METHIK PARI
Methik pari (Jawa) merupakan awal kegiatan panen (methik) yang rutin dilakukan oleh kadang tani.
Tradisi methik ini memiliki makna yang dalam sebagai rasa syukur kepada Allah swt. dimana tempat yang ditanami, padi yang ditanam maupun petani yang menanamnya bisa selamat hingga panen, sedangkan pada musim berikutnya kadang tani melaksanakan methik secara mandiri / sendiri-sendiri.
Methik pari merupakan tradisi upacara adat yang dilakukan sejak dahulu dan sebagian masyarakat masih setia melakukannya.
Methik pari ialah istilah jawa yang berarti memetik dengan kata lain dapat disebut juga dengan memanen. Tradisimethik pari ini ritual simbolis sebagai rasa syukur masyarakat pedesaan untuk Sang Maha Pencipta.
Tradisi methik pari dilakukan setiap masa tanam akan memasuki masa panen dan daerah satu dengan daerah lainnya punya tata cara yang berbeda dalam melakukan upacara tersebut.
Wujud rasa syukur
Perwujudan rasa syukur kepada Gusti Pengeran, Leluhur dan Alam
Kawruh Jowo juga berisi ajaran tentang pertanian yang berlandaskan ketuhanan.
Padi adalah perwujudan nilai ketuhanan tentang adanya simbiosis mutualisme antara semua makhluk yang ada di alam semesta.
Maka dari itu petani yang menjalani Kawruh Jowo selalu melaksanakan Tradisi Methik Pari ketika padi berusia 3 bulan, saat mulai berisi dan tinggal menunggu waktu panen
Hari dan pasaran pelaksanaan
Tradisi Methik Pari harus sama dengan hari dan pasaran ketika padi ditanam istilahnya PAS TIBO UWOH supaya hasil panen bagus dan melimpah
Ubo Rampe yang disiapkan untuk pelaksanaan Tradisi Methik Pari yaitu :
1). Sesaji berupa pisang raja, kelapa, dan empat buah cok bakal
2). Cok bakal berisikan telur ayam jawa, teri, miri, ketumbar, merica, garam, gula merah, bawang merah, bawang putih, cabai, tembakau, uang, gantalan & kembang boreh
3). Janur, dadap, daun pulutan, sisir, kendhi kecil berisi air, tikar & badhek
Sesaji dibawa ke sawah & keempat cok bakal masing-masing diletakkan pada 4 pojok sawah lalu air di dalam kendhi dikucurkan ke sawah setelah itu melakukan japa mantra :
Mbok Sri Sedono kowe tak rujaki, oyot kawat wit wesi, kembang emas woh inten, bakale balik Hyang Tarub Agung
Tradisi Methik Pari saat ini sudah sangat jarang dilakukan oleh petani di Pulau Jawa
Begitulah orang Jawa mengungkapkan terimakasih kepada GUSTI & Alam sesuai dengan Tuntunan Ajaran Kawruh Jowo
Kalau ada orang yang mengkafirkan tradisi leluhur kami karena mereka iri & dengki dengan kemakmuran di pulau Jawa
Jawa dan Nusantara adalah Surga Nyata yang ada di dunia tidak perlu berharap surga khayalan dari dongeng mereka.
TOTO TITI TENTREM KERTO RAHARJO GEMAH RIPAH LOH JINAWI