NABOK NYILIH TANGAN
Patrap ngene iki digethingi banget dening Wong Jawa. Saliyane ngetokake tumindak kang ora prawira, uga mbebayani tumrap sing ketaman. Awit ora anggrahita yen arep ditabok. Kamangka sing nabok ora nduweni sesambungan ala karo dheweke.
Padatan wong sing nduweni patrap kaya mangkene sejatine rumangsa kalah karo sing dimungsuhi. Satemah ora wani adu arep ngadhepi.
Patrap kaya mangkono iku ora patut diturut. Umpama nduwe perkara karo liyan, becik dirampungi kanthi cara satriya. Awit dudu kalah menang sing digoleki, nanging bebener kang kudu diantebi.
Terjemah:
Kelakuan semacam ini sangat dibenci oleh Orang Jawa. Selain memperlihatkan kelakuan yang tidak baik, kelakuan ini juga berbahaya bagi yang menjadi korban. Karena tidak menyangka akan digampar. Padahal yang menggampar itu tidak pernah mempunyai masalah buruk dengannya.
Biasanya orang yang mempunyai kelakuan semacan ini sebenarnya dia merasa kalah dengan yang dimusuhinya, sehingga tidak berani berhadapan langsung.
Kelakuan seperti itu tidak pantas dicontoh. Kalaupun mempunyai masalah dengan orang lain, lebih baik diselesaikan dengan cara ksatriya. Karena memang bukan menang atau kalah yang dicari, akan tetapi kebenaranlah yang harus ditaati bersama.
NABOK NYILIH TANGAN
Memukul dengan meminjam tangan orang lain. Pitutur itu sering dijelaskan dengan tumindak ala kanthi kongkonan wong liya. Kita sependapat dengan para sepuh yang memasukkan isi pitutur ini ke dalam kelompok perbuatan yang tercela.
Pada peribahasa Indonesia, nasihat yang sekarang tidak diajarkan lagi itu, ada ungkapan lempar batu sembunyi tangan yang artinya hampir sama dengan ungkapan nabok nyilih tangan. Keduanya adalah perbuatan jahat tanpa adanya kemauan untuk bertanggung jawab dari pelakunya. Tentu ini adalah sikap tidak ksatria, tidak jantan atau pengecut. Dalam permusuhan atau persaingan sering kita mendengar adanya intrik. Intrik ini menjadi alat pihak yang berseteru.
Mereka menyusun strategi jahat untuk mengalahkan lawan. Lawan perlu dijatuhkan, dikalahkan bahkan disingkirkan. Kalau sejenak kita renungkan, saat ini banyak orang melakukan hal itu tanpa menyadari kesalahannya. Ya, contohnya masih menjadi isu keseharian kita, hoaks, berita bohong, fitnah, dan ujaran kebencian adalah perbuatan jahat yang ditujukan kepada sasaran tertentu dengan meminjam tangan sebagian orang dan menggunakan media.
Sebagian orang menviralkan dan men-share, maka tanpa sadar dia sudah menjadi tangan dari pembuat hoaks dan sebagainya itu. Begitu pula media yang digunakan. Pelajaran yang kita ambil dari pitutur ini adalah agar kita tidak menjadi pelaku nabok nyilih tangan dan juga agar tidak menjadi tangan untuk menabok orang lain.