BABAD MANGKUBUMI
Mangkubumi
(juga disebut sebagai Rijksbestierder dalam bahasa Belanda, Bendahara, Pepatih
Dalem, Perdipati, Pabbicara Butta, Tuan Bicara, Raja Bicara, atau Tomarilaleng)
adalah sebutan untuk perdana menteri yang pernah dipakai pada kerajaan-kerajaan
di Jawa, Sumatra dan Kalimantan.
Yang
menjabat mangkubumi biasanya bukan dari kalangan bangsawan, tetapi
lama-kelamaan jabatan mangkubumi dijabat pula oleh para Paduka Raja/Pangeran
Dipati Anom (saudara Sultan atau putera ke-2 dari Sultan yang bertahta), dengan
sebutan Pangeran Mangkubumi yang merupakan jabatan paling tinggi di bawah raja.
Istilah
mangkubumi adalah istilah yang terdapat dalam bahasa-bahasa di Nusantara,
misalnya dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang berbahasa Sunda
Kuno, terdapat penggalan kalimat sebagai berikut:
“ ...wang tani bakti di wado, wado bakti di
mantri, mantri bakti di nu nangganan, nu nangganan bakti di mangkubumi,
mangkubumi bakti di ratu, ratu bakti di déwata, déwata bakti di hyang...
Terjemahan:
...petani
berbakti (tunduk) kepada Wado, Wado berbakti kepada Mantri, Mantri berbakti
kepada Nu Nangganan. Nu Nangganan berbakti kepada Mangkubumi, Mangkubumi
berbakti kepada Raja, Raja berbakti kepada Dewata, Dewata berbakti kepada
Hyang...
” Sanghyang
Siksa Kandang Karesian (1518), II: 17--9
Dalam
konsep tata negara di Kerajaan Sunda, mangkubumi adalah jabatan setingkat
perdana menteri, selain itu mangkubumi juga bisa berarti syahbandar, dalam
pelaksanaan tugasnya, mangkubumi membantu tugas Prebu atau Raja Kerajaan Sunda,
Mangkubumi dibantu oleh Nu nangganan, Nu nangganan dibantu oleh Mantri dan
Mantri dibantu oleh Wado yang berhubungan langsung dengan rakyat.
Mangkubumi
juga terdapat dalam bahasa Jawa, selengkapnya "Mahapatih
Hamengkubumi" sering disingkat Patih atau Mangkubumi saja.
Maharaja mangkubumi
Perdana
Menteri di Kesultanan Aceh disebut Maharaja Mangkubumi, yang menggabungkan
istilah maharaja dan mangkubumi.
Wazir
Wazir
Mu'adham (Grand Wazir)berasal dari bahasa Arab. juga berarti Perdana Menteri
Perdana menteri
Perdana
menteri adalah ketua menteri atau seseorang yang mengepalai sebuah kabinet pada
sebuah negara dengan sistem parlementer. Biasanya dijabat oleh seorang
politikus, walaupun di beberapa negara, perdana menteri dijabat oleh militer.
Dalam banyak sistem, perdana menteri berhak memilih dan memberhentikan anggota
kabinetnya, dan memberikan alokasi jabatan tersebut ke orang yang dipilihnya, baik
itu karena kesamaan partai maupun faksi politik.
Jabatan
yang setara dengan Perdana Menteri yakni Presiden Dewan Menteri, Presiden
Pemerintahan, Menteri Pertama, Ketua Menteri, Kanselir, Premier, Taoiseach,
Menteri Negara, Sekretaris Negara atau Ulu. Beberapa sebutan kuno seperti Wazir
Agung dan Mahapatih juga disetarakan seperti Perdana Menteri. Jabatan Wazir
Mu'adham juga pernah dipakai di Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan.
Gelar
Pangeran Mangkubumi ini sering dipakai di pulau Jawa, Kalimantan dan
lain-lain.Para Pangeran Mangkubumi Pangeran yang menyandang gelar Pangeran
Mangkubumi :
·
Hamengkubuwana II. Ia adalah salah seorang putra dari
Hamengkubuwana I.
·
Rakyatullah dari Banjar Pangeran Dipati Mangkubumi
(Raden Halit), mangkubumi Banjar pada masa Sultan Saidullah dari Banjar
Saidullah 1657-1660
·
Pangeran Mas Dipati, mangkubumi Banjar tahun
1660-1663.
·
Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidullah 1734-1758 Sepuh
dari Banjar
·
Pangeran Nata Mangkoe Boemi 1761-1801 Sunan Nata Alam
·
Pangeran Ismail Ratu Anum Mangku Dilaga Sukma Dilaga
Ratoe Anom Mangkoe Boemi Ismail dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda,ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan
melakukan kudeta.Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh Pangeran Husein
dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri
·
Pangeran Mangkoe Boemi Nata (Pangeran Husin),
mangkubumi Banjar 1823-1842
·
Pangeran Noch Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana
dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan Pangeran
Husin Pangeran Mangkubumi Nata .
