
Binatang itu pun beranak dan anaknya dinamakan dengan Azazil. Setelah cukup besar, Azazil mulai melakukan peribadatan kepada Allah SWT selama seribu tahun. Setelah itu, Allah SWT mengangkatnya ke langit pertama.
Selama seribu tahun, di sini pun ia tekun beribadah. Allah SWT menganugerahkannya sayap yang terbuat dari manikan berwarna hijau. Dengan izin-Nya maka terbanglah ia ke langit kedua.
Seribu tahun lamanya pula ia beribadah. Demikianlah, pada tiap-tiap lapisan langit ia beribadah selama seribu tahun lamanya hingga ke lapisan langit ketujuh.
Sementara itu, di bumi saat itu sudah ada penghuni lainnya yang berasal dari bangsa jin bernama Janna. Hidup hingga 70.000 tahun lamanya hingga lahir anak cucunya. Kata ahli tafsir yang lain, delapan belas ribu tahun mereka mendiami bumi, kemudian mereka menjadi sombong dan kufur.
Allah SWT pun mematikan janna. Sebagai gantinya adalah Bannul Janna. Ia mendiami bumi selama delapan belas ribu tahun lamanya hingga akhirnya ia juga dimatikan oleh Allah SWT.
Sementara itu, di atas langit sana, Azazil bersama para Malaikat masih khusyuk beribadah. Azazil menjadi penghulu para malaikat selama tujuh ribu tahun lamanya dalam beribadah. Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT, katanya :
“Ya tuhanku, tujuh ribu tahun hamba-Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu, hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam, berbuat kebaikan kepada-Mu.”
“Pergilah engkau !” tegas Allah SWT.
Turunlah Azazil atau iblis itu bersama tujuh ratus malaikat pengiringnya ke langit keenam. Setelah merasa cukup, ia pun memohon izin lagi kepada Allah SWT agar diturunkan ke langit kelima. Di langit kelima pun ia memohon diturunkan ke langit yang di bawahnya dan demikian seterusnya hingga sampai mereka di langit dunia.
Di langit dunia, Azazil atau iblis mengajukan suatu permohonan pula: “Ya Tuhanku, hambamu hendak memohon turun ke bumi dengan para malaikat. Bahwasanya hamba-Mu hendak beribadah kepadamu di bumi itu.”
“Ya Tuhanku, betapa Bananul Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka bumi itu.”
Allah SWT pun mengabulkan permohonan Azazil itu. Diturunkanlah ia bersama tujuh ratus Malaikat yang mengiringnya untuk beribadah di muka bumi, setelah sebelumnya Banunal Janna dimatikan karena banyak berbuat kerusakan.
Setelah delapan ribu tahun lamanya beribadah, iblis mencoba mengemukakan ungkapan hatinya bahwa di muka bumi inilah ia begitu betah dan tidak ada tempat lain yang membuatnya betah seperti ini.
Akhirnya iblis memohon agar selamanya ia berada di muka bumi untuk berbakti kepada Allah SWT. Sampai pada satu waktu, Allah SWT berkehendak menurunkan suatu keterangan kepada Azazil.
Firmannya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.”(Q.S. 2: 30).
Mendengar firman tersebut, iblis menjadi berduka karena perasaan dengkinya. Mereka (para Malaikat ) pun bertanya kepada Allah SWT mengenai siapa yang akan menjadi khalifah itu.
“Adam namanya,” jawab Allah SWT. Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.”
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui.” (Q.S. 2 :30)
Nabi Adam as menerima wahyu dari allah swt yang berisi melarang makan bangkai darah dan daging celeng. Usia nabi Adam ada 930 tahun, menurut riwayat dari Wahab Bin Munabbah umur nabi Adam ada 1000 tahun.
Nabi Adam adalah nabi pertama yang diutus Allah SWT. Pada tafsir Qurtubi diterangkan : Adam diutus Dakwah kepada para putra dan putrinya. Putranya ada 40 yang lahir pada 20 hamilan. Setiap ibu hawa‟ hamil, melahirkan putra dua, laki-laki dan wanita. Putra-putra ini menurunkan keturunan banyak.
