Penguasa tahta Sinuhun Kanjeng Sultan/Sultan Asmara Kingkin di Kediri.
Ramalan dari para leluhur Nusantara.
Kalau kita merujuk pada tembang ini, maka selain beribukota di Kediri, Susuhunan Sultan/Sultanah Asmara Kingkin nanti juga akan memiliki Kekuasaan dan Kepemimpinan yang ber-ibukotakan di tanah Arab.
Ini pun juga tidak bisa kita tafsirkan karena semua belum terjadi.
Sang Ratu Asmara Kingkin
Dalam bait-bait Tembang Dhandanggula.
Mangka Allahu tangala
Anjenengkan Sang Ratu Asmara kingkin,
Maknanya :
Bagus maksih taruna
Kemudian Allah SWT
Memberikan nama Sang Ratu Asmara Kingkin
Cakap dan masih muda
Iku mulih jenenge Narpati
Wadya punggawa sujud sadaya
Tur padha rena prentahe
Kadhatone winuwus,
Ing Kediri ingkang satunggil
Kang siji tanah Ngarab,
Kartajamanipun.
Maknanya:
Nama raja telah kembali baik
Para prajurit dan punggawa bersujud semua
Juga pada senang perintahnya,
Kerajaannya sudah ada.
Di Kediri ada satu,
Yang satunya berada di tanah Arab.
Aman jamannya.
Sang Ratu Asmara Kingkin dalam Kajian Centhini (258:8-9) Pupuh 258, bait ke 8 sampai bait ke 9 :
Gya (lalu) na (ada) kang (yang) mandhirèng (mandiri dari) nata (Raja), ing (dalam) warna (penampilan) nora (tidak) kuciwa (mengecewakan), Asmarakingkin (Asmara Kingkin) parabnya (panggilannya). = Lalu ada yang mandiri dari Raja, yang dalam penampilan tidak mengecewakan, Asmara Kingkin panggilannya.
1. Setelah sirnanya kekuasaan Sang Raja yang adil tadi, salah seorang bawahannya (Keturunannya) ada yang mandiri. Maksudnya melepaskan kekuasaan dari raja sebelumnya dan berdiri sebagai raja baru, Asmara Kingkin panggilannya. Luwih (lebih) bagus (tampan/cantik) warnanira (parasnya), dadya (menjadi) kidunganing (pembicaraan) wadya (bawahannya), ing (di) Kadhiri (Kediri) kuthanira (ibukotanya) = Lebih tampan/cantik parasnya, menjadi pembicaraan bawahannya, di Kediri ibukotanya.
2. Sang Raja/Ratu lebih tampan/cantik parasnya, pengertiannya berwibawa dan penampilannya cocok sebagai raja sehingga bawahannya merasa nyaman, Ibukotanya di Kediri.
Turun (turun) têlu (ketiga) ngalih (beralih) praja (negeri), ana (ada) ing (di) nagri (negeri) Mandura (Madura), nora (tidak) lawas (lama) banjur (lalu) sirna (musnah), dene (adapun) kang (yang) dadya (menjadi) daruna(sebab), wawan (berlawanan) lawan (dengan) kakasihnya (abdi terdekatnya) = Turun ketiga beralih negeri di negeri Madura, tidak lama lalu musnah. Adapun yang menjadi sebab adalah berlawanan dengan abdi terdekatnya sendiri.
3. Lalu raja yang ketiga beralih negeri ke Madura. Tidak lama kemudian musnah. Yang menjadi sebab adalah berlawanan dengan abdi terdekatnya (orang kesayangannya).
Ini pun juga tidak bisa kita tafsirkan karena semua belum terjadi.
ASMARA KINGKIN
Langkung ana jamane narpati,
Nora nana pan ingkang nanggulang,
Wong desa iku wadale,
Kang duwe pajek sewu,
Pan sinuda dening Narpati,
Mung metu satus dinar,
Mangkana winuwus,
Jamanira pan pinetang,
Apan sewu wolungatus anenggih,
Ratune nuli sima.
Artinya :
Lebih aman zamannya raja,
Tidak ada yang menghalangi,
Orang desa itu biasanya,
Yang mempunyai pajak seribu,
Dikurangi oleh Sang Prabu,
Hanya keluar seratus dinar,
Begitu akhirnya,
Zamannya tidak ada hitungan,
Hanya seribu delapan ratus nilainya,
Rajanya akhirnya hilang.
Hang tekan kadhatone sami,
Nuli rusak iya nungsa Jawa,
Nora karuwan tatane,
Pra nayaka sadarum,
Miwah manca negara sami,
Pada sowang-sowangan,
Mangkana Winuwua,
Mangka Allahu tangala,
Anjenengken Sang Ratu Asmara kingkin,
Bagus maksih taruna.
Artinya :
Hilang sampai kerajaan semua,
Kemudian rusak karena orang Jawa,
Tidak karuwan adatnya,
Para abdi dalem semua,
Juga negara tetangga,
Pada silaturahmi,
Begitu katanya,
Kemudian Allah S.W.T.
Menamakan Sang Ratu Asmara Kingkin,
Cakap masih muda.
Iku mulih jenenge Narpati,
Wadya punggawa sujud sadaya,
Tur padha rena prentahe,
Kadhatone winuwus,
Ing Kediri ingkang satunggil,
Kang siji tanah Ngarab,
Kartajamanipun,
Duk samana pan pinetang,
Apan sewu lwih sangang atus anenggih,
Negaranira rengka.
(Jayabaya, Ramalan Musasar)
Artinya :
Nama raja sudah kembali baik,
Para prajurit dan punggawa bersujud semua,
Juga pada senang perintahnya,
Kerajaannya sudah ada,
Di Kediri yang satu,
Yang satunya di tanah Arab,
Aman zamannya,
Pada waktu itu dihitung telah,
Tahun seribu sembilan ratus,
Negaranya pecah.
AJI ASMARA KINGKIN
Bismilahirohmaanirrohiim
Ajiku aji asmara kingkin
Ngguya-ngguyu pari kena angguyu si …..(fulan)
Marang aku.
Teko welas, teko asih si ……(fulan)
Marang aku asih saka kersaning Gusti Allah,
Laillahaillallah Muhammad Rasulullah
Laahaula wala quwwata illaabillaah.