SEMUT IRENG
SEMUT IRENG
Dandhanggula
Semut ireng anak-anak sapi
Kebo bongkang nyabrang kali bengawan
Keong kondhang jarak sungute
Timun wuku ron wolu
Surabaya geger kepati
Gegering wong nguyak macan
Cinandak wadahi bumbung
Alun-alun Kartasura
Gajah meta cinancang wit sidoguri
Mati cineker pitik trondol
Penggalan tembang Dandanggulo diatas pasti tidak asing lagi, terutama yang pernah menghabiskan masa kecil di desa.
Ada yang menyebutkan bahwa tembang dandhanggula tersebut karya Kanjeng Sunan Kalijaga, ada pula versi lain yang karya dandanggulo semut ireng anak-anak sapi ini karya Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo (bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa).
Namun satu benang merah diantara keduanya adalah kesamaan persepsi atau cara pandang yang sarat makna. Bertutur dari generasi tua ke generasi muda (menancap mengena direlung paling dalam hingga masuk dalam sanubari) agar menjadi generasi yang lebih baik dan berguna tidak melupakan budaya adiluhung, budi pekerti bangsa yang mulia terkikis oleh kecanggihan tehnology.
Sudah banyak terjemahan bebas mengenai langgam tersebut. Di sini, penulis artikel blogger mencoba mengartikannya per baris dengan terjemahan versi secara bebas, adalah sebagai berikut :
Semut ireng anak-anak sapi
Maknanya :
Semut hitam, kaum mayoritas namun berukuran kecil, sebagai rakyat jelata yang dari mereka akan terlahir sapi, sebagai sosok kaum kelas tinggi, elit dan bangsawan. Dalal langgam ini akan diberikan tips dan trik bagaimana agar sosok semut ireng, yakni rakyat jelata di negeri kita ini dapat melahirkan kaum pemimpin/pemerintah
Kebo bongkang nyabrang kali bengawan.
Maknanya :
Seorang putra rakyat jelata dapat menjadi pemimpin jika sosok kebo bongkang alias kerbau yang besar itu mampu menyeberangi bengawan atau sungai. Maksudnya, ketika putra rakyat jelata tersebut mampu memanfaatkan tekhnologi untuk melakukan sesuatu hal yang dirasa mustahil.
Keong kondhang jarak sungute.
Maknanya :
Sudah jelas bagi kita, bahwa keong itu memiliki jarak pandang yang terbatas. Namun jika sosok rakyat jelata mampu melihat jauh ke depan, tidak berkutat pada hal yang berjangka pendek saja, tidak mustahil jika rakyat tersebut bisa menjadi pemimpin.
Timun wuku ron wolu.
Maknanya :
Sebagian menggunakan kalimat Timun Wuku Gotong Wolu, ada juga yang Godhong wolu dan lain sebagainya. Maknanya adalah seorang rakyat jelata dapat menjadi hebat jika mampu menjalin persatuan dan kesatuan, sehingga membentuk sebuah kelompok yang kuat dan siap menopang beban yang berat.
Surabaya geger kepati.
Maknanya :
Ini mengisahkan perihal kondisi sebuah kota yang berada dalam keributan dan kekisruhan. Bahkan, dikarenakan keributan tersebut banyak nyawa yang melayang ada pendapat perang agresi 10 Nopember.
Gegering wong nguyak macan.
Maknanya :
Keributan tersebut tak ubahnya keributan orang yang mengejar harimau, maknanya adalah orang yang mengejar dan mencari pemimpinnya.
Cinandak wadahi bumbung.
Maknanya :
Kemudian, setelah pemimpin tersebut ditangkap, kemudian dimasukkan ke dalam penjara.
Alun-alun Kartasura.
Maknanya :
Ini mengisahkan fakta yang terjadi pada pemerintahan pusat. Sebagaimana saat itu, kartasura menjadi pusat pemerintahan
Gajah meta cinancang wit sidoguri
Maknanya :
Ada yang menggunakan kalimat Gajah meto cinancang ing tembe buri. maknanya, ada sosok pendobrak dan pembaharu, yakni gajah, yang tidak bisa berkutik di pemerintahan, bahkan terkekang di posisi yang tidak seharusnya, alias pemerintah tidak menangkap potensinya.
Mati cineker pitik trondol.
Maknanya :
Ada yang hanya menggunakan kalimat Patine cineker ayam. Sosok gajah lama kelamaan akan mati oleh ulah sosok ayam, sosok tukang ribut yang hanya bisa mengobrak abrik suasana, sombong dan suka membusungkan dada, serta suka mengadu domba. Bahkan ayam inilah yang akan mendapat perhatian dari pemerintahan, serta akan mendapatkan kebebasan, bukan terkekang sebagaimana sang gajah.
RAMALAN JAYABAYA YANG TERBUKTI TERJADI DI NUSANTARA
Ramalan Jayabaya sering disebut sebagai ramalan kuno namun memiliki arti dan tafsir yang istimewa.
Pasalnya ramalan Jayabaya meski dibuat pada zaman dulu, namun sering kali terbukti di masa mendatang seperti saat ini.
Jayabaya atau Joyoboyo merupakan seorang raja asal Kediri, Jawa Timur.
Pemerintahan Raja Jayabaya berlangsung selama periode tahun 1935 - 1957. Selain menjadi raja, Jayabaya juga terkenal dengan karya-karyanya yang mengandung filosofi dan mistis.
Adapun beberapa ramalan Jayabaya yang benar terbukti diantara lain sebagai berikut :
1. Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong, yang artinya Kejayaan Majapahit akan runtuh seiring hilangnya Noyo Genggong dan Sabdo Palon.
2. Semut ireng anak-anak sapi, ditafsirkan sebagai penjajahan Belanda yang berkulit putih kepada Indonesia berkulit hitam.
3. Kebo nyebrang kali atau kerbau menyebrang sungai, ditafsirkan yakni Belanda yang sudah puas mengeruk harta kekayaan kita dan pergi meninggalkan Indonesia.
4. Kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang, yang diartikan Indonesia dijajah oleh Jepang hanya berlangsung selama 3,5 tahun.
5. Pitik tarung sak kandang, yang diartikan sebagai perang saudara setelah peristiwa G 30S PKI pada tahun 1965.
6. Kodok ijo ongkang-ongkang, yang diartikan militer berkuasa di era orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto.
7. Tikus pithi anoto baris, yang diartikan barisan rakyat dan mahasiswa yang melengserkan Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 melalui gerakan reformasi.