Penafsiran lain mengatakan : kata kholifah ini mengandung arti apabila ada di bumi ini sebelum Adam sudah ada penduduknya berwujud manusia tapi musnah. Sebab saling membunuh. Dan makhluk baru yang diceritakan oleh malaikat cikal bakal kholifah ini akan menjadi kholifah maksudnya akan menjadi ganti makhluk penduudk bumi yang sudah musnah itu.
Dalam kitab alyawakit wal jawahir diriwayatkan dari syaikh Muhyiddin ibnu arobi beliau mengatakan: pada saat antara tidur dan terjaga aku melihat menurutku aku ini thowaf di ka‟bah bersama-sama orang banyak yang tidak yang aku kenal, orang-orang itu mengucapkan syi‟iran 2 bait yang satunya aku hafal dan yang satunya aku lupa.
Begini syi‟irnya :
Ilaqod tufnaa kamaa thuftum siniinaa bihaadzal baithi thurron ajma’iinaa
Artinya :
“ kita semua benar-benar telah towaf beberapa tahun ada di baitullah ini, seperti halnya kalian thowaf itu.”
Seperti beginilah yang dialami syekh muhyiddin ibnu arobi. Beliau berkata : kemudian aku ingat hadis yang diceritakan dari ibnu Abbas dari Rasulullah SAW beliau berkata : Innallaha ta’ala kholaqo miataiy alfi Adam.
Artinya : allah swt itu menciptakan 200.000 Adam.
Tafsir ibnu katsir :
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (Al-Baqarah: 30).
Yakni suatu kaum yang sebagiannya menggantikan sebagian yang lain silih berganti, abad demi abad, dan generasi demi generasi, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya, surat Al-an‟am ayat 168
Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi. (Al An’am : 168).
Dan yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi. (An Naml: 62)
Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai ganti kalian di muka bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun. Az-Zukhruf: 60)
Maka datanglah sesudah mereka generasi lain. (Al-A’raf: 169)
Al-Qurtubi menukil dari Zaid ibnu Ali, yang dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini bukanlah Nabi Adam as saja seperti yang dikatakan oleh sejumlah ahli tafsir. Al-Qurtubi menisbatkan pendapat ini kepada Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan semua ahli takwil. Akan tetapi, apa yang dikatakan oleh Al-Qurtubi ini masih perlu dipertimbangkan. Bahkan perselisihan dalam masalah ini banyak, menurut riwayat Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, juga oleh yang lainnya.
Pengertian lahiriah Nabi Adam as saat itu masih belum kelihatan di alam wujud. Karena jikalau sudah ada, berarti ucapan para malaikat yang disitir oleh firman-Nya dinilai kurang sesuai. yaitu: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah ? (Al-Baqarah: 30).
Karena sesungguhnya mereka (para malaikat) bermaksud bahwa di antara jenis makhluk ini ada orang-orang yang melakukan hal tersebut, seakan-akan mereka mengetahui hal tersebut melalui ilmu yang khusus, atau melalui apa yang mereka pahami dari watak manusia. Karena Allah Swt memberitahukan kepada mereka bahwa Dia akan menciptakan jenis makhluk ini dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam. Atau mereka berpemahaman bahwa yang dimaksud dengan khalifah ialah orang yang melerai persengketaan di antara manusia, yaitu memutuskan hukum terhadap apa yang terjadi di kalangan mereka menyangkut perkara-perkara penganiayaan, dan melarang mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan serta dosa-dosa.
Atau para malaikat mengkiaskan manusia dengan makhluk sebelumnya, sebagaimana yang akan kami kemukakan dalam berbagai pendapat ulama tafsir.
Ucapan para malaikat ini bukan dimaksudkan menentang atau memprotes Allah, bukan pula karena dorongan dengki terhadap manusia, sebagaimana yang diduga oleh sebagian ulama tafsir. Sesungguhnya Allah SWT menyifati para malaikat; mereka tidak pernah mendahului firman Allah SWT yakni tidak pernah menanyakan sesuatu kepada-Nya yang tidak diizinkan bagi mereka mengemukakannya.
Dalam ayat ini (dinyatakan bahwa) ketika Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahwa Dia akan menciptakan dibumi suatu makhluk menurut Qatadah, para malaikat telah mengetahui sebelumnya bahwa makhluk-makhluk tersebut gemar menimbulkan kerusakan padanya (di bumi). Maka mereka mengatakan :
Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah ? (Al-Baqarah: 30)
Sesungguhnya kalimat ini merupakan pertanyaan meminta informasi dan pengetahuan tentang hikmah yang terkandung di dalam penciptaan itu.