·
Pangeran Tamjidillah II dilantik oleh pemerintah
kolonial Hindia Belanda berdasarkan besluit per tanggal 13 November 1851 No. 2
untuk menggantikan Pangeran Noch Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana
·
Hidayatullah II dari Banjar , dilantik oleh pemerintah
kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan Pangeran Tamjidillah II 1856 -`1860
sebagai pangeran Mangkubumi namun 1857 -September 1859 pecah Perang Gerilya
berakhir September 1859 Dinobatkan Jadi Sultan Banjar. untuk Pemerintahan Mangkubumi
Pangeran Wira Kasoema
·
Pangeran Wira Kasoema dilantik oleh oleh sultan
Hidayatullah II dari Banjar memerintah:1859 -1862 (memerintah: 1857-1862)
·
Pangeran Muhammad Said adalah mangkubumi Kesultanan
Banjar (Pagustian) dan sekaligus seorang pejuang perang Banjar(memerintah:
1862-1875)
·
Pangeran Perbatasari adalah mangkubumi Kesultanan
Banjar (Pagustian) dan sekaligus seorang pejuang perang Banjar. (memerintah:
1875-1885)
Kontrak Perjanjian Kesultanan Banjar dengan Hindia Belanda
Kontrak
Perjanjian Karang Intan II tanggal 13 September 1823 Masehi (7 Muharam 1239
Hijriyah) memuat tentang penamaan Pangeran Mangkubumi untuk Raja Bicara
(Rijksbestierder, kepala administrasi pemerintahan).
Pangeran Mangkoe Boemi Nata
Pangeran
Husin bergelar Pangeran Mangkoe Boemi Nata atau Pangeran Mangkoe Boemi atau
Pangerang Mangkoe Boemie atau Pangeran Mangkubumi Nata Kasuma (bin Sultan
Sulaiman) adalah mangkubumi Kesultanan Banjar yang dilantik oleh pemerintah
kolonial Hindia Belanda. Ia adalah adik Pangeran Sultan Adam yang telah
ditetapkan sebagai pengganti Sultan Sulaiman.
Pangeran
Mangkubumi Nata Kasuma merupakan anak laki-laki yang kedua Sultan Sulaiman. Ia
menjabat mangkubumi mendampingi ayahandanya Sultan Sultan Sulaiman.Pangeran
Mangkoe Boemi Nata memperisteri sepupunya Nyai Intan, adik Adipati Danu Raja
(anak Alooh Oengka binti Kiai Adipati Singasari) yang melahirkan Ratu Siti (ibu
Pangeran Hidayatullah)
Sedangkan
anak laki-laki tertua Sultan Sulaiman yaitu Pangeran Adam menjadi Sultan Muda
(Pangeran Ratu). Sebenarnya anak pertama Sultan Sulaiman merupakan seorang
perempuan yakni Ratu Umi yang dilahirkan oleh Nyai Siti Gading. Sultan Adam
merupakan anak kedua Sultan Sulaiman yang dilahirkan oleh Nyai Ratu Intan Sari.
Menurut
tradisi kesultanan Banjar yang berlaku pada saat itu, di antara putera-putera
dari seorang Sultan yang sedang berkuasa, maka anak laki-laki tertua dari
permaisuri akan dilantik sebagai Sultan Muda dan putera kedua dari permaisuri
akan dilantik sebagai Raden Dipati atau Pangeran Dipati atau Pangeran Dipati
Anom yaitu calon mangkubumi untuk menggantikan mangkubumi atau Pangeran
Mangkubumi sebelumnya yang meninggal dunia.
Semenjak
dibuatnya perjanjian 4 Mei 1826, pihak kolonial Hindia Belanda dapat mencampuri
pengaturan permasalahan mengenai pengangkatan Pangeran Mangkubumi atau Sultan
Muda, yang mengakibatkan rusaknya adat istiadat kerajaan dalam bidang ini.
Sebelum
menjabat mangkubumi namanya adalah Pangeran Husin. Ia wafat tahun 1842. Ia
mengantikan mangkubumi sebelumnya Ratoe Anom Ismail yang dihukum bunuh pada
tahun 1805 karena didakwa akan melakukan kudeta terhadap Sultan Sulaiman.
Pangeran Mangkoe Boemi Nata merupakan kakek dari pihak ibu Pangeran
Hidayatullah II, sebab ibundanya yang bernama Ratu Siti Maryamah merupakan
puteri dari Nyai Intan dengan Pangeran Mangkoe Boemi Nata .
Gubernur
pemerintah (mangkubumi) saat itu, pangeran Mangkoe Boemi Nata, diberikan 12000
gulden setahun untuk mengkompensasi hilangnya pendapatannya dari Doesoen dan
Bekompai. Ganti rugi ini juga diberikan sebagai pendapatan kepada penerusnya.
Berikut
penulis artikel menyuguhkan artikel BABAD MANGKUBUMI dalam bentuk PDF (free
download) :