NANDUR NGUDUH, TLATEN PANEN
Nandur ngunduh, tlaten panen yaitu Usaha yang sungguh-sungguh, telaten, dan sabar suatu saat akan menuai hasil yang dicita-citakan.
Sopo Nandur Bakal Ngunduh
Siapa yang menanam, dia akan menuai hasilnya.
Kalimat tersebut bukan tanpa dasar, akan memang sesuai dengan Firman Allah SWT :
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil (biji dzarrah) apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil (biji dzarrah) apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.“
(QS. az-Zalzalah: 7 – 8)
Maka dalam kehidupan sehari-hari alangkah baiknya kita perbanyak amal kebaikan.
Karena apa yang sudah kita perbuat akan mendapatkan balasan kelak di yaumul akhirat.
Meskipun perbuatan hanya masalah remeh atau sepele. Sebagai orang Islam maka kita tentu wajib mengimaninya.
Dalam Al-Qur'an tepatnya Surat Al-Zalzalah ayat 7-8, Allah SWT kabarkan kepada para hamba bahwa setiap amal kebaikan atau keburukan walau sebesar 'zarrah' punya balasannya masing-masing.
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ
Famay ya'mal miṡqāla żarratin khairay yarah(ū)
Artinya : Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
Wa may ya'mal miṡqāla żarratin syarray yarah(ū)
Artinya : Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 15 mengutarakan, kata 'zarrah' yang digunakan pada ayat ini sebenarnya untuk menggambarkan sesuatu terkecil dan paling kecil, seperti atom atau debu.
Sehingga melalui ayat ini, Allah SWT coba jelaskan perlakuan adil-Nya terhadap seluruh manusia. Di mana masing-masing amal meski sedikit atau kecil yang mereka kerjakan sungguh akan menerima ganjarannya.
Seperti halnya, seorang yang menganggap perbuatan baiknya tak seberapa, tapi di mata Allah SWT hal sekecil itu tetap memberikan pahala bagi si pelaku. Begitu pula dengan orang yang meremehkan segelintir aksi kejinya, di mata-Nya itu tetaplah dosa yang mampu memasukkan pelaku ke neraka.
Relevan dengan pendapat sebagian ulama yang berpandangan kedua ayat di atas turun terkait suatu peristiwa di Madinah. Di mana terdapat dua orang; yang pertama merasa malu memberi pengemis hanya dengan sebiji kurma atau sepotong roti.
Sementara orang kedua, ia mengabaikan dosa kecil yang dilakukannya lantaran menganggap bahwa Allah SWT hanya mengecam mereka yang berbuat dosa besar saja.
Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 10, turut jelaskan Surat Al-Zalzalah ayat 7-8 ini tentang sekecil apa pun amal baik yang dilakukan maka akan ada ganjaran dibaliknya. Juga dengan sekecil apa pun amal buruk yang dikerjakan, maka pelakunya akan menerima sanksinya.
Mengenai besar kecilnya amal manusia, Nabi SAW pernah mengingatkan akan perlakuan jahat yang kecil sekali pun. Dalam riwayat Abdullah bin Mas'ud, beliau bersabda: "Hindarilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya ada yang akan menuntut (pelakunya) dari sisi Allah SWT (di hari Kemudian)." (HR Ahmad & Baihaqi)
Pada hadits lain riwayat Abu Hurairah, Rasul SAW juga coba terangkan perihal amal yang dilakukan dengan ikhlas mengharap ridha Allah SWT akan memberi balasan meski dianggap sederhana. Mengutip Tafsir Ibnu Katsir Jilid 15, berikut sabda Nabi SAW :
"Kuda itu untuk tiga orang. Bagi seseorang kuda itu akan menjadi pahala, bagi seorang lagi akan menjadi satar (penutup), dan bagi seorang yang lainnya akan menjadi dosa.
Adapun orang yang mendapatkan pahala adalah orang yang mengikat kuda itu di jalan Allah SWT, lalu dia membiarkannya di tempat penggembalaan atau taman dalam waktu yang lama, maka apa terjadi selama masa penggembalaannya di tempat penggembalaan dan taman itu, maka itu akan menjadi kebaikan baginya.
Dan jika dia menghentikan masa penggembalaannya lalu kuda itu melangkah satu atau dua langkah, maka jejak kaki dan juga kotorannya akan menjadi kebaikan baginya. Dan jika kuda itu menyeberangi sungai lalu ia minum air dari sungai tersebut, maka yang demikian itu menjadi kebaikan baginya, dan kuda itu pun bagi orang tersebut adalah pahala.
Dan orang yang mengikat kuda itu karena untuk memperkaya diri dan demi kehormatan diri tetapi dia tidak lupa hak Allah SWT dalam pemeliharaannya, maka kuda itu akan menjadi satar baginya. Serta orang yang mengikatnya karena perasaan bangga dan riya, maka ia hanya akan menjadi dosa baginya." (HR Muslim).