Mereka mengatakan, “Wahai Tuhan kami, apakah hikmah yang terkandung dalam penciptaan mereka, padahal di antara mereka ada orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi dan mengalirkan darah? Jikalau yang dimaksudkan agar Engkau disembah, maka kami selalu bertasbih memuji dan menyucikan Engkau,” yakni kami selalu beribadah kepada-Mu, sebagaimana yang akan disebutkan nanti. Dengan kata lain (seakan-akan para malaikat mengatakan), “Kami tidak pernah melakukan sesuatu pun dari hal itu (kerusakan dan mengalirkan darah), maka mengapa Engkau tidak cukup hanya dengan kami para malaikat saja?”
Allah Swt berfirman menjawab pertanyaan tersebut :
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. (AlBaqarah: 30)
Dengan kata lain, seakan-akan Allah bermaksud bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui hal-hal yang tidak kalian ketahui menyangkut kemaslahatan yang jauh lebih kuat dalam penciptaan jenis makhluk ini daripada kerusakankerusakan yang kalian sebut itu. Karena sesungguhnya Aku akan menjadikan dari kalangan mereka nabi-nabi dan rasul-rasul; di antara mereka ada para siddiqin, para syuhada, orang-orang saleh, ahli ibadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang bertakwa, para muqarrabin, para ulama yang mengamalkan ilmunya, orang-orang yang khusyuk, dan orang-orang yang cinta kepada Allah SWT.
Menurut pendapat lain, firman-Nya ini merupakan jawaban kepada mereka, yang artinya : “Sesungguhnya Aku mempunyai hikmah terinci mengenai penciptaan makhluk ini. sedangkan keadaan yang kalian sebut itu sebenarnya kalian tidak mengetahuinya.”
As-Saddi mengatakan, Allah bermusyawarah dengan para malaikat tentang penciptaan Adam. Demikian diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. AsSaddi mengatakan bahwa hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Qatadah.
Ungkapan ini mengandung sikap gegabah jika tidak dikembalikan kepada pengertian pemberitahuan.
Ungkapan Al-Hasan serta Qatadah dalam riwayat Ibnu Jarir merupakan ungkapan yang lebih baik.
Sehubungan dengan makna firman-Nya, “Fil ardi,” Ibnu Abu Hatim meriwayatkan :
Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Ata ibnus Sa’ib, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Bumi dihamparkan mulai dari Mekah, dan yang mula-mula melakukan tawaf di Baitullah adalah para malaikat, lalu Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi,” yakni Mekah.
Hadist ini berpredikat mursal, sedangkan di dalam sanadnya terdapat kelemahan, dan di dalam hadist ini terdapat madraj (kalimat yang dari luar hadist), yaitu makna yang dimaksud dengan bumi adalah Mekah. Karena sesungguhnya menurut pengertian lahiriah, yang dimaksud dengan bumi lebih umum daripada hal itu (Mekah).
Firman Allah, “Khalifah,” menurut As-Saddi di dalam kitab tafsirnya, dari Abu Malik dan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud serta dari sejumlah sahabat, disebutkan bahwa Allah SWT, berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi.”
Mereka bertanya, “Wahai Tuhan kami, siapakah khalifah tersebut ?” Allah berfirman, “Kelak dia mempunyai keturunan yang suka membuat kerusakan di muka bumi, saling mendengki, dan sebagian mereka membunuh sebagian yang lain.”
KESIMPULAN
1. Sebelum kekhalifahan Nabi Adam as dimulai di Bumi sudah ada golongan makhluk yang menempati bumi, mereka berkembang biak dan beranak turun hingga mempunyai populasi yang banyak, mereka juga mengolah hasil alam sebagaimana manusia zaman sekarang, mereka juga mempunyai kecerdasan yang luar biasa, karena mereka mempunyai umur yang panjang dan pengetahuan yang luas yang luas dan selalu diasah setiap hari, semakin panjang umur mereka semakin pintar pula mereka.
Mereka juga membuat peradaban membangun bangunan dan mempunyai teknologi, tapi musnah hanya sedikit yang tertinggal sebagaimana yang telah ditemukan oleh para arkeolog. Dari beberapa kisah kehidupan makhluk yang menempati bumi dari generasi ke generasi ada golongan yang di hancurkan atau dibinasakan sebab mereka berulah tidak taat dan melakukan kejahatan atau membuat kerusakan satu sama lain.
2. Di dalam al qur‟an disebutkan bahwa sebelum Adam diciptakan, Unggas Tabirunnasar terlebih dahulu di ciptakan oleh allah swt. Lalu Jin mereka juga berkembang
beranak turun hingga mereka mendirikan kerajaan kerajaan di bumi. Sebelum Nabi Adam as diciptakan untuk menjadi kholifah di bumi sudah ada khalifah di bumi, mereka hidup layaknya manusia sekarang ini, tapi karena mereka membuat kerusakan dan saling membunuh, mereka digantikan oleh makhluk baru yaitu Adam sebagai kholifah di bumi.
Mereka adalah dari bangsa jin, bangsa jin menempati bumi sebelum manusia menjadi khalifah di bumi, bangsa jin terlebih dahulu melakukan proses kehidupan di bumi, merkeka bermacam-macam jenis, ada yang putih, hitam, merah, kuning, bercak bercak, totol-totol, tuli, buta, menawan, jelek, kuat, lemah, perempuan, dan laki-laki. Mereka juga makan dan minum seperti manusia.
DAFTAR PUSTAKA :
- al asbahani, Al raghib. al mufradat fi gharib al qur’an, (Lebanon:Darul
ma‟rifat, tt).
- Khalifah di Bumi Sebelum Nabi Adam As.
- Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::. Volume 4 Nomor 1, Mei 2019
- al qattan, Manna. Pengantar studi Ilmu al-Qur’an. ter. Aunur Rofiq El
mazani (jakarta Timur : Pustaka al Kautsar, 2010).
- al Qurthuby, Syamsuddin. al jami’ li ahkam al qur’an, juz VII (kairo:darul
kutub al misriyah, 1964).
- Al-Farmawi, Abd. Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i Suatu Pengantar.
Ali, Mukti. Para penghuni Bumi Sebelum manusia, cetakan 1(Jakarta: Zahira,2014).
- al-Marbawi, Muhammad Idris. Kamus al- Marbawi,(Mesir : Mushthafa alBabi AlHalabi, 1350 H).
Al-Qur‟an al-karim dan terjemahannya departemen Agama RI Edisi Tahun 2002, (Semarang: PT Karya Toha putra).
- Al-Qur‟an dan terjemahnya Dept. Agama RI (Jakarta: 1985).
- al-suyuti, Jalaludin. tafsir al-jalalain, Jilid I (beirut: dar al-fikr, tt).
- Al-Syattibi,al-Muwafaqot fi Ushul al-Ahkam (Beirut : Dar al-Fike,t.t.).
al-Yasu‟I, Lois Ma‟luf. al –Munjid,(Beriud: al-Katulikyyah,1927).
- at Tanzil, Mu‟alim. Husain ibnu mas’ud al faro’i al baghowi, (beirut : darul kitab alamiyah, 1995).
- Dawud, Muhammad Isa. Para penghuni Bumi Sebelum Kita (Bandung: Pusataka
Hidayah 1997).
- Fitri, Idatul. dan Cori Sunna, Buku Pintar Tata Surya, (Yogyakarta: Harmoni, 2011).
- Hanafi, Hassan. “Metode of thematic interpretation of the qur’an” dalam Wild (ed.). the qur‟an as text (Leiden-New York:EJ. Brill,
1996).
- Mushthafa al maraghi, Ahmad. Tafsir al maraghi, juz 1.(Semarang: Toha Putra, 1992).
- Muslim bin Hujjaj al Qusyairi an Naysaburi, Abi Husain. Shoheh Muslim, Juz 2 (Lebanon: Darul Fikr, t.t).
- Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian al-Qur’an dan Tafsir,(Yogyakarta: idea pres, 2015).
Mustofa, Misbah. Tafsir Tajul Muslimin, Juz 1 (tuban: majlis ta‟lif wal khottot,1990).
- Rasjidi, M. Ter. buku La Bible le Coran Et La Science BiBle Qur‟an dan Sains Modern, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005).
- Shihab, M. Quraish.wawasan Al-Qur’an (bandung: Mizan, 1996).
Imajiner Nuswantoro